Kerkhof Peucut, Bukti Nyata Ketangguhan Rakyat Aceh Melawan Kolonialisme
Kompleks makam yang disebut dengan Kerkhof Peucut ini menjadi daya tarik wisata yang ada di Provinsi Aceh.
Masa kolonial tentu menyisakan luka mendalam di kalangan kaum Pribumi. Mereka banyak kehilangan anggota keluarga akibat sistem tanam paksa, kerja rodi, dan dibunuh akibat tidak taat terhadap aturan kolonial.
Konflik antar kedua belah pihak tidak bisa dihindari. Pihak kolonial yang ingin sekali menguasai wilayah pun harus berhadapan dengan masyarakat asli sehingga memicu banyak korban jiwa. Salah satu peristiwa besar yang terjadi adalah Perang Aceh.
-
Kapan Sultan Iskandar Muda berkuasa? Ia berkuasa dari tahun 1607 sampai 1636.
-
Siapa Sultan Iskandar Muda? Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai raja paling besar dalam sejarah Kesultanan Aceh.
-
Dimana Sultan Iskandar Muda memimpin Kesultanan Aceh? Sultan Iskandar Muda melakukan ekspedisi angkatan laut yang begitu efektif dan berhasil mendapatkan kontrol wilayah di bagian Barat Laut Nusantara. Bahkan, kontrol dan kekuasaannya pun melebar meliputi pelabuhan penting di Barat Sumatra, Pantai Timur, hingga ke Asahan.
-
Apa nama Gedung Bank Indonesia di Aceh pada masa kolonial Belanda? Sejarah Bangunan Gedung Bank Indonesia Aceh dulunya dikenal dengan Da Javansche Bank (DJB), terletak di Jalan Cut Mutia No 15.
-
Bagaimana sejarah Museum di Puro Mangkunegaran? Museum ini terletak tak jauh dari Balai Kota Solo, berdasarkan sejarahnya, museum ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.
-
Apa yang menjadi bukti kejayaan Kota Pasuruan pada masa lampau? Beberapa ahli Rumah Daroessalam sebagai Chinese Architecture of Pasuruan. Bangunan ini jadi bukti kejayaan Kota Pasuruan sebagai Kota Bandar di Timur Jawa pada masa lampau.
Dari Perang Aceh ini menimbulkan banyak korban jiwa bukan hanya di pihak masyarakat Pribumi saja, melainkan para serdadu Belanda pun banyak korban jiwa yang berjatuhan. Seluruh jasad mereka dimakamkan di sebuah kompleks makam yang disebut dengan Kerkhof Peucut.
Kerkhof Peucut ini menjadi daya tarik wisata yang ada di Provinsi Aceh. Tidak hanya wisatawan lokal saja, para wisatawan mancanegara banyak yang mengunjungi tempat ini khususnya dari negara Belanda.
Luas 3,5 Hektare
Dirangkum dari berbagai sumber, Kerkhof Peucut memiliki luas mencapai 3,5 hektare. Tempat ini menjadi pemakaman militer Belanda terbesar yang ada di luar negaranya sendiri. Makam ini menjadi tempat peristirahatan terakhir para serdadu Belanda dan KNIL saat Perang Aceh (1873-1904).
Kerkhof Peucut termasuk salah satu kompleks pemakaman terbesar yang ada di Indonesia, diperkirakan total makam di tempat ini berkisar 2.200 tentara. Makam yang beralamatkan di Suka Ramai, Baiturrahman, Banda Aceh ini menjadi saksi bisu tangguhnya orang-orang Pribumi dalam mempertahankan daerahnya dari tentara kolonial.
Selain makam prajurit, di sini juga menjadi makam putra Sultan Iskandar Muda bernama Meurah Popok yang tewas mengenaskan karena dihukum rajam oleh ayahnya karena dituduh melakukan zina pada abad ke-17 silam.
- Menengok Keindahan Pinto Aceh, Perhiasan Tradisional yang Menarik Perhatian Kolektor
- Keturunan Perantau Minangkabau, Ini Asal-usul Suku Aneuk Jamee di Pesisir Aceh
- Kilas Balik Perkebunan Karet di Aceh Timur, Komoditas yang Tak Kalah Berharga dari Rempah-Rempah
- Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Ini Sejarah Rumah Rungko Peninggalan Suku Kluet Aceh
Ada Yayasan Makam
Makam ini memang tergolong cukup lama dan tua, tentunya perlu perawatan ekstra agar tidak hilang menjadi begitu saja. Pada tahun 1970, seorang pensiunan KNIL yang bertugas di Korps Marsose, Johann Brendgen melakukan perjalanan ke Aceh.
Ketika tiba di Aceh, ia melihat sebuah makam yang tidak terawat, kondisi batu nisannya hancur dan rusak, bahkan digunakan oleh masyarakat sebagai tempat untuk menggembala kambing. Mulai dari sinilah Brendgen berinisatif untuk memperbaiki dan merawat kompleks makam tersebut.
Akhirnya, ia menjalin kerjasama dengan pihak terkait dan donatur langsung dari Belanda hingga melahirkan sebuah yayasan yang diberi nama "Yayasan Dana Peutjut". Yayasan tersebut menjadi wadah untuk menyalurkan dana untuk perawatan makam.
Pada tahun 2004, Yayasan Dana Peutjut berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp2 miliar untuk memperbaiki Kerkhof Peucut pasca kerusakan karena dampak dari bencana Tsunami Aceh.
Bukti Sejarah Bernilai Tinggi
Dari kompleks pemakaman Kerkhof Peucut inilah menjadi saksi bisu bagaimana gigihnya para pejuang Aceh dalam peperangan melawan serdadu Belanda kala itu. Tempat ini turut menjadi salah satu objek wisata sejarah menarik yang ada di Provinsi Aceh.
Selain itu, di kompleks pemakaman ini juga menjadi bukti keadilan yang ditegakkan oleh Sultan Iskandar Muda dalam menjunjung tinggi hukum Islam pada masa pemerintahannya. Tentu saja, banyak pelajaran yang bisa dipetik saat berkunjung ke kompleks pemakaman ini.