Lingkaran Aneh di Gurun, Salah Satu Misteri Alam Terbesar Akhirnya Terpecahkan
Merdeka.com - Selama lebih dari 50 tahun para ahli ekologi telah mempelajari lingkaran-lingkaran misterius yang dinamakan ‘lingkaran peri’ di padang gurun Namib, Namibia. Lingkaran itu menyebar selebar 1.770 kilometer di kawasan tersebut.
Berbagai teori bermunculan menjelaskan asal usul lingkaran-lingkaran ini. Beberapa teori menjelaskan lingkaran ini terbentuk karena aktivitas rayap sedangkan teori lainnya menyatakan lingkaran ini terjadi karena evolusi rerumputan.
Tetapi para ahli masih belum memberikan penjelasan pasti kenapa lingkaran-lingkaran itu dapat terbentuk. Hingga akhirnya sebuah studi baru yang dilakukan ahli ekologi Universitas Gottingen Jerman, Stephan Getzin diyakini mampu menjelaskan asal usul lingkaran-lingkaran itu.
-
Bagaimana lingkaran peri terbentuk? Bentuk lingkaran peri yang bulat dibentuk oleh rumput itu sendiri, karena hal ini menciptakan pasokan air tanah yang maksimal untuk dirinya sendiri.
-
Mengapa batu lingkaran dibuat? 'Ini mungkin merupakan tempat berkumpul dan lokasi upacara bagi beberapa orang paling awal yang tinggal di bagian Lembah Cajamarca ini,' kata Toohey.
-
Bagaimana para ilmuwan menemukan struktur ini? Menggunakan metode analisis baru yang disebut 'coda-correlation wavefield,' para peneliti memeriksa bagian akhir dari gelombang seismik yang sering kali diabaikan.
-
Bagaimana struktur itu ditemukan? Dalam penelitiannya, tim tersebut menggunakan peralatan sonar canggih untuk memindai dasar laut seluas 2 kilometer persegi.
-
Bagaimana batu-batu di lingkaran disusun? Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances menyatakan alun-alun batu melingkar dengan diameter sekitar 18 meter terdiri dari dua dinding konsentris yang terbuat dari batu-batu yang tidak berbentuk yang diletakkan secara vertikal di dalam tanah.
-
Dimana batu lingkaran ditemukan? Arkeolog menemukan sebuah lingkaran batu misterius di Pegunungan Andes.
Getzin sendiri sudah melakukan penelitian pada lingkaran-lingkaran itu semenjak tahun 2000. Berbagai penelitian hingga makalah mengenai lingkaran-lingkaran itu juga telah dipublikasikan oleh Getzin .
Sebelumnya Getzin dan timnya memperkirakan lingkaran-lingkaran itu terbentuk karena evolusi rerumputan untuk memaksimalkan air yang terbatas di padang gurun. Hingga pada 2020, Getzin dan timnya memasang sensor yang dapat merekam kelembapan hingga 20 sentimeter dari permukaan.
Sensor itu digunakannya untuk memantau penyerapan air rerumputan.
“Kami benar-benar beruntung, karena pada 2020 tidak banyak vegetasi, atau sebenarnya hampir semua vegetasi rumput di area lingkaran peri. Tetapi pada 2021, dan tahun ini, pada 2022, ada musim hujan yang sangat baik, jadi kami benar-benar dapat mengikuti bagaimana pertumbuhan rumput baru mendistribusikan kembali air tanah,” jelas Getzin, dikutip dari CNN, Jumat (11/11).
Berdasarkan analisis, Getzin dan timnya menemukan air dalam lingkaran itu menipis dengan cepat. Sementara rumput di luar lingkaran tetap bertahan seperti biasanya.
Getzin menjelaskan karena panas padang gurun yang kuat, maka rumput-rumput akhirnya berevolusi menciptakan sistem vakum di sekitar akar mereka. Sistem itu membuat air dapat mengalir ke arah rerumputan.
