Sosok Ki Ageng Pengging Tokoh Babat Alas Surabaya, Dihukum Mati karena Tak Mau Menghadap Raja
Ia merupakan tokoh penting dalam sejarah Kota Surabaya.

Kata Surabaya diambil dari nama dua muridnya

Sosok Ki Ageng Pengging Tokoh Babat Alas Surabaya, Dihukum Mati karena Tak Mau Menghadap Raja
Ki Ageng Pengging lahir dengan nama Raden Kebo Kenanga. Ia merupakan tokoh penting dalam sejarah Kota Surabaya. Murid Syekh Siti Jenar ini sengaja diutus sang guru untuk babat alas di wilayah yang kini dikenal sebagai Kota Surabaya.
Latar Belakang
Ki Ageng Pengging merupakan putra dari pasangan Andayaningrat alias Jaka Sengara dan Retno Pembayun.
Mengutip situs Bappeda Litbang Surabaya, sang ayah diangkat menjadi bupati Pengging berkat jasanya menemukan Retno Pembayun, putri dari Raja Majapahit, Brawijaya.
Kelak, sang ayah tidak hanya diangkat menjadi bupati Pengging, tetepi juga berhasil menikahi Retno Pembayun, gadis yang ditolongnya.
Profil
Ki Ageng Pengging merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya bernama Raden Kebo Kanigara dan adiknya bernama Raden Kebo Amiluhur. Sang adik meninggal di usia muda. Sementara Ki Ageng Pengging dan kakaknya tercatat sebagai murid Syekh Siti Jenar.
Pemimpin
Sang ayah yang dijuluki Ki Ageng Pengging sepuh meninggal dunia saat melawan Sunan Ngudung, panglima pasukan Demak Bintara. Sepeninggal sang ayah, Raden Kebo Kenanga diangkat menjadi bupati Pengging yang baru.
Sosoknya dikenal sebagai pemimpin yang tekun dalam mengelola pertanian, tekun bertapa maupun olah kanuragan dengan sifat yang sederhana, arif bijaksana, suka membantu rakyatnya serta gemar sedekah.
Sempat Tak Ingin Menikah
Ki Ageng Pengging sempat ingin hidup melajang. Namun, keinginannya buyar usai ia dapat petunjuk menikah saat sedang bertapa.
Pentunjuk tersebut menyatakan bahwa Ki Ageng Pengging sebaiknya menikah Rara Alit, putri Raden Harya Gugur. Pernikahan tersebut akan membuka jalan lahirnya raja besar di Jawa. Rupanya, petunjuk yang sama juga didapatkan Raden Harya Gugur. Ia kemudian menikahkan putrinya, Rara Alit dengan Ki Ageng Pengging. Beberapa saat usai menikah, Rara Alit hamil. Kelak, ia melahirkan bayi laki-laki berparas tampan yang diberi nama Mas Karebet. Benar saja, Mas Kerebet yang kemudian dikenal dengan nama Raden Jaka Tingkir berhasil menjadi raja besar di Kerajaan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya.
- Pernah Melawan Penjajah Belanda Sampai 50 Tahun, Begini Sejarah Suku Basemah di Sumatera Selatan
- Dulu Ladang Luas Pemandangannya Indah, Begini Kisah Kampung Bersejarah Hadiah Raja di Tengah Kota Surabaya
- Menilik Kondisi Kota Surabaya Tahun 1600-an, Dua Putra Bupati Berebut Jadi Pemimpin
- Sejarah Patung Sigale-gale di Samosir, Pelipur Lara Kerinduan Sang Raja Kepada Anaknya
Akhir Hayat
Ada dua sumber berbeda yang mengisahkan akhir hayat Ki Ageng Pengging. Mengutip Babad Tanah Jawi, Ki Ageng Pengging meninggal akibat dihukum mati karena tak mau menghadap penguasa Demak Bintara. Titik kelemahannya, ujung siku ditusuk keris oleh Sunan Kudus. Sementara itu, menurut Serat Siti Jenar, Ki Ageng Pengging meninggal atas kemauannya sendiri. Kematiannya merupakan sikap konsisten menolak pemerintahan Demak Bintara.
Babat Alas Surabaya
Sebelum meninggal, Syekh Siti Jenar menugaskan Ki Ageng Pengging untuk babat alas. Wilayah itu kemudian ia beri nama Surabaya. Mengutip Liputan6.com, nama Surabaya diambil dari nama dua pengikut setianya yakni Ki Boyo dan Ki Suro Kuning.