Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Porak Poranda Dihantam Varian Delta, Negara Asia Tenggara Beralih dari Vaksin China

Porak Poranda Dihantam Varian Delta, Negara Asia Tenggara Beralih dari Vaksin China Aktivitas Ziarah di Tempat Pemakaman Umum Khusus Covid-19 Rorotan. ©2021 Liputan6.com/Helmi Fithriansyah

Merdeka.com - Negara-negara Asia Tenggara yang menyuntikkan vaksin virus corona buatan China beralih ke alternatif vaksin buatan Barat saat mereka berjuang untuk menahan wabah mematikan yang disebabkan varian delta.

Negara-negara seperti Indonesia dan Thailand pernah bertaruh besar pada vaksin Sinovac China, meskipun ada peringatan dari para ahli medis, tetapi sistem kesehatan mereka semakin tertekan ketika varian delta menghantam kota-kota besar dan sejumlah daerah. Indonesia mencatat lebih dari 100.000 kematian secara keseluruhan.

“Kenyataan saat ini sangat kontras dengan kemeriahan saat Beijing meluncurkan vaksin mereka dan kemudian bersikeras pada kemanjurannya yang tinggi, bahkan ketika data kurang tersedia,” kata Chong Ja Ian, seorang profesor ilmu politik di Universitas Nasional Singapura yang mempelajari persaingan AS-China di Asia, dikutip dari The Washington Post, Selasa (10/8).

Orang lain juga bertanya?

Ching mengatakan, perubahan itu menunjukkan “betapa berisikonya mencoba menjadikan pandemi saat ini, dan bahaya yang sangat nyata bagi kehidupan manusia, menjadi semacam alat propaganda.”

Vaksin Sinovac dan Sinopharm di antara beberapa vaksin yang melakukan uji coba paling awal, tapi mereka tidak merilis data penuh. Jutaan orang telah disuntik menggunakan vaksin tersebut, di mana pemerintah berlomba mengamankan pasokan sebelum AS berjanji berbagi vaksin. Di saat negara-negara kaya dengan cepat berusaha membeli vaksin Pfizer dan Moderna, beberapa negara berkembang memiliki sedikit pilihan kecuali berharap pada China.

Keraguan terhadap efektivitas Sinovac muncul pada Juni, ketika sejumlah dokter Indonesia yang telah divaksinasi penuh mulai terinfeksi Covid-19. IDI mencatat sedikitnya 20 dokter meninggal yang telah divaksinasi penuh menggunakan Sinovac, salah satunya ilmuwan yang melakukan uji coba Sinovac, Novilia Sjafri Bachtiar. Awal bulan ini, WHO menyetujui penggunaan darurat vaksin tersebut.

Perwakilan Sinovac dan Sinopharm tidak menanggapi permintaan komentar. Pada Juni, Sinovac mengatakan kepada koran pemerintah China, Global Times, vaksinnya tidak bisa memberi 100 persen perlindungan tapi bisa mengurangi tingkat keparahan penyakit dan kematian.

CEO Sinovac, Yin Weidong, saat berbicara pekan lalu di forum yang diselenggarakan Menteri Luar Negeri China, mengatakan perusahaannya akan mengajukan penelitian klinis dan izin penggunaan darurat untuk varian delta ke regulator China dalam beberapa hari mendatang. Dia juga mengatakan perusahaannya memiliki kapasitas produksi yang cukup untuk mengembangkan dan memproduksi vaksin untuk mengatasi varian baru.

Beralih ke vaksin buatan Barat

Indonesia yang berpenduduk 270 juta itu mulai memberikan vaksin Moderna buatan AS pada akhir Juli kepada tenaga kesehatan, setelah Washington menyumbangkan 8 juta dosis.

Adegan saat sumbangan vaksin ini tiba dalam kotak-kotak yang dihiasi dengan bendera Amerika, kontras dengan yang terjadi pada Januari lalu ketika Presiden Indonesia Joko Widodo disuntik vaksin Sinovac dengan disiarkan langsung di televisi. Pejabat kesehatan mengangkat kotak vaksin, yang bertuliskan nama Sinovac, untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat pada vaksin tersebut. Media pemerintah China memuji langkah Jokowi sambil menggembar-gemborkan vaksinnya “aman dan efektif.”

Thailand juga beralih mencampur dosis vaksin, mengubah kebijakannya pada pertengahan Juli mengimunisasi penduduknya dengan suntikan pertama menggunakan Sinovac dan dosis kedua menggunakan AstraZeneca. Tenaga kesehatan yang telah divaksinasi penuh dengan Sinovac akan menerima suntikan booster ketiga menggunakan AstraZeneca, Pfizer atau Moderna.

Sebelum kebijakan tersebut berubah, media Thailand melaporkan adanya sebuah memo, yang diperkirakan bocor saat para pejabat rapat soal vaksin. Memo itu menentang penggunaan vaksin berbeda untuk suntikan booster bagi mereka yang telah divaksinasi penuh menggunakan Sinovac karena akan menjadi pengakuan bahwa vaksin China “tidak bisa memberi perlindungan”. Bocoran informasi itu memicu kemarahan dan tagar “BeriPfizerUntukTenagaMedis menjadi trending di media sosial.

Bahkan Kamboja, sekutu terdekat Beijing juga beralih menggunakan vaksin AstraZeneca sebagai suntikan booster untuk mereka yang telah menerima dua dosis vaksin buatan China yang ditelah diberikan kepada sekitar setengah dari populasi negara tersebut.

