Mengenal Islam Aboge, Gabungkan Ajaran Islam dan Budaya Jawa untuk Tentukan Hari-hari Penting
Islam Aboge merupakan wajah islam lokal yang memiliki beragam keunikan
Sejak lama, para Indonesianis mengenal Islam di Pulau Jawa memiliki kecenderungan akulturasi yang kuat. Bahkan, berkembang menjadi model keislaman yang bersifat lokalistik Jawa.
Mengutip laman uinsatu.ac.id, masyarakat Islam di Jawa memiliki karakter unik dan menarik terkait ekspresi keberagamannya. Hal ini disebabkan proses penyebaran agama Islam di Jawa banyak dipengaruhi proses akulturasi dan asimilasi ajaran agama Islam dengan tradisi budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Mengapa tari tradisional disebut sebagai wujud budaya daerah? Tari tradisional adalah wujud sebuah budaya di suatu daerah.
-
Apa yang dimaksud dengan tradisi Tutunggulan? Tradisi Tutunggulan Mengutip Instagram @napakjagatpasundan, seni Tutunggulan merupakan tradisi memukul alat lesung dengan alu. Alu merupakan alat penumbuk berbahan kayu atau bambu, sedangkan lesung merupakan wadah mirip perahu yang terbuat dari batang kayu utuh untuk wadah padi.
-
Apa itu tradisi ruwahan? Ruwahan jadi tradisi sambut Ramadan yang berbeda dari kebanyakan daerah karena diisi dengan kegiatan berbagai sembako. Tradisi ini masih dilestarikan oleh warga di Jakarta, Bekasi, Depok dan sekitarnya.
-
Apa itu Tradisi Saptonan? Tradisi ini memiliki atraksi yang serupa ala koboi di Amerika, dengan nuansa kearifan lokal Sunda yang kental.Penunggangnya akan memacu kuda agar berlari cepat menuju garis yang ditentukan. Bukan senapan yang digunakan, melainkan tombak panjang yang kemudian akan dilemparkan ke titik tertentu. Saat pengguna kuda berhasil menombak dengan tepat sasaran, seketika para penontong langsung bersorak.
-
Bagaimana tradisi upah-upah dilakukan? Tradisi upah-upah biasanya dilengkapi dengan jamuan kecil maupun besar serta doa dan selamat atas tercapainya suatu hal.
Budaya lokal telah melekat erat pada kehidupan masyarakat Jawa, oleh karena itu budaya harus tetap ada dalam proses ritual keagamaan kendati masyarakatnya sudah menganut agama Islam. Proses ini dianggap sebagai salah satu langkah untuk membawa masyarakat pada ajaran Islam yang utuh.
Islam Aboge
Salah satu bentuk dari akulturasi kebudayaan Jawa dengan ajara Islam adalah lahirnya Islam Aboge yang tersebar di beberapa wilayah di pulau Jawa.
Asal-usul Islam Aboge tidak tercantum dalam sumber tertulis. Para pemeluknya mengenal ajaran ini secara turun-temurun dari nenek moyang mereka, tanpa sumber tertulis atau kitab yang dijadikan rujukan.
Kepercayaan komunitas Islam Aboge yang lebih banyak berpegangan pada ilmu titen tentang perhitungan.
Eksistensi uma Islam Aboge ini tidak dapat dilepaskan dari adanya kesamaan garis darah, kepercayaan, pekerjaan hingga tempat tinggal. Kesamaan kepercayaan terhadap sesuatu yang gaib atau sakral ini menjadikan masyarakat saling menghargai satu sama lain dalam kehidupan pengamalan agama yang mereka yakini.
Semakin banyak kesamaan ajaran agama dan leluhur yang masyarakat yakini, semakin kuat tingkat kekerabatan ikatan dalam komunitas tersebut.
Tradisi
Selama Idulfitri, umat Islam Aboge percaya pada kehadiran sukmo (sukma) leluhur yang mewariskan tradisi yang masih ada di sekitar. Masyarakat Aboge meyakini bahwa sebagai keturunan mereka harus terus melaksanakan tradisi turun-temurun dan tidak boleh meninggalkannya.
Masyarakat Islam Aboge menggabungkan ajaran Islam dan budaya jawa dalam perhitungan tanggal (kalender) dan untuk menentukan hari-hari penting lainnya.
Islam Aboge di Malang
Salah satu basis umat Islam Aboge ada di Dusun Tumpangrejo Kabupaten Malang. Umat Islam Aboge di sini masih memegang teguh penggunaan sikep penglaris.
Mengutip jurnal Historiography Universitas Negeri Malang (Juli 2022) sikep dilestarikan oleh masyarakat Aboge dengan tujuan untuk melindungi segala sesuatu sesuai kepentingan penggunaannya.
Sikep memiliki beberapa jenis. Di antaranya: sikep keslametan (sikep keselamatan) untuk melindungi diri dari bahaya dan menghadirkan keselamatan, sikep omah (sikep rumah) yang digunakan untuk melindungi penghuni rumah, serta sikep penglaris (sikep pelaris) yang digunakan untuk meningkatkan keberuntungan dalam usaha perdagangan.
Potret Terkini
Hingga kini, masyarakat Islam Aboge tetap menggunakan penanggalan Jawa sebagai acuan dasar untuk menghitung dan menentukan hari-hari besar Islam.
Tidak jarang jika terdapat perbedaan waktu pada penentuan hari-hari besar Islam. Perbedaan penanggalan inilah yang menyebabkan adanya tradisi upacara dan ritual-ritual lain yang dilakukan masyarakat Islam Aboge dan tidak dilakukan oleh umat Islam secara umum.