Indonesia Catat Rekor Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi dalam Sedekade Terakhir
Berdasarkan proyeksi World Bank, Indonesia diperkirakan akan tumbuh di kisaran 5 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa Indonesia berhasil mencatatkan rekor pertumbuhan ekonomi yang tertinggi dalam satu dekade terakhir. Meskipun, beberapa waktu lalu ekonomi sempat terdampak pandemi Covid-19.
"Dalam satu dekade terakhir, ekonomi Indonesia terus berkinerja baik, ditunjukkan dengan keberhasilan menjaga pertumbuhan ekonomi di level yang bagus pula," kata Airlangga dalam keterangannya dikutip Rabu (16/10).
- Ungkit Kondisi Tahun 1995, Pemerintah Pede Ekonomi Indonesia Tumbuh 8 Persen di Era Pemerintahan Prabowo
- Indonesia Bakal Jadi Negara Ekonomi Terbesar Ketiga Dunia, Ini Datanya
- Jokowi Bersyukur Ekonomi RI Tumbuh 5,11 Persen, Inflasi Terkendali
- Jokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023
Berdasarkan proyeksi World Bank, Indonesia diperkirakan akan tumbuh di kisaran 5 persen sampai 5,2 persen pada periode 2024-2025, atau kembali ke laju pertumbuhan yang sama atau lebih tinggi seperti sebelum pandemi.
Capaian pertumbuhan ekonomi positif ini ditopang oleh perkembangan inflasi juga terkendali di rentang sasaran 2,5%±1%. Per September 2024, laju inflasi Indonesia berada di level 1,84 persen secara year on year (yoy).
Tingkat inflasi yang rendah dan stabil sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan volume belanja. Hal ini menunjukkan daya beli masyarakat yang tetap kuat sehingga mendukung momentum pertumbuhan ekonomi.
Kondisi pasar keuangan Indonesia relatif terjaga stabil. Kinerja nilai tukar Rupiah relatif lebih baik dibanding sejumlah negara di Asia lainnya yakni -1,05 persen year to date (ytd). Indeks harga saham Indonesia juga tumbuh positif yaitu 3,94 persen (ytd) dan sempat mencapai posisi tertinggi atau all-time high pada level 7.905,39 di 19 September 2024 lalu.
"Tidak ada seorang pun yang menyangka Indonesia bisa menjaga nilai Rupiah di bawah Rp16 ribu per 1 USD dibandingkan (persepsi) tiga bulan lalu, dan ini adalah pencapaian bagi tim ekonomi Indonesia," terang Menko Airlangga.
Terkait, fenomena deflasi yang terjadi selama lima bulan beruntun. Airlangga menyebutkan, hal ini lebih dipengaruhi oleh penurunan harga sejumlah komoditas pangan.
"Core inflation sesuai tren, tapi volatile food diturunkan ke level rendah. Pemerintah rapat setiap minggu, karena kita punya cara berbeda daripada negara lain, untuk mengatur level inflasi di seluruh Indonesia. Kita juga kasih insentif fiskal untuk mereka untuk menjaga harga pangan,” jelas dia
Dengan berbagai capaian baik tersebut, investor masih melihat Indonesia sebagai negara yang atraktif. Terbaru, Rating and Investment Information, Inc. (R&I) mengafirmasi Sovereign Credit Rating (SCR) Republik Indonesia pada peringkat BBB+, dua tingkat di atas investment grade dengan outlook positif. Peringkat daya saing Indonesia pun terus mengalami peningkatan ke posisi tertinggi sejak 10 tahun (peringkat ke-27 tahun 2024 berdasarkan IMD World Competitiveness Ranking).
Ke depan, Pemerintah Indonesia berfokus dalam memberikan kemudahan investasi dalam 22 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, potensi menjanjikan pun dimiliki untuk investasi pada sektor Carbon Capture Storage (CCS), semikonduktor, green hydrogen, dan Small-Modular Reactors (SMRs) di Indonesia.
Untuk mengakselerasi pertumbuhan di jangka menengah panjang, pemerintah telah menyiapkan strategi new engine of growth seperti digitalisasi, transisi energi, dan semikonduktor. Selain itu, ketahanan sosial dan pemberdayaan masyarakat juga menjadi prioritas.
"Dengan kondisi (konflik di) Timur Tengah dan Rusia-Ukraina membuat semua (perdagangan internasional) menjadi tidak mudah karena saling terkait. Dan juga ini adalah situasi berbeda saat ini, terutama karena ada disrupsi teknologi, jadi lebih kompleks sehingga perlu bantuan ‘teman’ untuk navigasi ke masa depan," tandasnya.