Bumi Semakin di Kelilingi Ribuan Satelit, Apakah akan Terjadi Kemacetan di Luar Angkasa?
Semakin banyak peristiwa benda asing jatuh dari langit. Benda-benda itu kebanyakan berasal dari Stasiun Luar Angkasa.
Semakin banyak peristiwa benda asing jatuh dari langit. Benda-benda itu kebanyakan berasal dari Stasiun Luar Angkasa.
Bumi Semakin di Kelilingi Ribuan Satelit, Apakah akan Terjadi Kemacetan di Luar Angkasa?
Pada 8 Maret 2024, seorang warga Florida bernama Alejandro Otero sedang menjalani aktivitas sehari-harinya ketika sebuah benda logam seberat 0,7 kg jatuh dari langit dan menembus rumahnya.
Benda tersebut adalah sebuah baterai bekas dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang tidak terbakar sepenuhnya saat masuk kembali ke Bumi.
Dilansir dari Science Focus, Jumat (14/6), Aaron Boley, seorang Profesor Astronomi dan Astrofisika di Universitas British Columbia, mengingatkan bahwa kejadian ini adalah pertanda dari meningkatnya masalah karena ruang orbit kita semakin penuh.
Semakin banyaknya satelit yang diluncurkan menambah risiko kecelakaan di masa depan.
-
Apa yang ditemukan oleh para astronom di luar angkasa? Para astronom telah mendeteksi partikel langka dan berenergi sangat besar yang jatuh ke Bumi dari luar angkasa.
-
Apa yang ditemukan NASA saat mengamati luar angkasa? Para astronom NASA telah menemukan "sinyal" yang tidak dapat dijelaskan datang dari luar galaksi ini. Mereka sedang melihat data selama lebih dari satu dekade dari salah satu teleskop utama NASA ketika mereka menangkap sinyal tersebut. “Ini adalah sesuatu yang tidak terduga dan belum dapat dijelaskan di luar galaksi kita,” kata Francis Reddy dari Goddard Space Flight Center NASA, dikutip Indy100, Sabtu (20/1).
-
Di mana sampah luar angkasa berada? Melansir dari situs BGR, Minggu, (2/9), menurut Badan Antariksa Eropa, Bumi ini dikelilingi oleh 26.500 keping puing dengan lebar 4 inci.
-
Dimana kamera luar angkasa China di orbit? Setelah berhasil mengorbit di ketinggian 310 mil di luar angkasa pada 16 Januari lalu, baru-baru ini perusahaan tersebut merilis hasil foto kamera 360 milik mereka yang terpasang pada satelit yang mengorbit di Bumi.
-
Di mana sampah luar angkasa itu berada? Jarak sampah luar angkasa ini beragam, dimulai dari 700 hingga 360.000 kilometer di atas permukaan Bumi.
-
Apa yang didengar oleh astronot China di luar angkasa? Astronot China melaporkan mendengar suara “ketukan” aneh di luar angkasa – dan hingga kini tidak ada yang benar-benar tahu apa itu.
Dengan ribuan satelit yang direncanakan untuk diluncurkan dalam beberapa tahun ke depan, kekhawatiran akan penggunaan yang tidak berkelanjutan dari orbit rendah Bumi (LEO) semakin meningkat.
LEO adalah wilayah ruang angkasa di sekitar Bumi tempat sebagian besar satelit berada. Risiko jatuhnya korban atau kerusakan properti hanyalah sebagian kecil dari masalah yang lebih besar.
Sejak peluncuran Sputnik oleh Uni Soviet pada 4 Oktober 1957, jumlah satelit di orbit telah meningkat pesat. Hingga 18 April 2024, terdapat 9.822 satelit aktif dan 2.770 objek tidak aktif yang mengorbit Bumi.
Konstelasi internet satelit Starlink milik SpaceX telah meluncurkan 6.188 satelit dan berencana menambah hingga 42.000 satelit di masa depan.
Selain itu, perusahaan lain seperti OneWeb, Guo Wang, dan Amazon juga telah mengajukan permohonan untuk meluncurkan sekitar 65.000 satelit.
Dengan banyaknya satelit dan puing-puing di orbit, risiko tabrakan meningkat. Menurut NASA, ada sekitar 25.000 keping puing berukuran lebih dari 10 cm dan sekitar 500.000 keping lebih kecil dari 10 cm.
Benda-benda ini bergerak dengan kecepatan ribuan mil per jam, meningkatkan risiko kecelakaan.
Untuk mengatasi masalah ini, berbagai langkah telah diambil. Misalnya, tekanan dari komunitas astronomi telah mendorong SpaceX dan Amazon Kuiper untuk memodifikasi desain satelit mereka agar tidak terlalu berkilau.
Selain itu, Persatuan Astronomi Internasional telah mendirikan Pusat Perlindungan Langit Gelap dan Tenang dari Interferensi Konstelasi Satelit, serta memasukkan topik ini ke dalam agenda PBB, G7, dan Dewan Uni Eropa.
Penghindaran tabrakan memerlukan satelit yang mampu bermanuver sepenuhnya dan melacak benda di sekitarnya. Mengatasi polusi atmosfer juga menjadi tantangan, karena banyak satelit yang dirancang dengan masa operasional sekitar lima tahun akan terbakar di atmosfer bagian atas, menyebabkan akumulasi material berbahaya.