Warga Israel yang Kabur ke Luar Negeri Makin Melonjak di 2024, Ini Data dan Negara Tujuannya
Salah satu individu yang memilih untuk meninggalkan Israel adalah Avi Steinberg.
Lebih dari 82.000 warga Israel memilih untuk meninggalkan negara mereka pada tahun 2024, di tengah berlanjutnya perang brutal di Jalur Gaza. Data resmi yang dirilis pada Selasa (31/12/2024) oleh media Israel, Ynet News, menunjukkan bahwa Biro Pusat Statistik Israel mencatat 82.700 orang yang pergi, sementara hanya 23.800 yang kembali. Meskipun tidak ada alasan spesifik yang disebutkan untuk eksodus ini, laporan sebelumnya mengaitkan fenomena tersebut dengan perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, Lebanon, Suriah, dan kini Yaman.
Pada bulan September, Biro Pusat Statistik Israel mengungkapkan data awal yang menunjukkan bahwa sebanyak 40.600 orang Israel telah meninggalkan negara mereka untuk jangka panjang dalam waktu tujuh bulan, mencatat lonjakan mencengangkan sebesar 59 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023, di mana terdapat 25.500 orang yang pergi. Rata-rata, setiap bulan pada tahun 2024, 2.200 orang lebih banyak meninggalkan Israel dibandingkan tahun sebelumnya. Kepergian para profesional terampil, seperti dokter, menunjukkan tren di kalangan elite Israel yang semakin merasa tidak ada harapan untuk masa depan di negara mereka. Tanpa keberadaan mereka, masa depan Israel dapat terancam.
Seorang penulis bernama Avi Steinberg, yang lahir di Israel, mengungkapkan pada bulan lalu bahwa ia telah melepaskan kewarganegaraan Israel-nya. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh publikasi berita yang cenderung mendukung pandangan kiri, Truthout, Steinberg menjelaskan alasan di balik keputusan tersebut. Ia menyatakan bahwa kewarganegaraan Israel "selalu digunakan sebagai alat untuk genosida," yang memberikan pembenaran bagi praktik kolonialisasi terhadap Palestina. "Kewarganegaraan Israel didasarkan pada tindakan kekerasan yang sangat brutal yang kita ketahui, serta serangkaian kebohongan yang semakin dalam yang dimaksudkan untuk membersihkan kejahatan-kejahatan tersebut," tulis Steinberg.
Steinberg lahir di Yerusalem dari orang tua yang berasal dari Amerika Serikat (AS) dan dibesarkan dalam lingkungan Ortodoks. Pada tahun 1993, keluarganya pindah ke AS setelah ayahnya mendapatkan pekerjaan sebagai direktur di Universitas Harvard. Ia juga menyebutkan beberapa undang-undang yang disahkan setelah pendirian Israel yang menurutnya melegitimasi kolonialisme dan diskriminasi terhadap warga Palestina. Beberapa undang-undang tersebut termasuk Deklarasi Kemerdekaan 1948, Undang-Undang Kembali/Pulang (Law of Return) 1950, dan Undang-Undang Kewarganegaraan 1952.
Kekecewaan yang semakin mendalam
Salah satu negara yang menjadi pilihan bagi warga Israel adalah Jerman. Dalam sembilan bulan pertama tahun 2024, sebanyak 18.448 warga Israel telah mengajukan permohonan untuk memperoleh kewarganegaraan Jerman, menurut laporan dari Kementerian Dalam Negeri Jerman. Angka ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan 9.178 permohonan yang diajukan pada tahun 2023, serta jauh melampaui 5.705 permohonan yang tercatat pada tahun 2022.
Data terbaru dari Biro Pusat Statistik Israel tidak mencakup warga negara Israel yang tinggal di luar negeri, seperti di Amerika Serikat, yang menunjukkan bahwa tren ini mungkin belum sepenuhnya terdeteksi. Lonjakan signifikan dalam jumlah orang yang meninggalkan Israel ini semakin menegaskan rasa ketidakpuasan yang meluas terhadap kondisi di negara tersebut. Perang yang menghancurkan Jalur Gaza serta krisis politik internal yang melanda Israel telah mendorong banyak individu untuk mencari kehidupan yang lebih stabil di negara lain.
Pada tahun 2024, jumlah populasi Israel tercatat mencapai 10,027 juta, termasuk 7,7 juta orang Yahudi, 2,1 juta warga negara Palestina, dan 216.000 orang asing. Namun, pertumbuhan populasi mengalami penurunan yang signifikan menjadi 1,1 persen, lebih rendah dibandingkan dengan 1,6 persen pada tahun sebelumnya. Di sisi lain, laporan mengejutkan dari Palestina yang dirilis pada hari Selasa mengonfirmasi bahwa populasi Jalur Gaza telah menurun sebesar 6 persen pada akhir tahun 2024, yang merupakan akibat langsung dari serangan brutal Israel terhadap wilayah tersebut.
Menurut Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS), konflik terbaru di Jalur Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah menyebabkan 45.541 warga Palestina kehilangan nyawa, dengan setidaknya 11.000 orang hilang dan diduga terkubur di bawah reruntuhan, serta sekitar 100.000 orang terpaksa mengungsi akibat kehancuran yang terus berlanjut akibat serangan Israel.
"Populasi Jalur Gaza kini telah turun jadi 2,1 juta," ungkap PCBS dalam laporan akhir tahunnya. Meskipun ada resolusi dari Dewan Keamanan PBB yang menyerukan penghentian segera permusuhan, serangan Israel tetap berlangsung.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant karena kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Jalur Gaza. Selain itu, Israel juga menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait tindakan yang diambil di wilayah tersebut.