Jam Gadang di Bukittinggi, Saksi Bisu Pembantaian Rakyat yang Dituduh Pro PRRI
Merdeka.com - Peristiwa pemberontakan PRRI menimbulkan luka mendalam di kalangan orang-orang Minang. Banyak menimbulkan korban jiwa di kalangan sipil.
Penulis: Hendi Jo
Kenangan Sutan Iskandar (kelahiran 1947) masih segar mengingat kejadian itu. Saat itu usianya baru saja beranjak 12 tahun ketika sekelompok tentara pusat (sebutan orang-orang Minang kepada tentara pemerintahan Sukarno) menggiring ratusan lelaki dalam kelompok-kelompok kecil ke arah tugu Jam Gadang.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Bagaimana kerusuhan terjadi di Banyumas? Para suporter menyalakan flare dan kemudian merangsek masuk ke dalam stadion.
-
Apa yang terjadi pada kerusuhan ini? Dalam peristiwa tersebut, 47 orang Yahudi dan satu orang Prancis terbunuh, banyak yang terluka, dan harta benda dirusak.
-
Dimana kerusuhan terjadi? Prada Triwandi berani mengamankan masyarakat saat terjadi kerusuhan di wilayah Sentani, Kabupaten Jayapura.
-
Apa yang terjadi pada rakyat Priangan karena kopi? Rakyat Priangan menderita & dipaksa menanam kopi oleh VOC dan para pembesar pribumi. Mereka dipaksa meninggalkan lahan pertanian mereka demi 'emas hitam'.
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
"Selanjutnya saya tidak menyaksikan lagi mereka diapakan, tapi memang saya mendengar tembakan berkali-kali dari arah Jam Gadang," kenangnya.
Pada 10 Februari 1958, tercetuslah yang disebut sebagai PRRI (Pemerintah Revolusiener Republik Indonesia). Pimpinan Letnan Kolonel Ahmad Husein (tokoh pejuang kemerdekaan Sumatera Barat) di Padang.
Awalnya, menurut sejarawan R.Z. Leirissa dalam PRRI Permesta: Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis, gerakan itu sebagai koreksi politik terhadap pemerintahan Presiden Sukarno yang dianggap berat ke sebelah kiri.
'Dikompori' kelompok-kelompok kiri, terutama Partai Komunis Indonesia (PKI), kritik dan permintaan untuk membubarkan kabinet Djuanda itu malah disikap Presiden Sukarno secara keras.
Presiden memerintahkan tentara menyerang Sumatera Barat. Maka diadakanlah Operasi 17 Agustus 1958 yang dipimpin oleh Kolonel Achmad Jani. Sejak itulah ranah Minang dibekap perang saudara yang memilukan.
187 Orang Dibunuh di Dekat Jam Gadang
Dalam buku PRRI: Pemberontakan atau Bukan? karya Syamdani, apa yang pernah disaksikan Sutan Iskandar adalah kenyataan sejarah adanya. Mengacu kepada sebuah artikel yang pernah dimuat surat kabar Singgalang pada 20 Januari 2000, ada 187 orang Minang yang pernah dibunuh di dekat tugu kebanggan masyarakat Bukittinggi tersebut.
Ironisnya, dari jumlah itu, hanya tujuh belas orang yang teridentifikasi sebagai gerilyawan PRRI, sedangkan seratus tujuh puluh lainnya merupakan warga sipil yang tidak mengerti apa-apa.
Selain Insiden Jam Gadang, pembunuhan, penyiksaan dan teror pun banyak dialami oleh rakyat Sumatera Barat kala itu. Betti Yusfa dalam sebuah makalah yang dikeluarkan oleh IKIP Padang pada 1998, ‘Kekerasan dalam Zaman PRRI di Tlatang Kamang 1958-1961’, menuliskan kisah pilu keluarga seorang ulama asal Kamang bernama Kari Mangkudung.
Dari hasil wawancara Betti dengan seorang tokoh masyarakat di Kamang, Z.Sutan Kabasaran, dituturkan bagaimana keluarga Kari Mangkudung musnah dibantai tentara pusat.
