Mengenal Dhurung Bawean, Tempat Warga Gresik Berkumpul hingga Menyimpan Padi yang Dilengkapi Alat Penghalau Tikus
Warga Bawean memiliki budaya hidup unik. Meski punya rumah mewah mereka menyambut tamu di tempat lain.
Secara administratif Pulau Bawean termasuk bagian dari Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Meski demikian, pulau ini terletak cukup jauh dari pusat kota Gresik. Pulau Bawean terletak 135 kilometer di sebelah utara Kota Gresik.
Pulau ini terdiri atas dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak. Penduduknya berjumlah sekitar 107.000 jiwa dengan mayoritas suku Bawean serta perpaduan beberapa suku dari Jawa, Madura, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra.
- Melihat Kehidupan Warga di Dusun Semen Magelang, Bergantung pada Pertanian Gula Semut
- Mencicipi Krecek Bung Lumajang yang Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Rasa Pedas Gurihnya Bikin Nagih
- Dihantui Gempa Susulan, Warga Bawean Takut Tinggal di Rumah
- Desa di Tuban Ini Larang Warga Bangun Rumah Hadap Utara hingga Sembelih Kambing, Ini Alasannya
Sebagian besar warga memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, petani, serta ada pula yang merantau di Malaysia dan Singapura. Adapun bahasa Bawean memiliki kemiripan dengan bahasa Madura.
Warga Pulau Bawean memiliki berbagai keunikan. Salah satunya tentang bagaimana menyambut tamu. Warga Bawean memiliki budaya hidup unik. Meski punya rumah mewah mereka menyambut tamu di tempat lain yang bernama Dhurung.
Dhurung
Dhurung adalah bangunan tradisional berbahan kayu dengan bentuk atap segitiga. Atapnya ditutup dengan daun nipah kering.
Dhurung merupakan arsitektur khas Pulau Bawean, Kabupaten Gresik yang memiliki sejumlah peran penting. Mengutip Instagram @jatimpemprov, warga Bawean memfungsikan dhurung sebagai tempat berkumpul, menyambut tamu, hingga menyimpan padi.
Warga menyimpan padi di dhurung yang memiliki atap luas. Padi itu digunakan sebagai stok bahan pangan. Saat membutuhkan, warga baru mengambil padi kebutuhan dari atap dhuhung.
Dhuhung dibuat dari kayu dengan ukiran khas dan dilengkapi jelepang untuk menghalangi tikus.
Perkembangan
Dhurung menjadi tonggak kekerabatan masyarakat Bawean. Semua aktivitas sosial masyarakat Bawean berasal bangunan khas ini.
Mengutip Facebook Bawean Tourism, saat berkunjung ke Pulau Bawean, akan dijumpai banyak bangunan Dhurung di depan rumah penduduk.
Seiring perkembangan zaman, Dhurung ikut berubah dan berkembang sesuai kebutuhan penggunanya. Mengutip arsitektur.studentjournal.ub.ac.id, Dhurung di Dusun Sumberwaru yang bertahan hingga saat ini merupakan bentuk aksi adaptasi pengguna menyesuaikan fungsi Dhurung dalam kegiatan sehari-hari.
Kini, Dhurung juga telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda. Bangunan tradisional khas Pulau Bawean ini menjadi bukti kekayaan tradisi dan warisan leluhur.