Saat Pasukan TNI Kembali Masuk Jakarta
Merdeka.com - Sejak 'diusir' Inggris pada akhir 1945, empat tahun kemudian tentara Republik kembali ke Jakarta. Diwakili oleh Divisi Siliwangi.
Penulis: Hendi Jo
Akhir Desember 1949. Perintah itu datang begitu tiba-tiba. Mayor Kemal Idris (Komandan Batalyon Kala Hitam Divisi Siliwangi) mendapat instruksi dari Markas Besar Tentara di Yogyakarta untuk menjadi pasukan TNI pertama yang memasuki Jakarta. Maka, dari Cianjur bergeraklah lima truk berisi masing-masing 12 prajurit pagi itu menuju ibu kota RI.
-
Kapan WNI dipulangkan? Direktorat Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri secara bertahap memulangkan Warga Negara Indonesia (WNI) yang terjebak di Gaza Palestina.
-
Bagaimana kondisi Indonesia di tahun 1945-1950? Sebab, pada tahun itu, kondisi politik dan keamanan negara sudah mulai kondusif, karena pada 1945 hingga 1950-an masih banyak peperangan yang mengharuskan rakyat Indonesia mempertahankan kemerdekaannya.
-
Kenapa Inggris menjajah Indonesia? Sebab utama penjajahan tersebut bermula dari adanya perjanjian politik Inggris dengan Belanda.Saat itu, Belanda yang tengah dijajah oleh Prancis, di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte merasa kalah dan bangkrut.
-
Kenapa Pasukan Siliwangi pindah dari Jawa Barat? Peristiwa ini terjadi sebagai akibat adanya perjanjian Renville antara Belanda dengan Pemerintah Indonesia pada 17 Januari 1948. Pada perjanjian tersebut, dua per tiga Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Timur), Sumatera Timur dan Selatan diserahkan ke Belanda. Alhasil, pasukan Siliwangi yang bermarkas di wilayah Jawa Barat harus pindah ke daerah Republik Indonesia.
-
Apa yang terjadi pada 4 Juli 1946? Baru tanggal 4 Juli 1946, republik Filipina mencapai kemerdekaan penuh setelah mencapai kesepakatan dengan Amerika.
-
Dari mana WNI dipulangkan? Empat di antaranya telah dipulangkan ke Indonesia.
Menjelang matahari ada di atas ubun-ubun, konvoi kecil memasuki wilayah Jatinegara. Tak ada sama sekali sambutan. Bahkan para prajurit Belanda yang masih berkeliaran bebas di wilayah Jakarta, terlihat kaget menyaksikan serombongan prajurit TNI memasuki jalan raya.
Sementara penduduk Jakarta hanya bisa berbisik-bisik sembari diam-diam memandang bangga para prajurit muda TNI yang berdiri tegap di atas truk lengkap dengan senjatanya masing-masing.
"Barulah setelah melihat bendera merah putih yang kami pasang di bagian belakang truk, mereka berteriak riuh: 'merdeka' dan 'hidup TNI' sembari berlari ke arah kami…" kenang Ido bin Tachmid, lelaki kelahiran Cianjur pada 1924 itu.
Kopral Ido adalah salah satu anggota Kompi I Yon Kala Hitam pimpinan Letnan Satu Marzoeki Soelaiman. Merekalah yang ditugaskan Mayor Kemal untuk memasuki Jakarta, dengan pesan: mengamankan proses penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Hindia Belanda kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) sekaligus mengawal Presiden Sukarno yang akan datang ke Jakarta pada 28 Desember 1949.
Setelah melapor kepada Letnan Kolonel Taswin A. Natadiningrat (pimpinan Markas Komando Basis Jakarta), Kompi I ditempatkan pada sebuah asrama milik Muhammadiyah yang terletak dalam kawasan Pasar Senen. Kapten (Purn) Marzoeki masih ingat, saat menuju Markas Komando Basis Jakarta, pergerakan pasukannya sangat lambat.
"Jarak Matraman-Senen kan sebetulnya tidak begitu jauh, tapi karena banyaknya tukang becak dan khalayak Jakarta yang ikut mengantar rombongan kami, jalanan jadi macet," kenang Marzoeki.
Pada awal Desember 1945, kekuatan bersenjata Republik dienyahkan oleh Inggris dengan alasan kota itu akan dijadikan wilayah diplomasi internasional yang harus bebas dari kekuatan bersenjata kelompok mana pun. Kendati menolak keras, pada akhirnya kaum Republiken harus menyingkir ke Bekasi dan Karawang.
"Percuma juga mereka melawan, karena keputusan itu disetujui oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir," ungkap sejarawan Rushdy Hosein.
Sejak itulah, TNI tak pernah bisa masuk lagi ke Jakarta. Rencana untuk menggempur ibu kota selalu tak terlaksana karena berbagai alasan. Karena itu saat akhir Desember 1949 mereka bisa masuk ke Jakarta, ada rasa haru dan bangga di dada setiap prajurit TNI, terutama bagi prajurit-prajurit Siliwangi kelahiran Jakarta seperti Marzoeki.
"Setelah hampir tiga tahun bergerilya di hutan-hutan Cianjur dan Sukabumi, akhirnya kami bisa ke Jakarta lagi," ujar Marzoeki.
Setelah Yon Kala Hitam, pasukan-pasukan TNI dari Divisi Siliwangi lainnya menyusul masuk Jakarta. Mereka dari Batalyon Siloeman Merah, Batalyon Banteng dan Batalyon Kilat. Upacara penyerahan kekuasaan militer dari KNIL kepada TNI pada 24 Desember 1949 pun berlangsung lancar.
Selanjutnya Kompi I ditugaskan untuk mengawal proses penyerahan kedaulatan dari pemerintah Kerajaan Belanda kepada pemerintah RIS (Republik Indonesia Serikat) di Istana Negara pada 27 Desember 1949.
Namun yang paling berkesan bagi Marzoeki adalah saat pasukannya ditugaskan menjemput Presiden Sukarno di Lapangan Udara Kemayoran pada 28 Desember 1949. Marzoeki masih ingat, dengan kekuatan dua seksi (30 prajurit), siang itu mereka dengan gagah dan percaya diri mengawal untuk pertama kali presidennya yang juga baru saja menjejakkan kakinya lagi di tanah Jakarta.
"Selamat datang di Jakarta, Pak Presiden!" kata Marzoeki begitu melihat Presiden Sukarno menghampirinya.
Sukarno sumringah. Dia meraih tangan kanan Marzoeki dan menggenggamnya kuat. Seulas senyum lebar menghiasi wajah pemimpin kaum Republik itu. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada peristiwa kelam di balik sejarah pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta. Simak selengkapnya.
Baca SelengkapnyaMasyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.
Baca SelengkapnyaPerjalanan ini dipenuhi pertumpahan darah dan tangisan air mata.
Baca SelengkapnyaKedatangan mereka yang tiba-tiba membuat gempar masyarakat pesisir Tuban
Baca SelengkapnyaBerawal dari Agresi Militer Belanda Kedua pada 19 Desember 1948, PDRI pun didirikan di Sumbar.
Baca SelengkapnyaApa tujuan para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok?
Baca SelengkapnyaSerangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaSerangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.
Baca SelengkapnyaTepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.
Baca SelengkapnyaPerjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaPertempuran 10 November 1945 di Surabaya tak bisa dilepaskan dari keberadaan kereta api.
Baca SelengkapnyaTengah Air Base jadi markas pesawat jet tempur Inggris. Dijaga kuat dengan rudal antipesawat udara.
Baca Selengkapnya