Tak disangka, atmosfer Planet Uranus baunya mirip telur busuk
Fakta tersebut diketahui berdasarkan pengamatan spektroskopi sensitif melalui teleskop Gemini North.
Sebuah penelitian ilmiah mengungkapkan hal terbaru mengenai Planet Uranus. Penelitian itu menyebutkan, atmosfer Uranus memiliki bau menyerupai telur busuk.
Fakta tersebut diketahui berdasarkan pengamatan spektroskopi sensitif melalui teleskop Gemini North. Dalam penelitian tersebut terungkap, bau busuk pada planet Uranus berasal dari kandungan hidrogen sulfida, yakni gas beracun sejenis belerang yang memiliki karakter bau busuk.
-
Apa yang menjadi ciri khas planet Saturnus? Saturnus terkenal dengan cincin ikoniknya yang terbuat dari es dan batu.
-
Apa saja ciri khas orang Saturnus? Tampilan planet ini diidentikan seperti orang tua. Ia menggunakan topi khas cincin Saturnus. Di sekeliling topinya itu ada semacam selang dan alat pengukur tekanan.
-
Mengapa peristiwa 6 planet berjajar dianggap langka? Meskipun ini merupakan peristiwa biasa dalam astronomi, kali ini terasa istimewa karena melibatkan enam planet yang terlihat sejajar, jumlah yang jarang terjadi. Biasanya, hanya empat atau lima planet yang tampak berjajar.
-
Kenapa ilmuwan terkejut dengan penemuan di Saturnus? Tidak ada seorang pun di tim Cassini-Huygens yang membayangkan bahwa bulan-bulan kecil Saturnus bisa aktif secara kimiawi dan menghasilkan molekul-molekul berat. Ini adalah kejutan terbesar dan mungkin merupakan penemuan Cassini yang paling penting,” tambah Blanc.
-
Kapan Hari Asteroid Sedunia diperingati? Setiap tanggal 30 Juni, kita memperingati Hari Asteroid Sedunia
-
Bagaimana simulasi atmosfer Uranus ini dilakukan? Para ilmuwan kemudian menciptakan analog atmosfer menggunakan campuran gas yang mirip dengan yang ditemukan di Neptunus dan Uranus, dan melakukan penyelidikan dengan kecepatan setara hingga 19 kilometer per detik.
Dikutip dari NY Daily News, Kamis (26/4), temuan yang dimuat di jurnal Nature Astronomy itu merupakan hasil penelitian kolaborasi antara ilmuwan dari California Institute of Technology, University of Leicester, dan University of Oxford.
Para peneliti yang terlibat kemudian menganalisis pantulan matahari dari awan. Mereka kemudian menyimpulkan penelitian itu dengan menggunakan Medan Spektrometer Dekat berbasis sinar infra merah (NIFS).
"Kami mampu mendeteksi dengan jelas berkat kepekaan NIFS yang ada pada (teleskop) Gemini," ujar Patrick Irwin, seorang profesor fisika planet dari University of Oxford.
Ketika titik-titik pantul yang diteliti tidak segera mencapai tepian ruang deteksi, peneliti menduga ada ketidakteraturan komposisi gas pada atmosfer Uranus.
Teleskop Gemini North membantu peneliti mengamati ketidakteraturan tersebut, dan kemudian mengkalkulasikannya secara kimia guna mengetahui kemungkinan kombinasi gas yang tercipta di lingkup atmosfernya.
Menurut Irwin, kombinasi gas tersebut tersusun atas gas hidrogen, helium, dan metana yang berisiko menaikkan suhu atmosfer Uranus hingga mencapai 200 derajat Celcius.
Jika manusia masuk ke kondisi ekstrem tersebut, maka kemungkinan besar akan mengalami gangguan napas, bahkan sebelum mencapai lapisan atmosfer utama planet Uranus.
Reporter: Happy Ferdian Syah Utomo
Sumber: Liputan6.com