Kendaraan Antariksa Hera Diluncurkan untuk Meneliti Sisa Misi DART
Ketika tiba di sana, wahana antariksa ini akan berada hampir 195 juta kilometer dari bumi. Hera juga akan singgah di Mars pada pertengahan Maret 2025.
Wahana antariksa Hera berhasil diluncurkan ke luar angkasa pada tanggal 7 Oktober 2024. Misi terbaru dari Badan Antariksa Eropa (ESA) ini bertujuan untuk menyelidiki lebih dalam efek dari tabrakan misi DART dengan asteroid Dimorphos.
ESA meluncurkan Hera menggunakan roket SpaceX Falcon 9 pada pukul 10.52 ET (21.52 WIB) dari Kennedy Space Center, Florida, Amerika Serikat. Wahana ini juga didukung oleh dua CubeSat, yang merupakan satelit mini, dan diperkirakan akan tiba di asteroid Dimorphos pada tahun 2026.
-
Siapa Pratama Arhan? Lemparannya Nyaris Jadi Goal, Simak Deretan Fakta Pratama Arhan Siapa Pratama Arhan? Lemparan dalam nyaris jadi goal Pertandingan Indonesia vs Argentina yang digelar kemarin (19/6) membawa nama Pratama Arhan jadi sorotan.
-
Di mana Arka diwisuda? Dian Nitami mengunggah momen wisuda sang putra di Instagram.
-
Kapan Pangeran Antasari wafat? Saat menjadi Sultan Banjar, Pangeran Antasari terus melanjutkan perjuangannya melawan Belanda. Di tengah perlawanan tersebut, Pangeran Antasari jatuh sakit terserang penyakit cacar dan paru-paru hingga akhirnya wafat pada 11 Oktober 1862.
-
Di mana Wanda Hara lahir? Wanda Hara, yang lahir pada 6 April 1985 di Medan, Sumatra Utara, adalah seorang fashion stylish langganan artis ternama yang kini telah berusia 39 tahun.
-
Siapa Ki Arsantaka? Ki Arsantaka merupakan putra dari Bupati Onje II, pemimpin Kadipaten Onje (cikal bakal Kabupaten Purbalingga).
-
Kapan bandara Lolak diresmikan? Bandar udara (bandara) di Provinsi Sulawesi Utara kian bertambah, kini baru saja beroperasi bandara Lolak di Bolaang Mongondow, Minggu (18/2).
Menurut informasi dari situs resmi ESA pada Rabu (20/09), ketiga wahana ini akan melakukan "investigasi tempat kejadian perkara" untuk mengungkap misteri yang masih ada dalam sistem asteroid ganda tersebut. Hera diperkirakan akan mencapai sistem asteroid ganda pada bulan Oktober 2026.
Saat tiba di lokasi tersebut, wahana antariksa ini akan berada sekitar 195 juta kilometer dari Bumi. Selain itu, Hera juga akan melakukan singgah di Mars pada pertengahan Maret 2025, yang akan memberikan tambahan momentum untuk mencapai Didymos dan Dimorphos dua tahun setelah peluncurannya.
Dalam misi ini, Hera akan menguji 11 instrumen yang dimilikinya, terbang sejauh 6.000 kilometer dari permukaan Mars, dan mengamati salah satu bulan Mars, Deimos, dari jarak 1.000 kilometer. Dimorphos adalah asteroid yang ditabrak oleh misi Double Asteroid Redirection Test (DART) pada 26 September 2022.
Misi NASA tersebut sengaja menabrakkan diri ke Dimorphos dengan kecepatan sekitar 24.000 km/jam, berhasil menghantam bagian tengah asteroid tersebut. Tabrakan tersebut terjadi lebih dari 11 juta kilometer dari Bumi. Misi DART merupakan ujian pertama bagi manusia untuk mengalihkan asteroid yang berpotensi berbahaya bagi Bumi.
DART tidak hanya berhasil mengubah lintasan Dimorphos, tetapi juga memperpendek waktu orbitnya mengelilingi asteroid mitranya, Didymos, sekitar 30 menit. Misi ini juga mengubah bentuk Dimorphos secara signifikan. NASA, melalui misi ini, melakukan penilaian menyeluruh terhadap teknologi pengalihan orbit asteroid untuk perlindungan planet.
