10 Potret dan Fakta Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto, Warisan Dunia UNESCO yang Simpan Kisah Kelam
Tambang batu bara Ombilin Sawahlunto tak lepas dari kisah pilu manusia-manusia rantai.
Ombilin di Sawahlunto adalah tambang batu bara tertua di Asia Tenggara.
10 Potret dan Fakta Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto, Warisan Dunia UNESCO yang Simpan Kisah Kelam
Sawahlunto, Sumatera Barat, memiliki tambang batu bara tertua di Asia Tenggara yang kini menjadi Warisan Dunia UNESCO.
Inilah tambang Ombilin yang berlokasi di lembah Bukit Barisan.
Tambang yang dikelilingi bukit Polan, Pari, dan Mato ini jaraknya sekitar 70 kilometer dari ibukota Sumatera Barat, Padang.
Situs tambang yang dimiliki oleh PT Bukit Asam Tbk ini memiliki nilai sejarah dan teknologi tinggi.
Berikut adalah 10 potret dan fakta menarik tentang tambang batu bara Ombilin Sawahlunto yang perlu Anda ketahui.
-
Kenapa Tambang Ombilin di tetapkan sebagai situs warisan dunia? UNESCO menetapkan Tambang Batu Bara Ombilin di Sumatra Barat sebagai salah satu warisan dunia.
-
Dimana letak tambang Batu Bara Ombilin? Tambang Bawah Tanah Tambang Batu Bara Ombilin terletak di Kota Sawahlunto, di sepanjang pegunungan Bukit Barisan.
-
Apa yang ditemukan di Tambang Ombilin? David Veth, mendeteksi adanya kandungan emas hitam di kawasan Sungai Ombilin pada pertengahan abad ke-19.
-
Kenapa Tambang Ombilin dibangun? Melalui laporan dari Hendrik de Greve, pemerintah Hindia Belanda bergegas lakukan penjelajahan lanjutan. Pada tahun 1883, barulah pembangunan infrastruktur tambang di Sawahlunto dimulai.
-
Siapa yang menemukan tambang batu bara di Sawahlunto? Doen Penyelidikan Terkuaknya potensi tambang batu bara di Sawahlunto ini bermula dari seorang ahli geologi Belanda bernama Willem Hendrik de Greve yang ditunjuk oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menyelidiki keberadaan batu bara di kawasan tersebut.
-
Siapa yang membuka tambang Ombilin? Melansir dari Liputan6.com, dua insinyur tambang dari Belanda bernama Jacobus Leonardus Cluysenaer dan Daniel David Veth berperan dalam membuka jalur tambang batu bara di Sawahlunto, Sumatra Barat pada tahun 1874.
1. Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto ditetapkan sebagai warisan dunia UNESCO pada tahun 2019.
Keputusan ini diambil dalam Sesi ke-43 Pertemuan Komite Warisan Dunia UNESCO yang berlangsung di Baku, Azerbaijan.
Tambang ini diakui sebagai salah satu contoh terbaik dari pertukaran teknologi antara Eropa dan lokal dalam bidang pertambangan batu bara pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
2. Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto dimiliki oleh PT Bukit Asam Tbk, sebuah perusahaan BUMN yang bergerak di bidang pertambangan dan energi.
PT Bukit Asam Tbk mengelola tambang ini sejak tahun 1981, setelah sebelumnya dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda dan Jepang.
3. Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto menerapkan metode pertambangan yang unik dan langka, yaitu tambang bawah tanah.
Para penambang harus masuk ke dalam lorong-lorong yang dibuat di bawah permukaan tanah untuk menggali batu bara.
Metode ini berbeda dengan tambang batu bara lainnya di Indonesia yang umumnya menggunakan metode tambang terbuka.
4. Sejarah tambang batu bara Ombilin Sawahlunto dimulai dari penemuan batu bara di daerah tersebut oleh Willem Hendrik de Greve, seorang ahli geologi Belanda, pada tahun 1872.
Ia sedang melakukan eksplorasi lanjutan di Sumatera Barat ketika menemukan adanya endapan batu bara di lembah Ombilin.