Menanggapi pertanyaan pada Mei apakah Kamboja sangat bergantung pada China, Perdana Menteri Hun Sen menjawab: “Kalau saya tidak bergantung pada China, kepada siapa saya akan bergantung? Jika saya tidak meminta China, kepada siapa saya minta? Tanpa bantuan dari China, mungkin kita tidak akan punya vaksin untuk rakyat kita.”

China akan menyumbangkan 2 miliar dosis vaksin kepada negara-negara berkembang tahun ini, seperti disampaikan Presiden Xi Jinping pekan lalu.

Keraguan komunitas medis

Namun bahkan sebelum varian delta menyebar, orang-orang menunjukkan preferensi untuk vaksin buatan Barat, terutama suntikan mRNA yang dikembangkan Amerika Serikat. Sebuah survei awal tahun ini di Filipina menunjukkan lebih dari 63 persen orang dewasa lebih memilih Amerika Serikat sebagai sumber vaksin virus corona. Pada bulan Mei, penduduk berduyun-duyun ke satu situs yang menawarkan dosis Pfizer, dengan antrean mulai pukul 02.00 dini hari.

“Kami melihat kesenjangan besar ini bahkan dalam komunitas medis di antara mereka yang mau dan tidak mau menerima Sinovac,” kata Vincen Gregory Yu, seorang dokter dan peneliti kesehatan masyarakat.

Rekan-rekan dan keluarganya juga meragukan vaksin China, lalu mendaftar untuk mendapatkan vaksin Moderna melalui sektor swasta.

“Dalam kebanyakan kasus, sebenarnya bukan, 'Kami tidak menginginkan vaksin ini karena tidak efektif,'  tapi lebih ke ‘kami tidak mau menerima ini karena sesuatu yang lebih baik akan tiba,’” jelasnya.

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, yang di awal masa jabatannya menyatakan akan mengucapkan "selamat tinggal" kepada Washington, sekutu lama, mempertahankan hubungan hangat dengan China. Duterte menerima 1 juta dosis Sinovac beberapa hari yang lalu ketika negaranya memberlakukan lockdown baru di tengah lonjakan infeksi.

Namun Duterte mengakui keputusannya untuk mempertahankan pakta pertahanan antara Amerika Serikat dan Filipina dipengaruhi sumbangan vaksin Moderna baru-baru ini dari Washington.

“Ini memberi dan menerima. Mari kita berterima kasih kepada mereka, dan saya memberi mereka konsesi,” ujar Duterte.

Chong mengatakan pengalaman vaksin ini membuat beberapa negara Asia Tenggara menyadari “bahwa ketergantungan pada Republik Rakyat China tidak cukup, baik pada vaksin atau hal-hal lain.” 

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menkes Klaim Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri Relatif Lebih Aman
Menkes Klaim Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri Relatif Lebih Aman

Namun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.

Baca Selengkapnya
Banyak Miskonsepsi, Seseorang yang Pernah Alami DBD Masih Bisa Terjangkit Lagi
Banyak Miskonsepsi, Seseorang yang Pernah Alami DBD Masih Bisa Terjangkit Lagi

Salah satu hal yang banyak dipercaya adalah bahwa ketika seseorang pernah terkena DBD, dia tidak akan mengalaminya lagi.

Baca Selengkapnya
Fakta dan Mitos Tentang Polio yang Wajib Diketahui
Fakta dan Mitos Tentang Polio yang Wajib Diketahui

Penyakit polio masih menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Naik Lagi, Pakar Minta Pemerintah Cek Antibodi Masyarakat
Kasus Covid-19 Naik Lagi, Pakar Minta Pemerintah Cek Antibodi Masyarakat

Tjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.

Baca Selengkapnya
3 Tahun Pandemi Covid-19 di Indonesia, Ini Foto-Foto Paling Dramatis
3 Tahun Pandemi Covid-19 di Indonesia, Ini Foto-Foto Paling Dramatis

Merdeka.com menangkap berbagai momen dramatis pandemi Covid-19 sepanjang tiga tahun melanda Indonesia. Berikut foto-fotonya:

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Naik Lagi, Apa yang Terjadi?
Kasus Covid-19 Naik Lagi, Apa yang Terjadi?

Sejumlah negara melaporkan kembali naiknya kasus virus Covid-19 sejak akhir November 2023.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Kemenkes Minta WNI Tunda Perjalanan ke Luar Negeri
Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Kemenkes Minta WNI Tunda Perjalanan ke Luar Negeri

Kasus Covid-19 di Singapura melonjak drastis. Indonesia mulai waspada.

Baca Selengkapnya
Didominasi Varian JN.1, Begini Situasi Covid-19 di Indonesia
Didominasi Varian JN.1, Begini Situasi Covid-19 di Indonesia

Kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.

Baca Selengkapnya
Strategi Pemerintah Cegah Penyebaran Mpox, Karantina hingga Vaksinasi
Strategi Pemerintah Cegah Penyebaran Mpox, Karantina hingga Vaksinasi

Menkes Budi ungkap cara pemerintah mencegah penyebaran penyakit monkey pox (Mpox) di Indonesia

Baca Selengkapnya
Pasien Covid-19 yang Dirawat di Rumah Sakit RI Naik 255 Persen
Pasien Covid-19 yang Dirawat di Rumah Sakit RI Naik 255 Persen

Tjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.

Baca Selengkapnya
Penjelasan Ahli Kesehatan Usai Heboh Efek Samping Vaksin AstraZeneca hingga Ditarik dari Peredaran
Penjelasan Ahli Kesehatan Usai Heboh Efek Samping Vaksin AstraZeneca hingga Ditarik dari Peredaran

Komnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.

Baca Selengkapnya
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes

Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.

Baca Selengkapnya