Kenali 5 Jenis Emotional Eating yang Wajib Dihindari, Ada yang Pernah Kamu Alami?
Ada banyak jenis emotional eating yang ternyata bisa dialami, mana yang sering terjadi padamu?
Kenali 5 Jenis Emotional Eating yang Wajib Dihindari, Ada yang Pernah Kamu Alami?
Waktu lagi capek atau banyak pikiran, apakah pelarianmu adalah makanan? Butuh makanan untuk membuat mood jadi balik happy lagi? Kalau sering mengalami perasaan ini, bisa jadi tandanya kamu mengalami emotional eating.Sesuai namanya, emotional eating adalah dorongan atau keinginan untuk makan karena merasakan emosi tertentu. Padahal, belum tentu perut terasa lapar atau membutuhkan makanan.
Sebuah penelitian berjudul The Association of Emotional Eating with Overweight/Obesity, Depression, Anxiety/Stress, and Dietary Patterns: A Review of the Current Clinical Evidence yang diterbitkan dalam situs National Library of Medicine menemukan hubungan antara emotional eating dengan kelebihan berat badan atau obesitas.
Jadi, penting untuk selalu waspada dengan kebiasaan makan sehari-hari biar nggak terjebak dengan kebiasaan yang satu ini. Yuk, saatnya kenali dulu 5 jenis emotional eating yang sebaiknya dihindari, ada yang pernah kamu alami?
1. Boredom Eating
Pernah nggak sih saat sedang mengerjakan tugas atau pekerjaan yang membosankan, lalu tiba-tiba muncul keinginan untuk ngemil permen, cokelat, atau snack ringan lainnya?
-
Apa itu emotional eating? Emotional eater adalah orang yang makan sebagai cara untuk mengatasi emosi yang kuat, seperti stres, kecemasan, kesepian, atau kebosanan. Emotional eater sering tidak menyadari rasa lapar fisik mereka, tetapi hanya merespons rasa lapar emosional.
-
Kenapa emotional eating bisa terjadi? Emotional eating seringkali merupakan perilaku otomatis. Makin sering Anda menggunakan makanan sebagai cara mengatasi masalah, makin cepat kebiasaan ini terbentuk.
-
Bagaimana mengatasi emotional eating? Alih-alih diet, Anda perlu mempertimbangkan apa yang membuat Anda terjebak dalam kebiasaan emotional eating. Langkah penting pertama adalah mengetahui hubungan antara emosi dan kebiasaan makan Anda. Setiap kali Anda menyadari adanya periode emotional eating, catat bagaimana perasaan Anda sebelum itu. Lihat apakah Anda bisa mengidentifikasi pola-pola tertentu di baliknya.
-
Siapa yang rentan mengalami emotional eating? Hampir semua hal bisa memicu keinginan untuk makan. Namun, ada beberapa alasan yang umum untuk emotional eating. stres dalam pekerjaan masalah keuangan masalah kesehatan masalah dalam hubungan pribadi diet ketat atau memiliki riwayat diet kurangnya kesadaran terhadap kondisi emosional di diri alexithymia (kurangnya kemampuan untuk memahami, mengolah, atau menjelaskan emosi) ketidakmampuan dalam mengelola emosi
-
Bagaimana cara mengatasi makan emosional? Untuk menghentikan emotional eating, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan, seperti: Mengenali dan menerima emosi yang dirasakan. Sebelum makan, tanyakan pada diri sendiri apakah Anda benar-benar lapar atau hanya ingin mengisi kekosongan emosional.
Manusia ternyata punya kecenderungan untuk makan sesuatu saat sedang mengalami rasa bosan, bahkan dalam kondisi tidak lapar sekalipun. Pasalnya, makanan merupakan distraksi yang mengalihkan mereka dari rasa bosan.
2. Hedonic Eating
Emotional eating nggak hanya terbatas pada kebiasaan makan yang didorong oleh stres atau sedih saja. Ada juga yang namanya hedonic eating, lho!
Pernah nggak merasa ingin memanjakan diri sendiri dengan makan fancy setelah menyelesaikan pekerjaan tertentu? Ini bisa jadi contoh kecil dari hedonic eating.Hedonic eating seringnya diikuti dengan keinginan 'eating for pleasure', yaitu memberikan reward pada diri sendiri dengan mengonsumsi makanan mewah, tinggi karbohidrat dan lemak. Jika hanya dilakukan sesekali saja sih nggak masalah, tapi kalau sudah memberikan efek ketagihan bisa jadi kamu mengalami kondisi hedonic eating.
3. Avoidance Eating
Kebiasaan makan yang satu ini terjadi ketika kamu sedang menghindari emosi tertentu, baik itu yang sifatnya positif atau negatif. Misalnya saja, harusnya kamu senang karena berhasil mendapatkan pekerjaan baru.
Rasa senang tersebut terhalang oleh adanya kecemasan atau rasa khawatir apakah kamu bisa menjalankan berbagai tugas yang ada di tempat baru, lalu melampiaskannya dengan makan sesuatu.
Jika setiap kali menghindari emosi tertentu yang dicari adalah makanan, bisa jadi kamu mengalami avoidance eating. Cara mengatasinya adalah dengan secara perlahan memilah emosi yang dirasakan dan cari tahu apa yang menyebabkan kamu merasakan hal tersebut alih-alih menghindarinya dengan makanan.
4. All-or-Nothing Eating
Jenis emotional eating yang satu ini biasanya muncul setelah kamu berusaha menahan diri untuk tidak makan sesuatu. Misalnya saja saat di kantor ada yang menawarkan cake atau cookies tapi kamu berusaha menahan diri untuk tidak ikut memakannya.
Sayangnya, karena keinginan yang tertahan ini kamu malah membeli kue sendiri untuk dibawa pulang dan menghabiskannya sendirian. Bukannya bisa menahan diri, yang ada malah makan berlebihan. Sering terjebak dalam kondisi tersebut? Jika iya, tandanya kamu mengalami all-or-nothing eating yang tentu saja bukan kebiasaan makan yang sehat untuk pola diet sehari-hari.
5. Rebellion Eating
Sesuatu yang dilarang memang seringnya menimbulkan dorongan besar buat dilanggar. Misalnya saja bagi pengidap GERD, kamu tahu kalau mengonsumsi gorengan atau makanan berlemak lainnya bukan hal yang baik karena bisa memicu heartburn. Tapi, ada masa-masa tertentu seperti ketika sedang stres, kamu cenderung ingin menikmati makanan yang jadi pantangan.
Inilah yang disebut rebellion eating, atau kebiasaan makan karena emosi yang cenderung mengonsumsi jenis makanan yang jadi pantangannya. Biasanya dorongan tersebut dipicu kondisi emosi tertentu, baik itu sedang stres, sedih, atau mengalami masalah lain yang membuat makanan jadi distraksi.
Disadari atau tidak, kelima jenis emotional eating tersebut jadi yang paling sering dialami sehari-hari. Saatnya hindari demi menjaga kesehatan tubuh yang lebih baik yuk!