Mengenal Rebu, Budaya Sopan Santun dan Larangan Masyarakat Tanah Karo
Tradisi Rebu, budaya sopan santun dan larangan yang berkembang di masyarakat Tanah Karo.
Setiap suku di Indonesia memiliki adab dan tata krama masing-masing. Bahkan, seluruh ajarannya itu diwariskan secara turun-temurun.
Mengenal Rebu, Budaya Sopan Santun dan Larangan Masyarakat Tanah Karo
Suku Karo mempunyai tradisi pantang menyampaikan pesan secara langsung kepada orang-orang tertentu. Lalu bagaimana caranya berkomunikasi? Biasanya mereka akan menyampaikannya menggunakan perantara orang lain.
Tradisi tersebut dinamakan Rebu. Melansir dari buku "Makna Pemakaian Rebu Dalam Kehidupan Kekerabatan Orang Batak Karo", Rebu diartikan 'Pantang', 'Tidak Pantas', 'Dilarang', 'Tidak Dapat'. Secara menyeluruh, pemaknaan Rebu sendiri mengandung larangan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.
Penasaran dengan Tradisi yang satu ini? Simak rangkumannya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut.
-
Apa itu tradisi Kawin Tangkap di Sumba Barat Daya? Tradisi kawin tangkap ialah perkawinan yang dilakukan dengan cara menangkap perempuan dengan paksa untuk dikawinkan dengan pria yang tidak dicintainya.
-
Apa makna dari budaya mencium tangan di Indonesia? Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun.
-
Mengapa Tradisi Panah Kasumedangan menjadi budaya penting di Sumedang? “Ini mulanya berawal dari raja pertama yakni Prabu Geusan Ulun yang membawa Panah Kasumedangan,” kata Ketua Wadah Endong Panah Kasumedangan Bayu Gustia Nugraha, menguntip YouTube Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX.
-
Apa yang ditemukan warga di Desa Surotrunan, Kebumen? Warga Desa Surotrunan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen, dibuat heboh. Sebuah gundukan tanah misterius ditemukan pada salah satu pekarangan milik warga.
-
Bagaimana upaya Kutai Timur untuk melestarikan budayanya? Di beberapa desa dan kawasan, ada yang masih menerapkan norma-norma adat. Kami mengedepankan pendekatan itu untuk mengatasi berbagai persoalan, sekaligus ikut melestarikan budayanya," kata Kasmidi.
-
Apa saja yang dilakukan dalam tradisi Bubur Suro di Jawa Barat? Pada 10 Muharam, masyarakat setempat akan menyiapkan bubur merah dan bubur putih yang disajikan secara terpisah, atau yang dikenal sebagai Bubur Suro. Bubur yang sudah jadi kemudian dibawa ke masjid terdekat bersama dengan hidangan lezat lainnya untuk dibagikan dan dinikmati bersama.
Mengontrol Perbuatan
Mengutip dari bpodt.id, tujuan dari tradisi Rebu adalah batas kebebasan agar bisa mengontrol perbuatan setiap orang Karo. Hal tersebut untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, seperti perselingkuhan contohnya.
Tak sampai situ, Rebu rupanya juga ditegakkan dalam konsep tempat tinggal orang Karo Tradisional. Pasalnya, dalam satu rumah itu dihuni empat sampai dua belas keluarga tanpa batas dinding atau sekat. Maka dari itu, Rebu begitu berperan penting meskipun tidak ada aturan secara tertulis. Namun, orang Karo begitu teguh dan patuh terhadap Rebu. (Foto: wikipedia)
Mendidik Anak Sejak Dini
Tradisi Rebu juga diterapkan dalam sistem mendidik anak yang masih tinggal di rumah adat. Mereka sangat dilarang keras apabila pulang bermain setelah jam makan malam.
Apabila mereka melanggar, mereka bakal memilih tidur di Jabu Desa dan tidak berani pulang ke rumah. Dengan tidak pulang ke rumah, otomatis mereka tidak mendapat makan, alias menahan lapar semalaman. Rupanya, Rebu juga mengajarkan dan mendidik anak untuk displin waktu.
Diterapkan Pada Sistem Kekerabatan
Penegakan tradisi Rebu dalam masyarakat Karo tak hanya bersinggungan dengan tata krama dan sikap seseorang saja. Namun, Rebu juga terkenal di sistem kekerabatan.
Ada 3 sistem kekerabatan yang masih berpegang teguh dengan tradisi Rebu, yaitu Rebu antara Mami (mertua wanita) dengan kela (menantu laki-laki), Rebu antara Bengkila (mertua laki-laki) dengan Permain (menantu wanita), dan Rebu antara Turangku dengan Turangku atau orang yang beripar dan berbeda jenis kelamin.
Masih berlaku hingga kini
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, masyarakat Karo masih terus melestarikan Rebu. Bahkan, meski terjadi perubahan sosial, nilai-nilai, Rebu tidak berubah sama sekali.
Sebagian orang Karo masih menegakkan Rebu karena merupakan tuntutan ajaran adat. Namun, ada beberapa hal yang bisa dipetik dari tradisi Rebu ini, mencegah terjadinya hal-hal negatif yang memicu terjadinya perselisihan.
Dari penerapan Rebu, setiap orang pasti akan timbul rasa hormat dan rasa segan secara natural. Dari rasa hormat tersebut, terbentuklah tata krama sopan santun yang menjadi prinsip-prinsip sosial dalam hidup berkerabat.
(Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
- Mengenal Tradisi Ngalungi Sapi, Budaya Masyarakat Blora Warisan Nenek Moyang
- Mengenal Tradisi Buka Luwur, Momen Penggantian Kain Penutup Makam Sunan Kudus
- Tradisi Kupatan Jolosutro Asal Bantul Diakui Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Ini Keunikannya
- Unik, Ini Nama-Nama Hari Sendiri dalam Bahasa Sunda yang Jarang Diketahui