Mengenal Ulap Sarut, Tradisi Berpakaian Masyarakat Dayak Benuaq yang Kaya Nilai Filosofis
Dalam seni ini, benang yang digunakan untuk membuat pakaian berasal dari serat daun nanas.
Ulap Sarut merupakan salah satu seni membuat pakaian yang dikembangkan masyarakat Dayak Benuaq. Dalam seni ini, benang yang digunakan untuk membuat pakaian berasal dari serat daun nanas.
Kerajinan Ulap Sarut tak hanya digemari oleh warga lokal. Para peminatnya juga datang dari berbagai negara mulai dari Thailand, Hongkong, dan Australia. Bagi mereka, pakaian ini cocok untuk mengikuti peribadatan di gereja atau kuil.
-
Apa itu Kapurut Sagu? Kapurut sagu terbuat dari tepung sagu yang sudah agak mengeras dan memiliki warna kecokelatan. Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat kaya akan tradisi, budaya, hingga sajian makanan yang unik.Salah satu sajian makanan khas Mentawai yang patut anda coba adalah kapurut sagu.
-
Kapan Sagil lahir? Mengutip Instagram @majeliskopi, Sabtu (11/5), Sagil diketahui kelahiran Desa Belui pada 7 Juni 2012 lalu.
-
Siapa Ury Kartha? Ury Kartha, meskipun bukan selebriti, namun sudah cukup populer dan memiliki banyak penggemar.
-
Apa itu Ulap Doyo? Kain tenun Ulap Doyo ini merupakan kain buatan dari Suku Dayak Benuaq, Tanjung Isuy, Kabupaten Kutai, Samarinda.
-
Apa itu asam urat? Asam urat adalah bentuk radang sendi yang menyebabkan rasa sakit dan bengkak pada persendian. Kondisi ini terjadi ketika ada penumpukan asam urat ekstra di tubuh Anda.
“Mereka bilang pakaian ini cocok sekali. Banyak pesanan dari mereka justru bikin kita kewalahan,” kata Bupati Kutai Barat saat itu, FX Yapan, saat ditemui Liputan6.com pada Agustus 2022 lalu.
Selain itu, setiap motif yang dibentuk pada kain ini memiliki nilai filosofis dan pesan moral tertentu.
Berikut selengkapnya:
Penuh Makna dan Nilai Filosofis
Ketua Dekranasda Kutai Barat, Yayuk Seri Rahayu, menjelaskan bahwa setiap motif pada Ulap Sarut memiliki makna. Ia mengatakan bahwa orang tua zaman dulu yang ingin menyampaikan sesuatu biasanya membuat suatu motif pada kain Ulap Sarut untuk menyampaikan pada orang-orang mengenai apa yang mereka rasakan dan mereka pikirkan.
Tokoh Adat Kutai Barat, Ruslan Gamas, menyampaikan bahwa makna yang terkandung dalam Ulap Sarut telah diceritakan oleh nenek moyang terdahulu. Walaupun ulap sarut sudah tidak ada sentuhannya, namun motif dan makna yang tersirat masih hidup sampai sekarang.
- Mengenal Lebih Dekat Tradisi Sekaten, Warisan Budaya Penuh Makna dalam Menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW
- Mengenal Tradisi Sarafal Anam, Kesenian Khas Bengkulu yang Kental dengan Nuansa Islam
- Mengenal Tradisi Nengget, Upacara Berikan Kejutan agar Memperoleh Anak Ala Masyarakat Karo
- Mengulik Tradisi Bersyukur dengan Bubur Sumsum, Ternyata Punya Makna dan Filosofi Mendalam
“Tidak semua orang sanggup menerjemahkan motif itu. Karena banyak hal yang dianggap tabu untuk disampaikan secara lisan bahkan sesuatu yang menjadi simbol rahasia. Hanya orang tertentu saja yang memahaminya, karena mitos masih kental pada saat itu,” kata Ruslan dikutip dari Liputan6.com.
Festival Sarut
Pada 12-14 Agustus 2024 lalu, Pemerintah Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, menggelar acara Festival Sarut. Acara ini menyuguhkan kegiatan para pengrajin Ulap Sarut. Kegiatan ini jadi meriah karena antusiasme warga yang ingin menyaksikan cukup tinggi.
Bagi masyarakat Dayak Benuaq, Festival Sarut merupakan panggung kebanggaan. Hampir pada setiap pagelaran festival tahunan itu, mereka selalu berlomba-lomba untuk menyajikan wastra terbaik yang mereka punya.
Sementara bagi Pemerintah Kabupaten Kutai Barat, festival ini menjadi ajang untuk mengenalkan salah satu dari ragam wastra yang dimiliki Kutai Barat. Kehadiran Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi penyemangat sendiri agar Sarut makin dikenal luas.
“Ini adalah upaya dari pemerintah untuk menjaga, memelihara, mempromosikan, dan melestarikan kerajinan sarut,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Barat, Yuyun Diah Setyorini, dikutip dari Liputan6.com.
Pembinaan Terhadap Pengrajin Urap Sarut
Pembinaan perlu terus dilakukan agar warisan karya seni leluhur ini tetap terjaga dan terus diwariskan dari generasi ke generasi. Terkait pembinaan ini, Yuyun memastikan pihaknya akan konsiten melakukannya, terutama bagaimana agar produk ini bisa bersaing di tengah gempuran fashion modern. Di samping itu, upaya promosi agar pengrajin mendapat penghasilan dari kegiatan yang ditekuninya bisa terus berjalan berkesinambungan.
“Dekranasda Kutai Barat terus berusaha untuk membina dan memberi tempat sehingga dapat kita lestarikan. Kita juga bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mempromosikan Ulap Sarut serta melakukan pembinaan-pembinaan agar mereka bisa lebih kreatif dan menghasilkan kerajinan yang lebih baik lagi,” ujar Yayuk.