Tiga Mojang Bandung Ini Disegani Pejuang Kemerdekaan, Dikenal sebagai Tukang Jagal Tentara NICA
Mojang-mojang ini bak harimau betina yang mengamuk saat menjagal tentara NICA.
Mojang-mojang ini bak harimau betina yang mengamuk saat menjagal tentara NICA.
Tiga Mojang Bandung Ini Disegani Pejuang Kemerdekaan, Dikenal sebagai Tukang Jagal Tentara NICA
Setelah dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1945, upaya menguasai kembali Indonesia masih terus dilakukan penjajah.
-
Siapa yang pernah menjadi anggota Paskibra Jawa Barat? Desy Ratnasari, seorang aktris dan penyanyi terkenal melalui lagu 'Tenda Biru', ternyata pernah menjadi anggota Paskibra Jawa Barat di Bandung pada tahun 1987.
-
Siapa yang berjuang di Gedung Sate Bandung pada 3 Desember 1945? Pada hari itu, sekelompok pemuda dari Angkatan Muda Pekerjaan Umum berjuang di Gedung Sate Bandung untuk melindungi aset vital yang ingin diambil kembali oleh pasukan Sekutu dan Belanda.
-
Siapa yang mencetuskan KWT Srikandi? Nunik Dwi Maryati, Ketua KWT Srikandi, bercerita bahwa kelompok itu terbentuk pada tahun 2021.
-
Siapa wanita tersebut? Wanita tersebut, berpostur sekitar 155 sentimeter diperkirakan hidup bersama suaminya pada abad ke-9.
-
Siapa yang menginspirasi wanita Indonesia? Di hari yang istimewa ini, mari kita renungkan kembali semangat yang telah ditanamkan oleh Kartini, yang tidak hanya menjadi inspirasi bagi wanita Indonesia, tetapi juga bagi setiap individu yang bermimpi dan berusaha untuk mencapai kesetaraan di segala aspek kehidupan.
-
Siapa pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Sumatera Utara? Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
Perginya pasukan Jepang ke negara asal, justru memancing kembali datangnya pasukan Belanda bernama Netherlands Indies Civil Administration (NICA).
NICA tak sendiri, ia membonceng pasukan sekutu seperti Inggris dan Gurkha.
Situasi kembali memanas di paruh akhir 1945 sampai beberapa tahun setelahnya.
Banyak pertempuran sengit di daerah seperti Bandung, antara masyarakat sipil dengan penjajah.
Hal ini membuat para pejuang Indonesia sedikit kewalahan karena digempur peralatan perang yang lebih lengkap.
Kondisi ini menggugah kaum perempuan yang jengah dengan masuknya kembali Belanda. Mereka secara kompak membentuk Laswi atau Laskar Wanita Indonesia dengan anggota-anggotanya yang garang.
Tiga di antara pasukan Laswi cukup dikenal dan disegani oleh pejuang yakni Soesilowati, Willy Soekirman dan Toeti Amir Kartabrata.
Ketiganya mendapat julukan si penjagal NICA karena berhasil menggorok leher pasukan sekutu termasuk Gurkha.
Kisahnya menginspirasi perempuan Indonesia untuk melawan ketidakadilan. Berikut selengkapnya.
Laswi dan kemarahan mojang-mojang Bandung
Mengutip jurnal dari UIN Banten, Selasa (26/9), Laswi dibentuk oleh seorang perempuan biasa asal Bandung bernama Sumarsih Yati Arudji Kartawinata. Ia berhasil menggerakkan kaum perempuan untuk membantu para pejuang pria yang kewalahan.
Anggota LAswi betul-betul garang di medan perang. Saat menemui musuh, mereka tak segan membunuh dan memenggal kepalanya dengan membabi buta.
Anggota LAswi terdiri dari berbagai golongan mulai dari remaja, ibu rumah tangga sampai janda yang ditinggal gugur suaminya. Rata-rata mojang-mojang itu berusia 18 tahun.
Sempat diremehkan pejuang pria
Sayangnya, para pejuang kemerdekaan pria di Bandung sempat tidak mempercayai kekuatan Laswi. Perempuan-perempuan hebat ini juga pernah diremehkan dan dianggap menghambat penumpasan tentara sekutu.
(Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Namun seorang pejuang perempuan bernama Soesilowati berhasil membuktikan keberanian para mojang tersebut.
Dengan gagah berani, ia menemui Jenderal Abdul Haris Nasution dan menyerahkan sebuah bungkusan.
Saat dibuka, Nasution kaget karena bungkusan berisi kepala perwira muda tentara Gurkha yang masih berlumuran darah.
Di sini, keberadaan Laswi seketika diakui dan disegani oleh pejuang kemerdekaan pria.
Mojang-mojang si tukang jagal NICA
Selain Soesilowati, mojang lain yang juga anggota Laswi bernama Willy Soekirman juga ditakuti. Dia disebut pernah memenggal sejumlah tentara Gurkha dan sering kali tidak sadar melakukannya.
Dalam buku “Saya Pilih Mengungsi Pengorbanan Rakyat Bandung untuk Kedaulatan” Willy disebut sering mengamuk terhadap tentara NICA yang ingin menguasai kembali Bandung dan Indonesia.
Tanpa dilengkapi senjata memadai, Willy berhasil melumpuhkan tentara penjajah yang saat itu memakai pisau Kukri. Willy dan Soesilowati bahkan mendapat julukan Maung Bikang atau Harimau Betina karena kegarangannya saat melawan musuh.
Pejuang Laswi diabadikan menjadi sebuah patung
Untuk mengenang jasa para mojang di Laswi, secara resmi Pemerintah Kota Bandung mendirikan Monumen Laskar Wanita Indonesia di Jalan Perintis Kemerdekaan, Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat.
Mengutip laman Pemkot Bandung, sosok mojang lainnya yang dijadikan patung tersebut adalah Toeti Amir Kartabrata yang juga prajurit Laswi. Dia juga menjadi penjagal sadis pasukan NICA dan Gurkha.
Tuti sangat menginspirasi karena di usianya yang baru menginjak 15 tahun sempat mengancam keluarganya jika tidak diizinkan bergabung ke Laswi.
Bahkan dia akan nekat meledakkan rumahnya menggunakan granat jika orang tuanya melarang.
Padahal granat tersebut hanyalah buah mangga yang ia kantongi.
Karena kegigihannya, sosok Tuti dijadikan patung ikonik dengan mengenakan seragam lengkap dan menenteng senjata.
(Foto: bandung.go.id)