Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Abdul Muis, Jurnalis Bandung Penentang Belanda yang Jadi Pahlawan Nasional Pertama

Abdul Muis, Jurnalis Bandung Penentang Belanda yang Jadi Pahlawan Nasional Pertama Abdul Muis. ©2021 Liputan6/ Merdeka.com

Merdeka.com - Abdul Muis, atau Abdoel Moeis (ejaan lama) merupakan nama besar jurnalis yang sampai saat ini dikenal sebagai sosok yang berpengaruh di masa kolonial Belanda.

Ia banyak terjun di dunia media cetak hingga panggung politik untuk melawan kekejaman bangsa penjajah terutama di wilayah Bandung dan Garut, Jawa Barat.

Tak sampai di situ, pejuang kelahiran Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat 3 Juni 1883 itu juga seorang sastrawan, dengan karya besarnya berjudul "Salah Asuhan" yang jadi ujung tombak kemajuan novel di Indonesia ketika itu.

Sosoknya yang penuh keberanian, menghantarkan putra Datuk Tumenggung Lareh tersebut menjadi pahlawan nasional pertama yang dinobatkan oleh Presiden Soekarno usai dua bulan meninggal dunia.

Seperti apa kisah menarik dari tokoh Abdul Muis tersebut? Berikut cerita selengkapnya yang dikutip dari berbagai sumber, Jumat (23/07).

Sempat Belajar di Sekolah Eropa Rendah hingga Jadi Ahli Bahasa Belanda

abdul muis

©2021 Youtube Berbagi Tahu/Editorial Merdeka.com

Sebelum menapaki jejak di bidang jurnalistik, Abdul Muis sempat mengenyam pendidikan di Sekolah Eropa Rendah bernama Eur. Lagere School (ELS). Kemudian ia berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Stovia selama 3,5 tahun (1900-1902), namun tidak selesai karena sakit.

Kendati memiliki catatan pendidikan yang kurang memadai, dengan ketekunannya ia mampu memperdalam kemampuan berbahasa Belandanya hingga menjadi piawai.

Mengutip dari Liputan6, orang-orang Belanda turut mengakui kemampuan berbahasa Belandanya melebihi rata-rata orang Belanda itu sendiri.

Jadi Orang Pribumi Pertama yang Bekerja di Kantoran

Atas kemampuan berbahasa Belanda yang di atas rata-rata itu, Mr Abendanon, Directeur Onderwzjs (Direktur Pendidikan) di Departement van Onderwijs en Eredienst yang membawahi Stovia turut mengangkatnya menjadi klerk (pekerja kantoran).

Di masa itu belum ada orang prihumi yang diangkat sebagai klerk. Abdul Muis merupakan orang indonesia pertama yang diberi kepercayaan untuk menduduki jabatan klerk.

Namun, selama bekerja di sana banyak kalangan Belanda yang tidak suka. Ia pun memilih berhenti di tahun kedua bekerja (1903-1905) karena tidak betah.

Kiprah Jurnalistik hingga ke Panggung Politik

Abdul Muis kemudian memilih untuk menekuni pekerjaan lainnya, mulai dari bidang sastra, jurnalistik hingga ke ranah politik. Jejak awal ke dunia wartawan pun dilakoni Muis dengan menjadi dewan redaksi di majalah politik Bandung bernama Bintang Hindia tahun 1905.

Namun dua tahun kemudian, majalah tersebut dibredel pemerintah. Hingga akhirnya ia pindah ke bidang pertanian di Bandungsche Afdeelingsbank sebagai mantri lumbung.

Sayangnya, sikap tegasnya tak disukai mandor (Belanda) di sana, hingga ia diberhentikan secara hormat setelah 5 tahun bekerja akibat cekcok dengan controleur pada 1912.

Dunia jurnalistik pun kembali ia tekuni setelah De Prianger Bode, koran Belanda pada saat itu menerimanya sebagai pegawai korektor hingga diangkat menjadi hoofdcorrector (korektor kepala). 

