Matahari Terbit dan Terbenam 16 Kali Setiap Hari, Ini Cara Astronot Tidur di Luar Angkasa
Tidur yang cukup juga penting bagi astronot yang sedang bertugas di stasiun luar angkasa.
Tidur yang cukup juga penting bagi astronot yang sedang bertugas di stasiun luar angkasa.
Matahari Terbit dan Terbenam 16 Kali Setiap Hari, Ini Cara Astronot Tidur di Luar Angkasa
-
Apa yang membuat astronot sulit tidur di luar angkasa? Manusia pasti butuh istirahat untuk menenangkan tubuhnya setelah lelah beraktivitas. Namun, hal ini sulit dilakukan oleh para astronot ketika berada di luar angkasa. Mengapa? karena pergantian tempat yang cepat menyebabkan tubuh para astronot kesulitan untuk menyesuaikan.
-
Bagaimana astronot berbuka puasa di luar angkasa? “Sebenarnya kita bisa berbuka puasa, tapi itu tidak wajib,” ungkapnya dikutip CNN pada 2023.
-
Kenapa para astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) mengalami kesulitan mengatur waktu tidur? Seorang astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) memiliki kesulitan dalam mengatur waktu tidur. Sebab, setiap 90 menit sekali para astronot berputar mengeliling planet yang menyebabkan dalam sehari mereka bisa melihat 16 kali matahari terbit dan tenggelam.
-
Apa yang dilakukan astronot saat berada di luar angkasa? Astronot wajib memiliki keahlian: - Memberikan keputusan - Mengemudikan pesawat luar angkasa - Memelihara pesawat luar angkasa - Memberikan layanan medis dan darurat - Berjalan di luar angkasa - Mengoperasikan stasiun luar angkasa - Mengontrol lengan dan mesin robot
-
Apa yang diungkapkan oleh posisi tidur terlentang? Jika seseorang tidur dalam posisi terlentang, pola tidur tersebut dapat mencerminkan individu yang fokus, introvert, dan memiliki keteguhan batin. Mereka biasanya menghindari konflik dan keramaian, memiliki standar yang tinggi, dan lebih memilih kejujuran daripada kebohongan. Namun, optimisme adalah salah satu kekuatan utama mereka, dengan keinginan untuk menjalani kehidupan yang bermakna.
-
Bagaimana astronot mencapai luar angkasa? Penerbangan operasional pertama Program Pesawat Ulang-alik pada tahun 1980an membawa gelombang manusia baru ke luar angkasa.
Ketika sedang berada di luar angkasa, waktu di sana berjalan lebih cepat dibandingkan di Bumi.
Hal itu dirasakan oleh astronaut yang sedang berada di Stasiun Antariksa Internasional (ISS).
Mereka bisa mengorbit Bumi setiap 90 menit.
Hasilnya, astronaut yang berada di ISS merasakan 45 menit keadaan penuh cahaya dan disusul dengan 45 menit keadaan gelap.
Hal tersebut akan berulang selama 16 kali selama 1 hari di Bumi.
Lantas, bagaimana mereka istirahat? Berikut tipsnya.
Mengutip NDTV, Selasa (19/3), Badan Antariksa Eropa (ESA) telah melakukan dua eksperimen untuk menunjang waktu tidur astronaut Andreas Mogensen yang pernah berada di ISS dalam Misi Huginn.
Eksperimen pertama yang dijalani Mogensen adalah eksperimen Cahaya Sirkadian. Dalam eksperimen ini, Mogensen menggunakan lampu yang diciptakan oleh tim SAGA Space Architects untuk mendukung ritme sirkadian astronaut di luar angkasa.
- Ilmuwan Yakin Meniru Cara Kerja Tong Setan Bantu Astronot Jaga Kebugaran saat di Bulan
- Matahari dan Bulan Dianggap Sakral Buat Suku ini, Ada Pantangan-pantangan yang Tak Boleh Dilanggar
- 5 Hal Ini Masih Misterius di Alam Semesta, Ilmuwan Angkat Tangan Tak Bisa Menjawab
- Hampir Semua Astronot Mengalami Sakit Kepala saat di Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
Ritme sirkadian merupakan pola perilaku harian, baik kondisi fisik maupun mental, yang diproduksi secara alami oleh tubuh sebuah makhluk hidup yang mengikuti siklus sekitar 24 jam.
Ritme sirkadian ini dapat dipengaruhi oleh cahaya yang diterima dan suhu tubuh makhluk hidup.
Cahaya yang diterima dapat mempengaruhi hormon melatonin—hormon yang mengatur pola tidur—sehingga dapat menentukan kapan waktu yang tepat bagi tubuh untuk beristirahat dan tidur.
Mogensen memasang lampu tersebut di dalam kabin krunya. Ketika sudah memasuki waktu tidur, lampu tersebut akan memancarkan cahaya berwarna merah untuk mensimulasikan cahaya ketika matahari terbenam. Ketika bangun tidur, cahaya tersebut akan berganti menjadi warna biru, seperti cahaya ketika pagi hari.
Warna-warna yang dipancarkan memang dipilih untuk sebisa mungkin meniru cahaya 24 jam di Bumi yang tidak bisa didapatkan di luar angkasa, dengan warna terang pada waktu kerja dan cahaya yang lebih redup ketika waktu tidur.
Selain pengaturan waktu tidur, masalah dalam kualitas waktu tidur astronaut juga datang dari cara tidur dari para astronaut. Alih-alih tidur dengan berbaring, para astronaut bisa tidur di dalam kantong tidur yang diikat ke tembok yang ada di ruang tidur.
Eksperimen kedua yang dijalani oleh Mogensen adalah eksperimen Tidur di Orbit (Sleep in Orbit).
Dalam eksperimen ini, Mogensen mengenakan alat pengukur yang diletakkan di telinga (in-ear), dengan bentuk seperti earphone, ketika tidur.
Alat ini dikembangkan oleh para peneliti dari Universitas Aarhus, Denmark. Digunakan untuk mengukur elektroensefalogram dari otak Andreas.
Mogensen berangkat ke luar angkasa dalam Misi Huginn pada 26 Agustus 2023 dan mendarat kembali di Bumi pada 12 Maret 2024.
Mogensen menjadi pilot yang membawa Crew Dragon ke ISS dan, setelah sampai di sana, ia pun menjadi komanda dari ISS.
Selama di ISS, Mogensen melakukan lebih dari 30 eksperimen, seperti dengan memasang printer 3D di ISS dan pengambilan awan guntur dari ISS untuk semakin memahami iklim Bumi.