Rerumputan di dalam lingkaran yang berusaha untuk tumbuh setelah mendapat air akhirnya tidak dapat memiliki cukup air karena diserap rerumputan di luar. Rerumputan dalam pun akhirnya mati.
“Lingkaran adalah formasi geometris paling logis yang akan Anda buat sebagai tanaman yang menderita kekurangan air… Rerumputan ini membentuk lingkaran karena itulah struktur paling logis untuk memaksimalkan air yang tersedia untuk setiap tanaman,” jelas Getzin.
Dalam penelitian, Getzin menyebut perilaku evolusi rerumputan ini sebagai umpan balik ekohidrologi atau ecohydrological feedback. Melalui perilaku ini, lingkaran tandus menjadi pusat air yang membantu menopang kehidupan rumput-rumput di luar dengan mengorbankan rumput-rumput di dalam.
Temuan Getzin pun membantah teori rayap yang menyebabkan terbentuknya lingkaran itu.
“Ketika kami (menggali) rerumputan ini dengan hati-hati dan melihat akarnya, tidak ada rerumputan yang akarnya rusak oleh rayap — tapi tetap saja, mereka mati. Hasil kami dengan jelas menyatakan, tidak, rumput ini mati tanpa rayap,” jelas Getzin.
Dalam penelitian itu, Getzin juga menjelaskan akar-akar tanaman muda di dalam lingkaran memiliki ukuran lebih panjang dibanding akar rerumputan di luar. Temuan ini membuat Getzin yakin rerumputan itu telah membuat rute baru untuk menemukan air di padang gurun.
Meski berhasil memecahkan misteri lingkaran itu, namun Getzin mengungkap dia harus melakukan penelitian lain yang harus diselesaikan, seperti temuan spesies rumput baru di dekat wilayah lingkaran-lingkaran itu.
“Tanaman memang membuat pola cerdas dan formasi geometris, dan saya akan terus bekerja ke arah ini,” ujar Getzin.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada Zona Kematian di Padang Gurun Ini, Ilmuwan Bongkar Misteri Fenomena "Lingkaran Peri"
Baca SelengkapnyaSetelah ditemukan pada 2011, Anomali Laut Baltik memicu spekulasi tentang UFO, peradaban kuno, hingga senjata Nazi.
Baca SelengkapnyaArkeolog Temukan "Gerbang Neraka" di Arab Saudi, Ada Jejak Manusia dan Sudah Ada Sejak 9.000 Tahun Lalu
Baca SelengkapnyaMeski sering dijadikan sebagai lokasi untuk mendaki, ternyata Gunung Burangrang menyimpan kisah misterius yang jarang diketahui.
Baca SelengkapnyaHeboh munculnya piramida di Antartika yang memunculkan berbagai teori konspirasi dan ruang diskusi.
Baca SelengkapnyaAda beragam hal di alam semesta ini tak bisa dijelaskan secara sains. Ilmuwan tak sanggup untuk menjelaskan.
Baca SelengkapnyaNetizen Heboh, Video Drone Perlihatkan Gunung Piramida di China Mirip Piramida Mesir
Baca SelengkapnyaStruktur misterius ini ditemukan seorang penyelam pada 1987, namun asal usulnya masih menjadi perbincangan.
Baca Selengkapnyasitus ini ditemukan secara tidak sengaja oleh kelompok transmigran pada 1957.
Baca SelengkapnyaHipotesis ini didasarkan pada rekontruksi tektonik lempeng selama periode Ordovisium yang mencatat lokasi 21 kawah tumbukan asteroid.
Baca SelengkapnyaSejak ditemukan pada 2010, lubang ini menjadi perdebatan ilmuwan dunia.
Baca SelengkapnyaIlmuwan telah menemukan gundukan rayap aktif tertua di dunia yang telah dihuni selama puluhan ribu tahun.
Baca Selengkapnya