Sejarah Tarekat Naqsabandiyah, Sebarkan Pengaruh Ajaran Islam dari Asia Selatan Hingga Tiongkok
Tarekat utama dari ajaran Tasawuf Sunni ini memberikan pengaruh serta beperan penting dalam peradaban Islam di Asia bahkan hingga ke negeri Tiongkok.
Tarekat utama dari ajaran Tasawuf Sunni ini memberikan pengaruh serta beperan penting dalam peradaban Islam di Asia bahkan hingga ke negeri Tiongkok.
Sejarah Tarekat Naqsabandiyah, Sebarkan Pengaruh Ajaran Islam dari Asia Selatan Hingga Tiongkok
Tarekat Naqsabandiyah merupakan salat satu dari sekian tarekat dalam tradisi Tasawuf Islam.
Pada praktiknya, para pengikutnya akan ditekankan dalam berzikir sebagai cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Melalui zikir inilah seseorang dapat mencapai kesadaran spiritual yang tinggi.
Dalam Tarekat ini juga mengajarkan pentingnya taat pada hukum-hukum islam serta kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari. Semua ajaran ini kemudian disebar ke beberapa daerah bahkan hingga mancanegara. (Foto: Pixabay)
-
Di mana Syekh Nurjati menyebarkan agama Islam? Ia bergerak mengenalkan Islam ke wilayah barat pulau Jawa melalui semenanjung Malaka hingga ke pelabuhan Nagari Singapura yang saat ini merupakan wilayah Cirebon, Jawa Barat.
-
Bagaimana Tarekat Sufi menyebarkan Islam di Indonesia? Mereka menggunakan pendekatan mistik dan keagamaan yang mendalam untuk menarik hati masyarakat dan menyebarkan ajaran Islam dengan lebih lembut.
-
Bagaimana Masjidil Aqsha menjadi saksi sejarah penyebaran Islam? Masjid ini tidak hanya menjadi saksi sejarah penyebaran Islam, tetapi juga menjadi tempat terjadinya peristiwa-peristiwa penting dalam Islam.
-
Apa peran NU dan Muhammadiyah dalam sejarah Indonesia? NU dan Muhammadiyah berperan penting dalam sejarah perjalanan negara ini dan berpengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Indonesia.
-
Mengapa Syekh Nurjati menyebarkan agama Islam? Setelah ilmunya dirasa cukup, ia kemudian memulai misinya untuk mengenalkan ajaran Islam.
-
Bagaimana Syekh Nurjati menyebarkan agama Islam di Cirebon? Mereka diterima baik oleh penguasa setempat bernama Ki Gendeng Tapa pada tahun 1420, dan diberikan izin untuk mendirikan permukiman di Pesambangan, Giri Amparan Jati (bukit kawasan Gunung Jati). Di sana ia bersama rombongan mulai giat berdakwah, dan mengenalkan Agam Islam secara baik, perlahan dan bijaksana.
Dengan adanya Tarekat Naqsabandiyah, menjadi faktor pengaruh penting adanya Islam selain di negara-negara yang memang mayoritas penduduknya adalah orang muslim.
Tak tanggung-tanggung, pengaruh Tarekat ini sudah dibawa hingga ke negeri Tiongkok.
Selain mengajarkan prinsip Islam, terdapat cerita sejarah keberadaan Tarekat Naqsabandiyah hingga pengaruhnya mampu tersebar luas.
Simak informasi selengkapnya yang dirangkum merdeka.com berikut ini.
Sudah Ada Sejak Abad 12
Melansir dari berbagai sumber, Tarekat Naqsabandiyah menjadi buah pikiran dari Yusuf Hamdani dan Abdul Khaliq Ghajadwani pada abad ke-12 silam.
Merekalah yang mengajarkan tentang doa-doa yang hening.
Kemudian pada abad ke-14 dikaitkan dengan Bahaudin al-Bukhari an-Naqsyabandi dan akhirnya namanya pun digunakan menjadi nama tarekat tersebut.
Nama ini memiliki arti pengukir (dari hati)", "pembuat pola", "pembaru pola", "pembuat gambar", atau "yang berhubungan dengan pembuat gambar.
Mengutip dari kanal Liputan6.com, Tarekat Naqsabandiyah berkembang dan bercabang menjadi beberapa sub-tarekat yang masing-masing mengikuti pemimpin spiritual yang berbeda.
Dengan berkembangnya Tarekat Naqsabandiyah ini menjadi bukti bahwa terjadi dinamika dan melahirkan keberagaman dalam pendekatan spiritual yang diikuti oleh para pengikut-pengikutnya.
Berkembang ke Beberapa Negara
Bukti dinamika Tarekat Naqsabandiyah ini semakin terlihat ketika pengaruh mereka sudah menyebar hingga ke beberapa negara. Di Asia Selatan, Tarekat Naqsabandiyah begitu berperan penting selama dua abad dan menjadi tarekat spiritual pertama di anak benua India.
Di India tarekat ini dibawa oleh seseorang bernama Baqi Billah sekira abad ke-16. Kemudian, pada akhir abad ke-17 Tarekat ini sudah mencapai Suriah oleh Syekh Murad Ali al-Bukhari lalu melakukan perjalanan ke seluruh wilayah Arab.
Memasuki abad 19, wilayah Mesir sangat didominasi oleh ajaran-ajaran Tarekat Naqsabandiyah. Tarekat ini dipimpin oleh Syekh Naqsybandi Ahmad Ashiq sampai kematiannya di tahun 1883.
Kemudian, Tarekat Naqsabandiyah sudah menyebar hingga ke Tiongkok.
Ajaran ini dibawa oleh seseorang bernama Ma Laichi yang kemudian menciptakan Tarekat sendiri bernama Tarekat Khuffiyah.
Ajaran Tarekat Naqsabandiyah
Sebagai salah satu tarekat tasawuf dalam Islam, tentunya memiliki ajaran-ajaran pokok yang menjadi landasan prinsip yang diikuti oleh para pengikutnya.
Terdapat enam pokok ajaran Tarekat Naqsabandiyah yang terdiri dari Tobat, Uzlah (Pengasingan Diri), Zuhud (Ketidakmaterialisan), Takwa, Qana'ah (Menerima Kehendak Allah), dan terakhir Taslim (Berserah Diri).
Selain enam pokok ajaran di atas, Tarekat ini juga mengenal "Rukun Enam" yang mencakup aspek ilmu, penyantun, kesabaran, rela terhadap takdir Allah, Ikhlas, dan Berakhlak baik.