Mengenal Abdul Muis, Jurnalis Bandung yang Tercatat Sebagai Pahlawan Nasional Pertama
Merdeka.com - Abdul Muis atau Abdoel Moeis (ejaan lama) merupakan nama besar jurnalis yang sampai saat ini dikenal sebagai sosok berpengaruh di masa kolonial Belanda.
Ia banyak terjun di dunia media cetak hingga panggung politik untuk melawan kekejaman bangsa penjajah terutama di wilayah Bandung dan Garut, Jawa Barat.
Tak sampai di situ, pejuang kelahiran Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat 3 Juni 1883 itu juga seorang sastrawan, dengan karya besarnya berjudul "Salah Asuhan" yang jadi ujung tombak kemajuan novel di Indonesia ketika itu.
-
Siapa pahlawan nasional dari Langkat? Amir Hamzah merupakan salah sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru.
-
Kapan Soekarno dilahirkan? Srimben pernah berkata kepada Soekarno kecil, kelak dirinya akan jadi pemimpin besar karena ia lahir saat fajar menyingsing.
-
Di mana Ir. Soekarno diasingkan? Melansir dari situs indonesia.go.id, pada tanggal 6 Februari 1949, Ir. Soekarno, Agus Salim, Mohammad Roem, dan Mr. Ali Sastroamidjojo pun diasingkan ke Muntok yaitu Pesanggrahan Menumbing.
-
Apa itu Tuanku Lareh? Melansir dari situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, Tuanku Lareh adalah sebuah jabatan adat yang dibuat langsung oleh pemerintah kolonial. Untuk jabatan ini secara umum dipilih dari kalangan penghulu yang tersohor di sebuah wilayah.
-
Apa nama asli Soekarno? Soekarno dahulu terlahir dengan nama Kusno.
-
Siapa yang Soeharto katakan sebagai patriot Indonesia? “Saya ini tentara. Tentara itu pedoman hidupnya Sapta Marga. Kami patriot Indonesia, pendukung dan pembela ideologi negara yang bertanggungjawab dan tidak mengenal menyerah.“
Sosoknya yang penuh keberanian, menghantarkan putra Datuk Tumenggung Lareh tersebut menjadi pahlawan nasional pertama yang dinobatkan oleh Presiden Soekarno usai dua bulan meninggal dunia.
Seperti apa kisah menarik dari tokoh Abdul Muis tersebut? Berikut cerita selengkapnya yang dikutip dari berbagai sumber, Kamis (22/07).
Sempat Belajar di Sekolah Eropa Rendah hingga Jadi Ahli Bahasa Belanda
Sebelum menapaki jejak di bidang jurnalistik, Abdul Muis sempat mengenyam pendidikan di Sekolah Eropa Rendah bernama Eur. Lagere School (ELS). Kemudian ia berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Stovia selama 3,5 tahun (1900-1902), namun tidak selesai karena sakit.
Kendati memiliki catatan pendidikan yang kurang memadai, dengan ketekunannya ia mampu memperdalam kemampuan berbahasa Belandanya hingga menjadi piawai.
Mengutip dari Liputan6, orang-orang Belanda turut mengakui kemampuan berbahasa Belandanya melebihi rata-rata orang Belanda itu sendiri.
Jadi Orang Pribumi Pertama yang Bekerja di Kantoran
Atas kemampuan berbahasa Belanda yang di atas rata-rata itu, Mr Abendanon, Directeur Onderwzjs (Direktur Pendidikan) di Departement van Onderwijs en Eredienst yang membawahi Stovia turut mengangkatnya menjadi klerk (pekerja kantoran).
Di masa itu belum ada orang pribumi yang diangkat sebagai klerk. Abdul Muis merupakan orang indonesia pertama yang diberi kepercayaan untuk menduduki jabatan klerk.
Namun, selama bekerja di sana banyak kalangan Belanda yang tidak suka. Ia pun memilih berhenti di tahun ke dua bekerja (1903-1905) karena tidak betah.
Kiprah Jurnalistik hingga ke Panggung Politik
Abdul Muis kemudian memilih untuk menekuni pekerjaan lainnya, mulai dari bidang sastra, jurnalistik hingga ke ranah politik. Jejak awal ke dunia wartawan pun dilakoni Muis dengan menjadi dewan redaksi di majalah politik Bandung bernama Bintang Hindia tahun 1905.
Namun dua tahun kemudian, majalah tersebut dibredel pemerintah. Hingga akhirnya ia pindah ke bidang pertanian di Bandungsche Afdeelingsbank sebagai mantri lumbung. Sayangnya, sikap tegasnya tak disukai mandor (Belanda) di sana, hingga ia diberhentikan secara hormat setelah 5 tahun bekerja akibat cekcok dengan controleur pada 1912.