Merasa belum mendapatkan yang ia inginkan, Abdul Muis kembali keluar untuk terjun ke ranah politik dan bergabung di Serikat Islam (SI). di sana ia dipercaya A.H. Wignyadisastra, ia dipercaya memimpin Harian Kaum Muda, salah satu surat kabar milik SI yang terbit di Bandung.

Kiprahnya turut menonjol, usai dipercaya sebagai utusan SI ke negeri Belanda untuk mempropagandakan Comite Indie Weerbaar di tahun 1917. Sejak itu, ia cukup dikenal sebagai sosok yang kerap bertentangan dengan kepentingan Pemerintah Belanda.

Adapun beberapa media massa juga sempat ia buat, yakni Harian Kaum Kita (Bandung) dan Mimbar Kita (Garut).

Jadi Tokoh Politik dan Sastra yang Berpengaruh

Setahun kemudian, tepatnya di 1918, ia kembali ke Indonesia untuk mempengaruhi tokoh-tokoh Belanda, terkait pertahanan RI. Termasuk mendirikan tempat pendidikan bernama Technische Hooge School (sekarang Institut Teknologi Bandung atau ITB), dan ikut bekerja di dewan Volksraad (Dewan Rakyat Jajahan).

Salah satu buah pemikiran penolakan terhadap penjajah ia tuangkan melalui pemberontakan oleh anak buahnya di organisasi bernama PPPB (Perkumpulan Pegawai Pegadaian Bumiputra). Di sana ia mengajak bawahannya untuk mengadakan pemogokan di Yogyakarta karena menentang kebijakan yang sewenang-wenang.

Selama menjadi pemberontak ia juga menuangkan berbagai pemikirannya, melalui karya novel yang disebut berpengaruh di masanya.

Diketahui karya besarnya adalah "Salah Asuhan", dengan tema sastra prosa yang dianggap segar ketika banyak tema mengangkat kisah lawas. Di karya tersebut, ia memilih tema yang berbeda dan dekat dengan anak mudah (patriotis) yakni cinta, dendam dan cita-cita.

Mengutip dari kanal mooibandoeng, sepanjang hidupnya ia hanya berhasil menuliskan empat buah novel yakni Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Surapati, dan Robert Anak Surapati.

Sisa hidupnya banyak ia gunakan untuk berkecimpung di dunia persuratkabaran di wilayah Parahyangan (Bandung dan Garut).

Pahlawan Pertama

Setelah berkutat di berbagai pergerakan, Abdul Muis meninggal dunia di Kota Bandung pada 17 Juni 1959 dalam usia 76 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Taman Pahlawan Cikutra, Bandung.

Menariknya, setelah dua bulan kematiannya ia lantas ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional yang pertama di Indonesia, berdasarkan Keputusan presiden No. 218 Tahun 1959 tertanggal 30 Agustus 1959.

Selanjutnya tradisi pemberian gelar kepahlawanan terus berlanjut ke tokoh-tokoh yang dianggap berpengaruh di tahun tahun berikutnya. (mdk/nrd)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pesan Terakhir Kapten Muslihat saat Gugur di Bogor, Minta Istri Beri Nama Anak 'Tubagus Merdeka' saat Melahirkan
Pesan Terakhir Kapten Muslihat saat Gugur di Bogor, Minta Istri Beri Nama Anak 'Tubagus Merdeka' saat Melahirkan

Tekadnya yang kuat membuat dirinya berani maju secara terbuka untuk menghadapi sekutu. Muslihat tak peduli meski hujan peluru terjadi di sana.

Baca Selengkapnya
Sosok KH Zainal Mustafa, Pemimpin Pergerakan Lawan Penjajah di Jawa Barat
Sosok KH Zainal Mustafa, Pemimpin Pergerakan Lawan Penjajah di Jawa Barat

Dalam setiap ceramah dan khotbahnya, ia selalu menentang kebijakan politik Belanda.