Sayangnya, ia tidak sempat melanjutkan penelitiannya karena meninggal dalam sebuah kecelakaan di sungai Indragiri.
5. Penelitian de Greve kemudian dilanjutkan oleh dua insinyur Belanda lainnya, yaitu Jacobus Leonardus Cluysenaer dan Daniel David Veth.
Mereka berperan besar dalam mengembangkan proyek pertambangan batu bara di Ombilin sejak tahun 1874.
Mereka juga bertanggung jawab atas pembangunan infrastruktur pendukung, seperti jalan kereta api, jembatan, rumah sakit, sekolah, dan kota tambang Sawahlunto.
6. Meskipun penemuan batu bara Ombilin di Sawahlunto terjadi pada tahun 1868 oleh seorang insinyur Belanda bernama W.H. de Greve, penambangan secara resmi baru dimulai pada tahun 1891.
Jeda yang lama ini disebabkan oleh adanya hambatan birokrasi dari Pemerintah Belanda yang mengatur wilayah tersebut.
Selain itu, infrastruktur pendukung seperti rel kereta api dan pelabuhan yang menjadi sarana transportasi juga baru selesai dibangun pada tahun 1892.
Proses penambangan di Sawahlunto juga tidak terlepas dari peran seorang geolog Belanda bernama de Groet yang melakukan ekspedisi di daerah tersebut.
7. Di balik kekayaan batu bara Ombilin, terdapat kisah tragis dan kelam yang menimpa para pekerja pribumi yang ditugaskan di tambang Sawahlunto.
Mereka adalah para tahanan politik yang dipaksa bekerja tanpa upah.
Mereka dikenal dengan sebutan manusia rantai, karena harus mengenakan rantai besi di kaki, tangan, dan leher mereka saat bekerja.
Jumlah manusia rantai yang dipekerjakan mencapai ratusan, tapi mereka tidak mendapat perlakuan manusiawi.
Mereka harus bekerja siang malam dengan makanan yang tidak memadai. Banyak di antaranya yang meninggal karena kecelakaan, penyakit, atau kekerasan.
8. Salah satu tempat bersejarah yang terkait dengan tambang batu bara Ombilin adalah Lubang Mbah Soero yang terletak di Tangsi Baru, Kelurahan Tanah Lapang, Kecamatan Lembah Segar.
Lubang ini merupakan salah satu lubang tambang tertua di Sawahlunto yang dibuat pada tahun 1892.
Lubang ini memiliki ukuran tinggi dan lebar sekitar dua meter dengan kedalaman 15 meter dari permukaan tanah dan panjangnya sekitar ratusan meter.
Nama lubang ini diambil dari nama mandor yang bertugas di sana, yaitu Soero.
Ia adalah salah satu pekerja pribumi yang berhasil melarikan diri dari rantai besi dan menjadi pemimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda.
9. Tambang batu bara Ombilin Sawahlunto tidak hanya menyimpan kisah kejayaan, tetapi juga kisah pilu dari para pekerja tambang yang mengorbankan nyawa mereka demi menggali emas hitam.
Banyak pekerja tambang yang meninggal dunia dengan cara yang tidak layak, seperti ditimbun di dalam saluran air tanpa penguburan yang semestinya.
Selain itu, ada juga bangunan-bangunan tua yang dulunya digunakan sebagai tempat penampungan bagi pekerja tambang yang sakit parah dan tidak mendapat perawatan medis yang memadai, sehingga mereka harus menjemput ajal di sana.
10. Pada masa penjajahan Belanda, tambang batu bara Ombilin Sawahlunto menjadi salah satu sumber energi utama di Hindia Belanda.
Pada tahun 1930, tambang ini mencetak rekor produksi tertinggi dengan menghasilkan lebih dari 620.000 ton batu bara dalam setahun.
Angka ini setara dengan 90% dari total kebutuhan energi di wilayah jajahan Belanda saat itu.
Produksi tambang ini terus meningkat hingga mencapai puncaknya lagi pada tahun 1976 dengan total produksi sebesar 1.201.846 ton per tahun.
Demikian beberapa fakta menarik tentang tambang batu bara Ombilin Sawahlunto yang diakui sebagai Warisan Dunia UNESCO.