Ilmuwan Pakai Terowongan Ini Buat Simulasi Masuk Atmosfer Uranus yang Dingin
Para ilmuwan berhasil menciptakan sebuah simulasi mengenai lingkungan planet ini.
Para ilmuwan berhasil menciptakan sebuah simulasi mengenai lingkungan planet ini.
Ilmuwan Pakai Terowongan Ini Buat Simulasi Masuk Atmosfer Uranus yang Dingin
Uranus adalah planet kedua terjauh dalam sistem Tata Surya setelah Neptunus. Karena itu, manusia belum banyak mengetahui planet ini secara mendetail.
Namun, baru-baru ini para ilmuwan berhasil menciptakan sebuah simulasi mengenai lingkungan planet ini. Lebih tepatnya, bagaimana rasanya jika manusia jatuh ke dalam planet ini.
-
Kenapa ilmuwan terkejut dengan penemuan di Saturnus? Tidak ada seorang pun di tim Cassini-Huygens yang membayangkan bahwa bulan-bulan kecil Saturnus bisa aktif secara kimiawi dan menghasilkan molekul-molekul berat. Ini adalah kejutan terbesar dan mungkin merupakan penemuan Cassini yang paling penting,” tambah Blanc.
-
Mengapa orbit Uranus tidak sesuai dengan perhitungan para astronom? Mereka menyimpulkan bahwa dunia tak dikenal pasti secara gravitasi mengganggu jalur orbit planet tersebut.
-
Bagaimana NASA berencana menyelidiki kejadian sampah luar angkasa ini? ISS akan “melakukan penyelidikan mendetail” tentang bagaimana puing-puing itu selamat dari pembakaran, menurut NASA.
-
Apa yang ditemukan NASA saat mengamati luar angkasa? Para astronom NASA telah menemukan "sinyal" yang tidak dapat dijelaskan datang dari luar galaksi ini. Mereka sedang melihat data selama lebih dari satu dekade dari salah satu teleskop utama NASA ketika mereka menangkap sinyal tersebut. “Ini adalah sesuatu yang tidak terduga dan belum dapat dijelaskan di luar galaksi kita,” kata Francis Reddy dari Goddard Space Flight Center NASA, dikutip Indy100, Sabtu (20/1).
-
Apa yang ditemukan oleh para astronom di luar angkasa? Para astronom telah mendeteksi partikel langka dan berenergi sangat besar yang jatuh ke Bumi dari luar angkasa.
-
Kenapa para ilmuwan yakin Planet Kesembilan itu ada? Hasilnya menunjukkan bahwa penjelasan paling logis untuk pergerakan tidak teratur dari objek-objek tersebut adalah adanya sebuah planet besar yang belum teridentifikasi.
Mengutip laporan ScienceAlert dan Space, Sabtu (25/11), baik NASA maupun ESA telah menyatakan bahwa kunjungan ke Uranus dan Neptunus telah menjadi prioritas utama dari misi penjelajahan Tata Surya mengingat hanya kedua planet itulah yang belum berhasil dijelajahi manusia.
Untuk mencapai tujuan ini, wahana harus dipastikan tahan dengan kondisi lingkungan di sana.
Karena itu, baru-baru ini para ilmuwan dari Inggris, ESA, dan Jerman melakukan simulasi wahana yang turun ke atmosfer kedua planet tersebut.
Pengujian ini dilakukan di dua lokasi, yaitu terowongan T6 Stalker yang merupakan fasilitas plasma hipersonik di Universitas Oxford, Inggris, dan terowongan angin plasma dari Grup Diagnostik Aliran Entalpi Tinggi Universitas Stuttgart, Jerman.
Campuran Gas
Para ilmuwan kemudian menciptakan analog atmosfer menggunakan campuran gas yang mirip dengan yang ditemukan di Neptunus dan Uranus, dan melakukan penyelidikan dengan kecepatan setara hingga 19 kilometer per detik.
Tes ini menyimulasikan apa yang harus dihadapi oleh wahana yang turun ke atmosfer Uranus atau Neptunus, termasuk fluks panas dan pemanasan konvektif.
Pemanasan terjadi karena meskipun atmosfer planet-planet ini sangat dingin, wahana akan memanas secara signifikan saat memasuki atmosfer.
Menurut ESA, tingkat pemanasan ini jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat pemanasan manapun yang pernah ESA hadapi sejauh ini.
“Terowongan [Stalker] mampu mengukur fluks panas konveksi dan radiasi, dan secara kritis memberikan kecepatan aliran yang diperlukan untuk replikasi masuknya raksasa es, dengan jejak CH4 metana,”
Louis Walpot, Technical Officer dari penelitian ini.
Sementara itu, terowongan plasma di Stuttgart merupakan satu-satunya fasilitas di dunia yang dapat menciptakan kondisi yang diperlukan untuk mempelajari dampak ablasi dan pirolisis pada perisai pesawat ruang angkasa.
Melalui simulasi ini, para ilmuwan dapat segera menggunakan hasil simulasi tersebut untuk mengembangkan sensor yang dapat membantu mereka merancang wahana yang akan terjun ke atmosfer Uranus dan Neptunus.