Ada banyak jenis emotional eating yang ternyata bisa dialami, mana yang sering terjadi padamu?
Ilustrasi perempuan menikmati cake. © Shutterstock/Cast Of Thousands
Kenali 5 Jenis Emotional Eating yang Wajib Dihindari, Ada yang Pernah Kamu Alami?
Waktu lagi capek atau banyak pikiran, apakah pelarianmu adalah makanan? Butuh makanan untuk membuat mood jadi balik happy lagi? Kalau sering mengalami perasaan ini, bisa jadi tandanya kamu mengalami emotional eating . Sesuai namanya, emotional eating adalah dorongan atau keinginan untuk makan karena merasakan emosi tertentu. Padahal, belum tentu perut terasa lapar atau membutuhkan makanan.
Sebuah penelitian berjudul The Association of Emotional Eating with Overweight/Obesity, Depression, Anxiety/Stress, and Dietary Patterns: A Review of the Current Clinical Evidence yang diterbitkan dalam situs National Library of Medicine menemukan hubungan antara emotional eating dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Jadi, penting untuk selalu waspada dengan kebiasaan makan sehari-hari biar nggak terjebak dengan kebiasaan yang satu ini. Yuk, saatnya kenali dulu 5 jenis emotional eating yang sebaiknya dihindari, ada yang pernah kamu alami?
Orang lain juga bertanya?
Apa dampak buruk emotional eating?
Emotional eating bisa berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental jika terjadi secara berulang-ulang dan tidak terkontrol. Beberapa dampak buruk dari emotional eating antara lain: Kenaikan berat badan dan obesitas. Emotional eating sering membuat seseorang makan lebih banyak dan lebih sering daripada yang dibutuhkan oleh tubuh. Makanan yang dikonsumsi biasanya juga tinggi kalori, lemak, gula, dan karbohidrat, seperti junk food, makanan ringan, es krim, atau cokelat. Hal ini bisa menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas, yang berisiko menimbulkan penyakit kronis, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung.
Apa yang dimaksud emotional eating?
Emotional eating seringkali merupakan perilaku otomatis. Makin sering Anda menggunakan makanan sebagai cara mengatasi masalah, makin cepat kebiasaan ini terbentuk.
Bagaimana cara mengatasi emotional eating?
Untuk menghentikan emotional eating, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan, seperti: Mengenali dan menerima emosi yang dirasakan. Sebelum makan, tanyakan pada diri sendiri apakah Anda benar-benar lapar atau hanya ingin mengisi kekosongan emosional. Cobalah untuk mengidentifikasi emosi yang Anda rasakan, seperti marah, sedih, bosan, atau takut, dan terima bahwa emosi itu adalah bagian normal dari hidup.
Siapa yang bisa jadi emotional eater?
Emotional eater adalah orang yang makan sebagai cara untuk mengatasi emosi yang kuat, seperti stres, kecemasan, kesepian, atau kebosanan. Emotional eater sering tidak menyadari rasa lapar fisik mereka, tetapi hanya merespons rasa lapar emosional.
Bagaimana berhenti diet untuk atasi emotional eating?
Alih-alih diet, Anda perlu mempertimbangkan apa yang membuat Anda terjebak dalam kebiasaan emotional eating. Langkah penting pertama adalah mengetahui hubungan antara emosi dan kebiasaan makan Anda.
Kenapa orang makan saat stres?
Ada banyak alasan mengapa makan menjadi salah satu cara untuk mengatasi emosi yang kuat. Emosi yang sulit dapat menimbulkan perasaan hampa atau kekosongan emosional. Dan makan akan membantu melepaskan dopamine, yaitu zat kimia otak yang membuat kita merasa lebih baik. Apalagi jika seseorang mengembangkan kebiasaan dan rutinitas dengan makanan. Jika selalu makan saat stres, seseorang mungkin akan langsung makan tanpa sadar saat gejala stres mulai muncul.
Ilustrasi ngemil saat bekerja. © Shutterstock/Chay_Tee
1. Boredom Eating Pernah nggak sih saat sedang mengerjakan tugas atau pekerjaan yang membosankan, lalu tiba-tiba muncul keinginan untuk ngemil permen, cokelat, atau snack ringan lainnya?
