Kisah Toko Peci Legendaris di Bandung, Jadi Langganan Para Negarawan Sejak 105 Tahun Lalu
Peci ini melegenda di Bandung dan digunakan oleh para negarawan.
Peci ini melegenda di Bandung dan digunakan oleh para negarawan.
Kisah Toko Peci Legendaris di Bandung, Jadi Langganan Para Negarawan Sejak 105 Tahun Lalu
Produk peci lokal asal Bandung, Jawa Barat, bernama M. Iming mampu bertahan selama 105 tahun. Kualitasnya konon tetap dijaga oleh pemilik sampai sekarang. Banyak tokoh negarawan yang menjadi pengguna brand legendaris tersebut.
Dok. Pemkot Bandung
-
Siapa yang mendirikan Toko Buku Bandung? Media sosial diklaim jadi salah satu penyebab utama menurunnya minat baca di Indonesia. Melihat kondisi ini, salah satu warga Kota Bandung bernama Deni Rachman, menaruh perhatian terhadap dunia literasi dengan mendirikan toko buku offline yang nyaman.
-
Siapa yang mengenalkan Mi Kocok Bandung? Setelah budaya kuliner mi masuk, orang-orang Tionghoa mencoba mengenalkan kekayaan kulinernya. Lambat laun, mi diadaptasi oleh warga lokal dengan dicampurkan sejumlah rempah dan bahan khas Indonesia.
-
Kapan Pegi Setiawan ditangkap di Bandung? Pegi Setiawan ditangkap petugas Polda Jabar di Bandung pada Selasa (21/5/2024) malam.
-
Siapa pemilik toko serba ada pertama di Bandung? Kala itu pemiliknya adalah orang Eropa ke-1500 yang menetap di Bandung bernama Andreas de Vries.
-
Kapan Mi Kocok Bandung mulai populer? Di abad ke-20, atau lebih tepatnya tahun 1940-an mi kocok mulai populer sebagai kuliner khas yang banyak dijual para penjaja makanan di Bandung.
-
Apa yang terkenal dari Kota Bandung? Tentu semua orang sudah tahu kalau alat musik tradisional angklung berasal dari Jawa Barat. Berkat Saung Angklung Udjo, alat musik angklung jadi terkenal hingga ke mancanegara.
Bermula dari berjualan di emperan
Mengutip laman Pemkot Bandung, Selasa (17/10), sang perintis awal peci bernama M. Iming dahulu sempat berjualan peci di emperan toko, Jalan Ahmad Yani, Kosambi sekitar tahun 1918.
Ia merupakan perantau asal Kota Pekalongan, Jawa Tengah, dan mencoba menjajakan peci dari satu tempat ke tempat lainnya.
Semangatnya berjualan lantas membuahkan hasil lantaran pecinya banyak terjual hingga diberi merek H. Iming sebagai penanda untuk konsumen.
Awalnya menjahit sendiri
M. Iming benar-benar memulai dari nol dalam merintis usaha pembuatan songkok atau peci untuk ibadah pria itu.
Mulanya ia mendesain dan menjahit sendiri produk pecinya, dikarenakan tidak memiliki karyawan. Lama kelamaan produknya makin tenar melalui promosi dari mulut ke mulut.
"Awalnya membuat peci ini awalnya menjahit sendiri, dari dia jahit sendiri dijual sendiri karena kan waktu itu belum punya toko hanya di depan rumah jualannya terus lama-lama dari mulut ke mulut," kata keturunan M. Iming generasi keempat, Yuliani Sabana.
Berbahan beludru
Sejak awal, peci polos memang menjadi primadona dan banyak disukai para pelanggan.
Bahannya pun tetap konsisten menggunakan beludru sehingga lembut dan nyaman saat digunakan di kepala.
"Peci Iming itu pertama berdiri tahun 1918, pertamanya ada di Jalan Ahmad Yani, Kosambi dan sudah berusia 105 tahun," katanya lagi
Dipakai para negarawan
Sejak dulu Peci M. Iming dipakai oleh para negarawan, pemimpin daerah, menteri, gubernur, walikota, bahkan presiden.
Yuliani mengungkapkan pelanggan pejabat yang sering memakai peci M. Iming di antaranya Ridwan Kamil, Airlangga Hartarto hingga almarhum mantan Wali Kota Bandung, Oded M Danial.
"Peci terkenal karena kualitasnya, kita dari zaman pertama dibuat sampai sekarang pemilihan bahan tidak ada yang berubah. Kita mempertahankan kualitasnya," kata dia
Digemari warga
Saat ini pihaknya juga mengeluarkan peci jenis lainnya, yakni bermotif kaligrafi dan banyak diburu pelanggan.
Dari sana, Yuliani melihat bahwa peci saat ini sudah menjadi fashion yang digunakan oleh para laki-laki muslim.
"Minat masyarakat menggunakan peci tinggi, bahkan sekarang sudah jadi fashion juga. Dipakai tarawih salat Idulfitri. Anak-anak muda mulai cari yang motif, tapi kalau penjualan peci polos masih banyak," katanya lagi.
Hanya produksi sedikit untuk jaga kualitas
Kendati masih memiki banyak peminat, dirinya tak ingin memproduksi peci banyak-banyak. Ini sebagai upaya agar kualitasnya tetap terjaga.
Dalam sehari produsen peci pertama di Bandung itu hanya membuat 10 kodi atau 200 buah peci. Beberapa seri mulai ditambahkan, seperti K, A dan B dengan tipe sorbanis dan kaligrafi.
"Kita tidak produksi banyak karena ingin mempertahankan kualitas," katanya lagi.
Harganya terjangkau
Untuk harganya sendiri, peci M. Iming dibanderol mulai dari harga Rp180.000 sampai Rp300.000, tergantung motif dan jenisnya.
Saat ini, pelopor peci itu sudah memiliki 20 orang karyawan dan tersebar di beberapa toko mulai dari Jalan PHH Mustafa, Jalan Pelajar Pejuang dan Jalan Kopo.
"Sekarang berkembang ada beberapa cabang di Bandung. Salah satunya di sini Jalan PHH Mustata," tambahnya