"Mereka hanya menyisakan seorang bayi berusia tiga bulan yang kemudian dibawa seorang tentara pusat dan sampai sekarang tidak diketahui lagi di mana rimbanya,” ungkap Sutan Kabasarn seperti yang dikutip oleh Betti dalam makalahnya.
Mayat Digulingkan dari Bukit
Betti juga mengungkap insiden di Desa Bansa pada 1959. Dari saksi sejarah bernama M. Datuk Manindieh dikisahkan tentang kisah sedih tiga pemuka masyarakat Desa Bansa. Yakni Datuk Kabasaran, Datuk Beco dan datuk Alam.
Tanpa sebab musabab, ketiga orang tua yang tak berdaya itu diperintahkan jalan ke Desa Pauh (berjarak 4 km dari Bansa) sambil diiringi oleh sekelompok tentara pusat.
Begitu sampai di Desa Pauh, para tentara itu menyuruh ketiga orang tua tersebut mendaki sebuah bukit. Sambil terseok-seok, ketiganya menuruti apa yang diperintahkan oleh para prajurit tersebut. Alih-alih dibebaskan, ternyata ketiganya hanya menjadi sasaran latihan tembak.
"Dari jarak yang cukup jauh, tentara pusat menembaki mereka satu persatu hingga mayat-mayat ketiganya bergulingan ke kaki bukit," ungkap Datuk Manindieh.
Tank Tembaki Rumah Warga
Teror juga dilakukan oleh tentara pusat terhadap orang-orang Kuala Tangkar. Kesaksian seorang penduduk bernama Sanur dalam surat kabar Singgalang, 2 Februari 2000 menyebutkan bahwa pernah karena orang-orang Kuala Tangkar dianggap pro PRRI, mereka menyerang desa itu dengan mengerahkan empat tank baja.
"Tank-tank itu menghujani rumah-rumah penduduk dengan peluru-peluru secara membabibuta hingga musnah terbakar," ungkap Sanur.
Pembantaian massal juga pernah dilakukan tentara pusat pada November 1959 di Kamang. Pada hari Senin saat diadakan hari pakan/pasar, sejak pukul 7 pagi, tak hentinya tentara pusat mengirimkan peluru-peluru mortir dari Bukittingi.
Tak cukup dengan menggunakan mortir, artileri berat dari Angkatan Darat pun ikut berbunyi disusul dengan serangan udara dari sebuah pesawat tempur. Akibatnya banyak rakyat bersimbah darah. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pembentang spanduk dukung Ganjar diduga dianiaya Paspampres.
Baca SelengkapnyaBudi Gunawan memastikan proses hukum terhadap insiden ini terus berjalan.
Baca Selengkapnya74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.
Baca SelengkapnyaKoordinator aksi demo kamisan Semarang, Iqbal Alam merinci total 26 orang luka-luka dan 16 diantaranya harus dilakukan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaPeristiwa kelam ini cukup memberikan luka mendalam bagi masyarakat Aceh yang dilakukan oleh aparat TNI di era konflik Aceh.
Baca SelengkapnyaPemberlakuan sistem pajak oleh kolonial Belanda kala itu membuat rakyat pribumi murka dan memberontak sehingga menimbulkan konflik panjang.
Baca SelengkapnyaAwal mula peristiwa Talangsari dipicu oleh semakin kuatnya doktrin pemerintahan Soeharto tentang asas tunggal Pancasila.
Baca SelengkapnyaPemberontakan ini sebagai bentuk reaksi rakyat terhadap sistem tanam paksa oleh Belanda.
Baca Selengkapnya14 Prajurit TNI diperiksa Pomdam Jaya itu berasal dari pelbagai kesatuan.
Baca SelengkapnyaViral video kericuhan antara anggota Polresta Padang dengan masyarakat Air Bangis dan Pasaman Barat
Baca SelengkapnyaKericuhan terjadi saat eksekusi lahan di Jalan Baru, Payo Selincah, Jambi Timur, Kota Jambi, Senin (18/12). Seorang anggota Polri terluka dalam peristiwa itu.
Baca SelengkapnyaTujuh warga di Kabupaten Blora mengalami penganiayaan oleh karyawan perusahaan tambang setelah mereka mengajukan protes terkait pencemaran udara.
Baca Selengkapnya