Padahal mungkin sebenarnya nggak lapar, tapi hal ini jadi sebuah dorongan untuk menghilangkan rasa bosan. Ternyata inilah yang disebut sebagai boredom eating atau keinginan makan yang muncul karena bosan. Manusia ternyata punya kecenderungan untuk makan sesuatu saat sedang mengalami rasa bosan, bahkan dalam kondisi tidak lapar sekalipun. Pasalnya, makanan merupakan distraksi yang mengalihkan mereka dari rasa bosan.
Ilustrasi perempuan makan di restoran. © Shutterstock/Mallika Home Studio
2. Hedonic Eating Emotional eating nggak hanya terbatas pada kebiasaan makan yang didorong oleh stres atau sedih saja. Ada juga yang namanya hedonic eating, lho!
Pernah nggak merasa ingin memanjakan diri sendiri dengan makan fancy setelah menyelesaikan pekerjaan tertentu? Ini bisa jadi contoh kecil dari hedonic eating. Hedonic eating seringnya diikuti dengan keinginan 'eating for pleasure', yaitu memberikan reward pada diri sendiri dengan mengonsumsi makanan mewah, tinggi karbohidrat dan lemak. Jika hanya dilakukan sesekali saja sih nggak masalah, tapi kalau sudah memberikan efek ketagihan bisa jadi kamu mengalami kondisi hedonic eating.
Ilustrasi cake. © Shutterstock/Farknot Architect
3. Avoidance Eating Kebiasaan makan yang satu ini terjadi ketika kamu sedang menghindari emosi tertentu, baik itu yang sifatnya positif atau negatif. Misalnya saja, harusnya kamu senang karena berhasil mendapatkan pekerjaan baru.
Rasa senang tersebut terhalang oleh adanya kecemasan atau rasa khawatir apakah kamu bisa menjalankan berbagai tugas yang ada di tempat baru, lalu melampiaskannya dengan makan sesuatu. Jika setiap kali menghindari emosi tertentu yang dicari adalah makanan, bisa jadi kamu mengalami avoidance eating. Cara mengatasinya adalah dengan secara perlahan memilah emosi yang dirasakan dan cari tahu apa yang menyebabkan kamu merasakan hal tersebut alih-alih menghindarinya dengan makanan.
Ilustrasi bakery. © Shutterstock/spoialabrothers
4. All-or-Nothing Eating Jenis emotional eating yang satu ini biasanya muncul setelah kamu berusaha menahan diri untuk tidak makan sesuatu. Misalnya saja saat di kantor ada yang menawarkan cake atau cookies tapi kamu berusaha menahan diri untuk tidak ikut memakannya.
Sayangnya, karena keinginan yang tertahan ini kamu malah membeli kue sendiri untuk dibawa pulang dan menghabiskannya sendirian. Bukannya bisa menahan diri, yang ada malah makan berlebihan. Sering terjebak dalam kondisi tersebut? Jika iya, tandanya kamu mengalami all-or-nothing eating yang tentu saja bukan kebiasaan makan yang sehat untuk pola diet sehari-hari.
Ilustrasi perempuan makan ayam goreng. © Shutterstock/Farknot Architect
5. Rebellion Eating Sesuatu yang dilarang memang seringnya menimbulkan dorongan besar buat dilanggar. Misalnya saja bagi pengidap GERD, kamu tahu kalau mengonsumsi gorengan atau makanan berlemak lainnya bukan hal yang baik karena bisa memicu heartburn. Tapi, ada masa-masa tertentu seperti ketika sedang stres, kamu cenderung ingin menikmati makanan yang jadi pantangan.
Inilah yang disebut rebellion eating, atau kebiasaan makan karena emosi yang cenderung mengonsumsi jenis makanan yang jadi pantangannya. Biasanya dorongan tersebut dipicu kondisi emosi tertentu, baik itu sedang stres, sedih, atau mengalami masalah lain yang membuat makanan jadi distraksi. Disadari atau tidak, kelima jenis emotional eating tersebut jadi yang paling sering dialami sehari-hari. Saatnya hindari demi menjaga kesehatan tubuh yang lebih baik yuk!
Artikel ini ditulis oleh
Editor Wuri Anggarini