Sejarah Masjid Al-Mahmudiyah Suro, Masjid Tertua di Palembang yang Punya Tradisi Unik
Masjid yang konon sudah berusia lebih dari satu abad ini memiliki nuansa Melayu yang begitu kental serta tradisi unik.
Masjid yang konon sudah berusia lebih dari satu abad ini memiliki nuansa Melayu yang begitu kental serta tradisi unik.
Sejarah Masjid Al-Mahmudiyah Suro, Masjid Tertua di Palembang yang Punya Tradisi Unik
Perkembangan sejarah Islam di Pulau Sumatera sudah berlangsung sejak abad ke-19. Tak dipungkiri peninggalan-peninggalan masa Islam itu salah satunya berupa rumah ibadah atau masjid yang menjadi saksi bisu penyebaran ajaran Islam di sebuah daerah.
Di Palembang, terdapat masjid tertua yang letaknya di Jalan Ki Gede Ing Suro, Kelurahan 30 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang yaitu Masjid Besar Al-Mahmudiyah atau biasa disebut dengan Masjid Suro. (Foto: duniamasjid.islamic-center.or.id)
-
Apa tradisi unik Masjid Saka Tunggal Banyumas di bulan Ramadan? Masjid Saka Tunggal merupakan salah satu masjid tua di Banyumas. Masjid itu konon sudah dibangun pada tahun 1288 Masehi. Namun ada versi lain yang menyebutkan kalau masjid itu berdiri pada tahun 1522 Masehi. Terlepas dari sejarahnya, masjid ini punya tradisi unik, terutama saat Bulan Ramadan. Salah satunya adalah tradisi mematikan lampu saat zikir setelah melaksanakan Salat Tarawih. Pada momen itu, lampu masjid dimatikan selama lima menit, setelah itu kembali dinyalakan.
-
Apa yang unik dari Masjid Nanik Musini? Desainnya yang unik dan menyerupai kelenteng, membuat rumah ibadah umat muslim ini berbeda dari kebanyakan.
-
Apa yang unik dari Masjid As Salam di Kampung Naga? Masjid ini menjadi tempat yang unik di Kampung Naga, karena memiliki desain bergaya Sunda kuno.
-
Apa yang unik dari Masjid Agung Nur Sulaiman? Di dalam masjid itu, ada ruang tanpa pintu yang diperuntukkan khusus bagi tempat imam. Keberadaan tempat khusus imam ini jarang ditemukan pada masjid-masjid lain di Indonesia.
-
Apa yang unik dari Masjid At Taqwa? Keunikan lain dari Masjid At Taqwa Cirebon adalah terdapatnya gerbang cukup besar selebar 3 meter dengan corak emas dan kaligrafi dua kalimat syahadat.
-
Apa ciri khas unik dari Masjid Al Hikmah di Serang? Yang tidak ditemui dari masjid lain adalah tidak adanya kubah. Kubah diketahui diganti dengan mastaka berbentuk kepala burung yang menghadap ke seluruh penjuru.
Dikutip dari berbagai sumber, masjid ini didirikan oleh seorang ulama besar bernama KH. Abudrahman Delamat atau Ki Delamat di atas tanah wakaf miliki Kiai Kiagus H. Khotib Mahmud sekitar tahun 1889.
Pembangunan masjid ini selesai dibangun tahun 1891, keunikannya adalah memiliki ciri khas nuansa Melayu yang cukup kental. Tak sampai situ, selain kegiatan ibadah dan memperluas ilmu agama, masjid ini mempunya sebuah tradisi yang unik yaitu bagi-bagi Bubur Suro gratis setiap bulan puasa.
Tidak Diperbolehkan
Pada awal mula berdirinya masjid ini banyak sekali masyarakat sekitar yang berbondong-bondong datang untuk beribadah salat atau menimba ilmu agama kepada Kiai Delamat. Singkat cerita masjid ini terlihat begitu ramai dengan aktivitas keagaamaan yang membuat Tuan Residen waspada.
Berdiri pada era Kolonial tentu bukan hal yang mudah. Tuan Residen pada waktu itu menyatakan bahwa masjid ini tidak diperbolehkan sebagai tempat untuk menyampaikan dakwah Islam. Mereka takut dan khawatir apabila masyarakat Palembang akan 'memberontak' Belanda.
Kiai Delamat sebagai tokoh ulama tersohor pada saat itu kemudian dipanggil pihak Hindia Belanda untuk tidak lagi menyebarkan ajaran Islam. Bahkan, terdapat larangan menyelenggarakan Salat Jumat.
Sempat Dibongkar Belanda
Tak berhenti disitu, Masjid Suro ini pernah dibongkar dan juga dilarang dipergunakan untuk aktivitas keagamaan selama hampir 36 tahun. Kemudian kepengurusan masjid ini berpindah ke Kiai KGS. H. Mahmud Usman atau Kiai Khotib yang akhirnya mengubah nama masjidnya menjadi Al-Mahmudiyah.
Pada tahun 1920, setelah "dibekukan" oleh pihak Belanda akhirnya masjid ini kembali diperbaiki. Lima tahun kemudian tepatnya tahun 1925, dibangun menara masjid yang digunakan untuk kepentingan ibadah masyarakat.
Tuan Residen saat itu mulai memperbolehkan masjid Al-Mahmudiyah untuk salat Jumat. Sejak saat itulah, aktivitas di Masjid Suro bisa dikatakan kembali normal dan tidak ada lagi gangguan dari pihak kolonial Belanda.
- Jadi yang Tertua di Kalimantan Barat, Ini Sejarah Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman
- Menilik Sejarah Masjid Kiai Muara Ogan, Berdiri di Pertemuan Sungai Musi dan Sungai Ogan Sejak Tahun 1871
- Fakta Unik Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas, Cagar Budaya Sarat Sejarah yang Telah Berusia 3,5 Abad
- Menengok Sejarah Masjid Agung Palembang, Warisan Peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam Abad 18
Masih Terjaga Keasliannya
Melansir dari beberapa sumber, warisan yang masih bertahan sampai sekarang ini adalah ornamen-ornamen beberapa bagian masjid yang masih asli. Contohnya seperti tiang penyangga atau sokoguru, mimbar imam dan kolam wudhu untuk laki-laki.
Bagian tiang penyangga masjid ini juga istimewa karena berjumlah 16 buah yang terbuat dari kayu yang dibawa langsung oleh Kiai Delamat dari tanah kelahirannya di Musi Banyuasin.
Tradisi Unik
Mengutip dari kanal Liputan6.com, masjid tertua di Palembang ini memiliki sebuah tradisi yang dilaksanakan ketika bulan puasa tiba, yaitu berbagi Bubur Suro gratis kepada masyarakat.
Antusias masyarakat setiap tahunnya tidak pernah surut. Bahkan momen seperti ini sangat ditunggu-tunggu oleh mereka. Tradisi bagi-bagi bubur ini sudah terjalin cukup lama dan sudah diwariskan turun-temurun oleh pengelola masjid.
Bubur suro memiliki cita rasa gurih, asin, dan sedikit berlemak dan mengenyangkan. Menu ini biasanya diburu para warga, sebagai salah satu menu takjil berbuka puasa. Menurut pengurus masjid, seluruh biaya untuk memasak bubur ini berasal dari dana swadaya masyarakat hingga jemaah masjid.
"Kalau resep buburnya sudah ada dari turun-temurun. Setiap hari kamu membagikan sekitar 200 porsi bubur secara gratis kepada warga yang datang ke masjid ini,"
kata Pengurus Masjid Al Mahmudiyah, Riyanto.