Mereka ingin mengetahui apakah tumbukan kinetik dapat cukup efektif dalam mengubah jalur benda langit di luar angkasa. Menurut laporan dari Live Science pada Kamis (10/09), baik Dimorphos maupun Didymos tidak menimbulkan ancaman serius bagi Bumi.
Namun, sistem asteroid ganda ini menjadi target ideal untuk menguji teknologi defleksi karena ukuran Dimorphos sebanding dengan asteroid yang dapat mengancam Bumi. Para astronom telah memantau dampak tabrakan sejak insiden pada September 2022, dan hasil pengamatan menunjukkan bahwa wahana DART telah mengubah pola pergerakan Dimorphos.
DART berhasil menggeser periode orbit asteroid tersebut, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk satu kali putaran mengelilingi Didymos. Para astronom ESA kini sedang menyelidiki apakah DART hanya meninggalkan kawah atau benar-benar mengubah bentuk Dimorphos secara keseluruhan. Misi Hera akan berfokus pada penentuan komposisi yang tepat dari sistem asteroid ganda ini.
DART Kemungkinan Menyebabkan Hujan Meteor
Seiring dengan perkembangannya, misi ini dianggap mampu menghasilkan hujan meteor pertama yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Menurut informasi yang dirilis oleh IFL Science pada Rabu (09/10/2024), DART didampingi oleh CubeSat kecil dari badan antariksa Italia yang bernama LICIACube untuk mengamati peristiwa tabrakan tersebut.
Dalam studi terbaru, sekelompok ilmuwan internasional menyelidiki dampak dari tumbukan itu untuk melihat bagaimana puing-puing tersebut dapat suatu hari nanti mencapai Bumi dan Mars sebagai meteor.
Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Eloy Pena-Asensio, seorang peneliti dari kelompok Riset dan Teknologi Astrodinamika Antariksa Dalam (DART) di Institut Politeknik Milan dan diterbitkan dalam The Planetary Science Journal. Setelah melaksanakan serangkaian simulasi dinamis, para peneliti menyimpulkan bahwa serpihan asteroid tersebut dapat tiba di Mars dan sistem Bumi-Bulan dalam waktu satu dekade ke depan.
Dalam penelitian ini, Pena-Asensio dan timnya memanfaatkan data yang dikumpulkan oleh Light Italian CubeSat for Imaging of Asteroids (LICIACube), yang turut serta dalam misi DART dan menyaksikan uji tumbukan kinetik tersebut. Data ini memungkinkan tim untuk menentukan kondisi awal lontaran, termasuk lintasan dan kecepatan, yang berkisar dari puluhan meter per detik hingga sekitar 500 m/detik.
Selanjutnya, tim menggunakan superkomputer di Fasilitas Navigasi dan Informasi Tambahan (NAIF) NASA untuk mensimulasikan kemungkinan hasil dari lontaran itu. Hasil simulasi menunjukkan bahwa partikel-partikel yang lebih lambat dari Dimorphos tidak akan terhalang untuk tiba di Bumi, meskipun mereka memerlukan waktu lebih lama untuk memasuki orbit planet kita dan membentuk hujan meteor.
Namun, tim berharap bahwa Dimorphid yang baru dinamai tersebut akan mudah dikenali. Meskipun diperlukan waktu untuk memverifikasi penelitian ini melalui pengamatan meteor dari Dimorphos, hal ini juga menekankan signifikansi CubeSat dalam eksplorasi luar angkasa. Tanpa LICIACube, para ilmuwan mungkin tidak akan mengetahui potensi munculnya meteor akibat misi DART.
Bahkan, para peneliti masih berusaha untuk memahami keseluruhan data yang ada. Penelitian terbaru ini telah memberikan wawasan yang lebih baik mengenai kumpulan puing, baik dari segi struktur maupun kecepatan. Kompleksitas dalam memodelkan peristiwa semacam ini tidak bisa dianggap remeh, tetapi tim LICIACube tetap berkomitmen untuk menghadapi tantangan tersebut.