Planet Mars Bikin Heran Ilmuwan, Ada Dampak Mengejutkan Bagi Bumi
Ada hal-hal yang bertalian antara Mars dan Bumi menurut ilmuwan ini.
Ada hal-hal yang bertalian antara Mars dan Bumi menurut ilmuwan ini.
Planet Mars Bikin Heran Ilmuwan, Ada Dampak Mengejutkan Bagi Bumi
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di Mars yang mirip dengan Bumi? Lumpur kering ini ketika diamati ternyata mirip dengan lumpur kering yang ada di Bumi.
-
Kenapa para ilmuwan meneliti puting beliung di Mars? Para ilmuwan melakukan penelitian terhadap fenomena ini untuk lebih memahami atmosfer Mars dan meningkatkan model cuaca yang ada.
-
Apa yang membuat ilmuwan kebingungan tentang Planet Mars? Para ilmuwan telah mengungkapkan bahwa Mars berputar lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
-
Mengapa para ilmuwan berpendapat bahwa Mars punya musim seperti Bumi? Karena kejadian tersebut, para ilmuwan menyimpulkan bahwa Mars, memiliki variasi musim yang sama seperti di Bumi.
-
Apa yang ditemukan di Planet Mars yang membuat para ilmuwan terkejut? Batuan misterius berbentuk aneh ini mengejutkan para ilmuwan. Memaksa mereka untuk mempelajarinya lebih lanjut.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di bawah laut purba dan gunung terbesar di Mars? Ilmuwan menemukan banyak struktur misterius tersembunyi di bawah laut purba dan gunung terbesar di planet Mars. Salah satu struktur ini berbentuk seperti anjing.
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa Mars memiliki dampak yang mengejutkan terhadap iklim Bumi, menghadirkan hubungan yang belum pernah terungkap sebelumnya antara dua planet yang mengelilingi matahari.
Ilmuwan dari Universitas Sydney dan Sorbonne di Paris menemukan bahwa orbit Bumi dan Mars berinteraksi secara rahasia setiap 2,4 juta tahun sekali, memainkan peran penting dalam perubahan iklim global.
Mengutip Indy100, Nature.com, & ScienceAlert, Selasa (19/3), Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Komunikasi Alam, para peneliti menganalisis data sedimen laut dalam dari ratusan lokasi di seluruh dunia.
Mereka menemukan bahwa arus laut dalam mengalami perubahan signifikan sesuai dengan siklus 2,4 juta tahun tersebut yang dipengaruhi oleh interaksi orbit antara Bumi dan Mars.
- Ilmuwan Ungkap Mars Punya Potensi Dihujani Asteroid Lebih Banyak dari Bumi, Misi ke Planet Merah Terancam Gagal?
- Catat, Ini Daftar Tempat Wisata yang Patut Dikunjungi di Planet Mars
- Begini Cara Ilmuwan Dulu saat Mencari Tanda-tanda Kehidupan di Mars
- Ilmuwan Makin Yakin Ada Kehidupan yang Tak Terduga di Planet Mars
Profesor Adriana Dutkiewicz dari Universitas Sydney menjelaskan bahwa penemuan ini mengungkapkan sebuah siklus astronomi besar yang terjadi karena resonansi antara orbit Bumi dan Mars.
Hal tersebut menyebabkan pergeseran dalam eksentrisitas orbit planet-planet di Tata Surya yang pada gilirannya memengaruhi jumlah radiasi matahari yang diterima Bumi dan berkontribusi pada perubahan iklim.
“Kami terkejut menemukan siklus 2,4 juta tahun ini dalam data sedimen laut dalam kami. Hanya ada satu cara untuk menjelaskannya, terkait dengan siklus interaksi Mars dan Bumi yang mengorbit Matahari,"
ujar Profesor Adriana Dutkiewicz.
Menariknya, periode iklim yang lebih hangat berkorelasi dengan aktivitas arus laut dalam yang lebih kuat, tercermin dalam pecahan sedimen laut dalam secara lebih teratur.
Temuan tersebut memberikan pandangan baru tentang peristiwa-peristiwa iklim masa lalu, seperti periode suhu maksimum Paleosen-Eosen sekitar 56 juta tahun yang lalu.
Studi ini juga menentang teori yang menunjukkan bahwa pemanasan global dapat menyebabkan lautan dalam menjadi lebih stagnan.
Dutkiewicz dan rekan-rekannya menegaskan bahwa data mereka menunjukkan sebaliknya, lautan yang lebih hangat memiliki sirkulasi dalam yang lebih kuat, sehingga dapat membantu menjaga lautan agar tidak stagnan.
Meskipun temuan ini memberikan wawasan yang berharga tentang dinamika iklim Bumi yang kompleks, penting untuk diingat bahwa siklus 2,4 juta tahun ini tidak berkaitan dengan pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
Hal tersebut menekankan pentingnya mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mengatasi tantangan iklim saat ini.
Walau demikian, peneliti berharap bahwa penemuan mereka akan membantu memperbaiki pemodelan iklim, sehingga kita dapat lebih siap menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.