Ilmuwan Ciptakan Kacamata Virtual Reality untuk Tikus
Cornell University menciptakan MouseGoggles, VR headset untuk tikus, memungkinkan studi perilaku dan fungsi otak dengan simulasi lebih realistis dan mendalam.
Ilmuwan di Cornell University telah menciptakan MouseGoggles, perangkat virtual reality (VR) mini khusus untuk tikus. Teknologi ini bukan untuk hiburan, melainkan alat canggih yang membantu peneliti memahami perilaku dan fungsi otak tikus dengan lebih mendalam.
Mengutip Science Alert, Senin (6/1), MouseGoggles terdiri dari layar kecil yang diambil dari smartwatch, dilengkapi lensa Fresnel, dan teknologi pelacak gerakan mata serta dilatasi pupil. Perangkat ini dipasang pada kerangka yang memungkinkan tikus menjelajahi lingkungan virtual sambil berjalan di treadmill berbentuk bola.
-
Bagaimana para ilmuwan meneliti lukisan gua tersebut? Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh arkeolog Indonesia Adhi Augus Oktaviana menggunakan teknik yang disebut pencitraan seri U ablasi laser, yang menurut mereka dalam penelitian tersebut adalah “aplikasi baru dari pendekatan ini”.
-
Bagaimana cara para ilmuwan melatih cacing robot tersebut? Dalam studi ini, para peneliti melatih AI untuk mengarahkan cacing Caenorhabditis elegans sepanjang satu milimeter menuju tambalan Escherichia coli di sebuah piring berukuran empat sentimeter.
-
Di mana penemuan mumi tikus yang mengejutkan ilmuwan itu terjadi? Penemuan mencengangkan telah ditemukan di Puna de Atacama, sebuah wilayah tandus yang melintang di antara Chili dan Argentina.
-
Mengapa para ilmuwan penasaran dengan jejak kaki misterius ini? Pertanyaan ini masih jauh dari terjawab, mengingat kurangnya catatan fosil dan gambaran evolusi baru dan lebih rumit yang diberikan oleh studi DNA kuno terbaru,” lanjutnya.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang tikus dan kemampuan berimajinasi mereka? Menurut penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Janelia Research Campus, Howard Hughes Medical Institute, Amerika Serikat (AS), mengungkapkan bahwa tikus kecil memiliki kapasitas untuk membayangkan atau menghayal perjalanan dan lokasi yang ada di dalam pikiran mereka.
-
Bagaimana para ilmuwan meneliti objek misterius tersebut? Mengutip Gizmodo, Sabtu, (18/11), untuk mengetahui lebih lanjut lagi, kemudian para peneliti menggunakan teknologi berkekuatan tinggi untuk mengamati booster dan mengukur perubahan cahaya dan pergerakan dari alat tersebut.
Hasil Studi
Dalam uji coba, tikus menunjukkan reaksi yang jauh lebih kuat terhadap rangsangan VR melalui MouseGoggles dibandingkan layar proyeksi tradisional.
Ketika diberikan simulasi "predator mendekat" berupa bayangan gelap yang membesar, tikus yang memakai MouseGoggles melompat dan menunjukkan reaksi takut yang nyata, berbeda dengan saat menggunakan proyeksi layar.
"Setiap tikus yang pertama kali melihat ini melalui MouseGoggles menunjukkan reaksi kaget besar, seperti benar-benar merasa diserang," ujar Matthew Isaacson, ahli saraf sekaligus penulis utama penelitian ini.
Pada eksperimen lainnya, tikus dilatih untuk mengenali lokasi tertentu dalam jalur virtual linear yang memberikan hadiah cair. Hasilnya menunjukkan bahwa tikus dapat mempelajari pola ruang dan lokasi dengan baik menggunakan MouseGoggles.
Arah Penelitian
MouseGoggles memungkinkan simulasi yang lebih realistis, memberikan data otak yang lebih akurat dalam berbagai skenario perilaku tikus. Teknologi ini lebih murah dibandingkan sistem VR tradisional dan memiliki fitur tambahan seperti pelacakan mata.
- Ini Keunggulan Kacamata Holografik yang Dipamerkan Mark Zuckerberg
- Orang Lumpuh ini Bersyukur Ada Teknologi Baru yang Membuatnya Bisa “Jalan-jalan” tanpa Ditemani Keluarga
- VIDEO: Inikah "Nenek Moyang" Teknologi Virtual Reality?
- Penjelasan Artis VR soal Dugaan Keterlibatan Anaknya dalam Kasus Perundungan ‘Geng Tai’
Menurut Chris Schaffer, insinyur biomedis di tim penelitian, langkah berikutnya adalah mengembangkan versi wearable untuk hewan lain dan menambahkan integrasi indra lain, seperti penciuman dan pendengaran.
"VR dengan lima indra untuk tikus bisa menjadi terobosan dalam memahami perilaku kompleks, seperti bagaimana tikus mengintegrasikan informasi sensorik untuk membuat keputusan," ujar Schaffer.