Dunia jurnalistik pun kembali ia tekuni setelah De Prianger Bode, koran Belanda pada saat itu menerimanya sebagai pegawai korektor hingga diangkat menjadi hoofdcorrector (korektor kepala).
Merasa belum mendapatkan yang ia inginkan, Abdul Muis kembali keluar untuk terjun ke ranah politik dan bergabung di Serikat Islam (SI). di sana ia dipercaya A.H. Wignyadisastra, ia dipercaya memimpin Kaum Muda, salah satu surat kabar milik SI yang terbit di Bandung.
Kiprahnya turut menonjol, usai dipercaya sebagai utusan SI ke negeri Belanda untuk mempropagandakan Comite Indie Weerbaar di tahun 1917. Sejak itu, ia cukup dikenal sebagai sosok yang kerap bertentangan dengan kepentingan Pemerintah Belanda.
Jadi Tokoh Politik dan Sastra yang Berpengaruh
Setahun kemudian tepatnya di 1918 ia kembali ke Indonesia untuk memengaruhi tokoh-tokoh Belanda, terkait pertahanan RI. Termasuk mendirikan tempat pendidikan bernama Technische Hooge School (sekarang Institut Teknologi Bandung atau ITB), termasuk bekerja di dewan Volksraad (Dewan Rakyat Jajahan).
Salah satu buah pemikiran penolakan terhadap penjajah ia tuangkan melalui pemberontakan oleh anak buahnya di organisasi bernama PPPB (Perkumpulan Pegawai Pegadaian Bumiputra). Di sana ia mengajak bawahannya untuk mengadakan pemogokan di Yogyakarta karena menentang kebijakan penjajah.
Selama menjadi pemberontak ia juga menuangkan berbagai pemikirannya, melalui karya novel yang disebut berpengaruh di masanya.
Diketahui karya besarnya adalah "Salah Asuhan", dengan tema sastra prosa yang dianggap segar ketika banyak tema mengangkat kisah lawas. Di karya tersebut, ia memilih tema yang berbeda dan dekat dengan anak mudah (patriotis) yakni cinta, dendam dan cita-cita.
Mengutip dari kanal mooibandoeng, sepanjang hidupnya ia hanya berhasil menuliskan empat buah novel yakni Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Surapati, dan Robert Anak Surapati. Sisa hidupnya banyak ia gunakan untuk berkecimpung di dunia persuratkabaran di wilayah Parahyangan (Bandung dan Garut).
Pahlawan Pertama
©2021 Liputan6/ Merdeka.com
Setelah berkutat di berbagai pergerakan, Abdul Muis meninggal dunia di Kota Bandung pada 17 Juni 1959 dalam usia 76 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Taman Pahlawan Cikutra, Bandung.
Menariknya, setelah dua bulan kematiannya ia lantas ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional yang pertama di Indonesia, berdasarkan Keputusan presiden No. 218 Tahun 1959 tertanggal 30 Agustus 1959.
Selanjutnya Pemberian gelar kepahlawanan terus berlanjut ke tokoh-tokoh yang dianggap berpengaruh di tahun tahun berikutnya. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berkat jasa-jasanya semasa hidup, nama KS Tubun diabadikan sebagai nama kapal perang hingga jalan.
Baca SelengkapnyaTekadnya yang kuat membuat dirinya berani maju secara terbuka untuk menghadapi sekutu. Muslihat tak peduli meski hujan peluru terjadi di sana.
Baca SelengkapnyaTokoh penting yang pertama kali menjabat sebagai seorang Gubernur Jawa juga dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
Baca SelengkapnyaPotret lawas mendiang Jenderal Besar AH Nasution saat masih berseragam militer bersama istrinya.
Baca SelengkapnyaTokoh perjuangan kemerdekaan asal Tanah Datar ini mulai dilupakan, bahkan namanya sendiri sudah diajukan sebagai pahlawan nasional sejak lama
Baca SelengkapnyaSalah satu rekam jejak K.H Abbas terlihat saat melawan penjajah dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Baca SelengkapnyaHari Juang Polri yang jatuh pada 21 Agustus tidak bisa dilepaskan dari sosok M Jasin.
Baca SelengkapnyaSosok pahlawan nasional ini membawa pengaruh besar kepada sang cucu yang kini jadi calon Presiden Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaIa adalah seorang perwira Kepolisian RI yang pernah menjabat sebagai Gubernur Sumatera Barat pertama dan ikut andil dalam mendirikan kantor polisi.
Baca SelengkapnyaSosok anggota polisi pertama di Indonesia yang dinobatkan jadi pahlawan revolusi.
Baca SelengkapnyaSelain berjuang untuk kemerdekaan, beliau juga menaruh perhatian besar terhadap perkembangan di bidang pendidikan dan agama.
Baca SelengkapnyaPendidikannya sempat terhenti setelah sang ayah meninggal dunia
Baca Selengkapnya