Mengenal Tari Topeng Cirebon, Alat Dakwah hingga Hiburan Kolonial Belanda
Keberadaan Tari Topeng Cirebon begitu terkenal hingga seantero mancanegara. Tari Topeng Cirebon telah terlahir kembali sebagai wujud kesenian dengan sejarahnya yang panjang. Berbagai peristiwa besar tak lepas dari lika-liku keberadaan Tari Topeng Cirebon hingga saat ini.
Kesenian selalu melekat dalam kebudayaan yang selalu dilestarikan menjadi jati diri suatu daerah. Umur bukanlah menjadi penghalang lika-liku eksistensi kesenian. Begitulah adanya kesenian Tari Topeng Cirebon di Jawa Barat, yang telah ada sejak 10 abad lamanya. Memang, tak yang tahu sang empu pencipta Tari Topeng Cirebon. Bahkan kesenian ini diduga sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Negarakertagama dan Pararaton, Hayam Wuruk menari di Istana Majapahit.
Cirebon dan Mapahit letaknya berjauhan, namun Cirebonlah yang kini menjadi lahirnya kembali kesenian tari topeng CIrebon. Runtuhnya Majapahit tidak serta-merta hilang begitu saja. Berkembangnya agama Islam di Cirebon ternyata menjadi penyelamat eksistensi kesenian Tari Topeng Cirebon. Bahkan abad selanjutnya, para Kolonial Belanda menjadikan Tari Topeng Cirebon sebagai hiburan. Sejumlah 6.000 gulden mereka keluarkan demi mensubsidi kesenian ini.
-
Kapan tari tradisional mulai berkembang? Jenis tari tradisional telah berkembang dari masa ke masa yang telah melewati waktu cukup lama di suatu daerah, adat, atau etnik.
-
Bagaimana cara melestarikan tari tradisional di Indonesia? Mendidik dan melatih generasi muda untuk mempelajari dan menguasai tari tradisional dari daerah asalnya. Hal ini dapat dilakukan melalui kurikulum sekolah, sanggar tari, komunitas tari, atau media daring.
-
Di mana Tari Tradisional dapat dipentaskan? Mendukung dan mengapresiasi pertunjukan tari tradisional yang diselenggarakan di tempat terbuka, panggung, pura, atau tempat lainnya.
-
Apa yang menjadi simbol kebangsawanan dan kecantikan dalam tradisi Telingaan Aruu? Telingaan Aruu sendiri adalah memanjangkan daun telinga yang sudah menjadi identitas kebangsawanan seorang pria dan simbol kebangsawanan serta kecantikan bagi para perempuan Suku Dayak. Menurut mereka, semakin panjang daun telinga, maka dianggap cantik pula wanita tersebut.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
-
Bagaimana cara nelayan merayakan tradisi Larung Kepala Kerbau? Pesta Bersenang-senang Saat Larung Kepala Kerbau atau Tradisi Lomban digelar, baik itu masyarakat biasa atau nelayan turut tumpah ruah dalam kegembiraan dan menghabiskan waktu bersenang-senang di laut. Selain itu, ada juga lomba menangkap bebek dan angsa yang dilepaskan ke tengah laut. Kemudian ada lomba mengambil barang yang dilempar dari perahu.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Ialah Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, Sultan Keraton Cirebon sang penyebar kesenian Tari Topeng Cirebon. Tahun 1479 atau abad ke 16, Tari Topeng Cirebon menjadi sarana menyampaikan petuah keislaman. Mirip teman seperjuangannya Wali Songo, yakni Sunan Kalijaga dengan kesenian wayang kulit hingga gamelannya.
Setelah menjunjung tinggi Tari Topeng Cirebon, para penjajah Belanda membuat kebijakan pembatasan pementasan tarian di istana. Hal inilah yang kemudian menjadi tahap pelestarian baru. Tari Topeng Cirebon dipentaskan di perkampungan. Hingga kini, Tari Topeng Cirebon telah menjadi identitas yang melekat di kalangan rakyat Cirebon.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Liuk gemulai penari begitu mencolok dengan nuansa warna merah menyala. Kibasan selendangnya memberikan kesan ketegasan dan keluwesan setiap gerakan. Setidaknya ada dua gerakan, “Pamindo-Rumyang” dengan gerakan halus yang merepresentasikan istri. Sedangkan “Patih-Klana” dengan kesan gagah yang merepresentasikan pria.
Dalam Tarian Topeng Cirebon, tokoh Panji punya keistimewaan tersendiri. Ia adalah simbol peristiwa universal yang berkaitan dengan penciptaan. Tarian Panji menjadi klimaks dalam setiap pertunjukan Tari Topeng Cirebon. Sebuah paradoks yang tak dapat dikenali secara pasti apakah seorang laki-laki atau perempuan. Juga sebagai wujud sifatnya yang suci.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Ada banyak karakter tokoh dalam topeng Cirebon. Raut, dan warnanya merefleksikan setiap tahap pertumbuhan dan perangai nyata manusia. Ialah Topeng Panji yang berwarna putih, bermakna suci. Topeng Samba, digambarkan seperti anak-anak yang berkarakter lincah lucu, dan ceria.
Kemudian Topeng Rumnyang yang berwarna merah muda, simbol seorang remaja. Topeng Patih berwarna merah cerah dengan karakter dewasa tegas dan bertanggung jawab. Sedangkan Topeng Kelana yang berwarna merah kelam, menggambarkan sifat kemarahan.
Dahulu banyak para pengrajin Topeng, namun kini hanya beberapa yang tersisa. Salah satunya Hasan Nawi, yang kerap disapa Abah Nawi. Ia dan pengrajin lainnya bertahan karena sudah puluhan tahun membuat topeng Cirebon. Bahkan dijuluki maestro pengrajin topeng Cirebon.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Selain topeng, aksesoris yang digunakan para penari ialah Kupluk, atau penutup kepala. Selain itu anting-anting, Sumpling atau hiasan daun telinga, Baju Kurung atau pakian lengan pendek berwarna mencolok. Ada juga Sampur atau kain panjang di leher, Mongkron hiasan dada, sebilah keris, gelang tangan dan kaki, ikat pinggang, hingga Mahkota.
Pagelaran Tari Topeng Cirebon dulunya teramat sangat disakralkan. Kandungan maknanya yang begitu dalam membuat setiap generasi menjadikan Tari Topeng Cirebon begitu istimewa. Tanpa melepas jati dirinya, Tari Topeng Cirebon kini sering dipentaskan dalam perayaan desa dan hajatan lainnya.
(mdk/Ibr)