Baca Selengkapnya
Mengenang Chatib Sulaiman, Tokoh Perjuangan Kemerdekaan yang Namanya Bak Terlupakan
Mengenang Chatib Sulaiman, Tokoh Perjuangan Kemerdekaan yang Namanya Bak Terlupakan

Tokoh perjuangan kemerdekaan asal Tanah Datar ini mulai dilupakan, bahkan namanya sendiri sudah diajukan sebagai pahlawan nasional sejak lama

Baca Selengkapnya
Gagah Berseragam Didampingi Istri, Intip Potret Lawas Jenderal Besar TNI, Sosoknya Selalu Dikenang
Gagah Berseragam Didampingi Istri, Intip Potret Lawas Jenderal Besar TNI, Sosoknya Selalu Dikenang

Potret lawas mendiang Jenderal Besar AH Nasution saat masih berseragam militer bersama istrinya.

Baca Selengkapnya
Sosok Karel Sadsuitubun, Pahlawan Revolusi Pertama dari Polri Asal Maluku
Sosok Karel Sadsuitubun, Pahlawan Revolusi Pertama dari Polri Asal Maluku

Berkat jasa-jasanya semasa hidup, nama KS Tubun diabadikan sebagai nama kapal perang hingga jalan.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Pahlawan Nasional Abdurrahman Baswedan, Sang Cucu Kini Jadi Calon Presiden
Mengenal Sosok Pahlawan Nasional Abdurrahman Baswedan, Sang Cucu Kini Jadi Calon Presiden

Sosok pahlawan nasional ini membawa pengaruh besar kepada sang cucu yang kini jadi calon Presiden Republik Indonesia.

Baca Selengkapnya
Meninggal di Usia Muda, Begini Perjuangan Lettu Soejitno Anak Bupati Tuban Melawan Musuh Masyarakat
Meninggal di Usia Muda, Begini Perjuangan Lettu Soejitno Anak Bupati Tuban Melawan Musuh Masyarakat

Ia tewas sesaat setelah melakukan serangan kepada tentara penjajah

Baca Selengkapnya
Kisah Raden Ario Soerjo, Gubernur Pertama Jawa Timur yang Dibunuh Secara Tragis
Kisah Raden Ario Soerjo, Gubernur Pertama Jawa Timur yang Dibunuh Secara Tragis

Tokoh penting yang pertama kali menjabat sebagai seorang Gubernur Jawa juga dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.

Baca Selengkapnya
21 Juli Wafatnya Teuku Nyak Makam, Panglima Perang Asal Aceh yang Gigih dan Berani
21 Juli Wafatnya Teuku Nyak Makam, Panglima Perang Asal Aceh yang Gigih dan Berani

Hari ini adalah 128 tahun wafatnya Teuku Nyak Makam yang patut dikenang oleh masyarakat Indonesia.

Baca Selengkapnya
Punya Julukan Singa dari Jawa Barat, Begini Kisah K.H Abbas Abdul Jamil yang Semangat Melawan Belanda
Punya Julukan Singa dari Jawa Barat, Begini Kisah K.H Abbas Abdul Jamil yang Semangat Melawan Belanda

Salah satu rekam jejak K.H Abbas terlihat saat melawan penjajah dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Baca Selengkapnya
Mengenal Soebandi Dokter Pejuang Kemerdekaan yang Gugur Ditembak Belanda, Tak Banyak yang Tahu Kisahnya
Mengenal Soebandi Dokter Pejuang Kemerdekaan yang Gugur Ditembak Belanda, Tak Banyak yang Tahu Kisahnya

Namanya diabadikan jadi nama rumah sakit hingga kampus di Jember.

Baca Selengkapnya
Sejarah Monumen Simpang Tinju, Simbol Perjuangan Bagindo Aziz Chan di Kota Padang
Sejarah Monumen Simpang Tinju, Simbol Perjuangan Bagindo Aziz Chan di Kota Padang

Kepalan tangan tersebut menjadi simbol perjuangan Bagindo Aziz Chan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Kota Padang.

Baca Selengkapnya