Berkah Beri Takjil Gratis, Pengusaha Serabi Sukses Buka Gerai Se-Indonesia
Merdeka.com - Slamet Rifai mulai terjun ke dunia usaha kuliner sejak tahun 2006. Saat itu dia berjualan pisang kremes.
Sementara ada seorang temannya orang Jakarta yang datang ke Jogja. Di Jogja dia berjualan serabi. Sebagai sesama pedagang jajanan kuliner, mereka sering ngobrol dan bertukar pikiran di sela-sela aktivitas mereka. Pada suatu hari, temannya itu mulai tidak betah jualan di Jogja.
“Dia bilang di Jogja uangnya dikit,” kata Rifai, saat dihubungi Merdeka.com pada Selasa (6/6).
-
Kenapa Rahma Putri Permadi merintis usaha katering? Menurut nya, usaha katering ini dimulai dari keinginannya berbisnis makanan beberapa tahun lalu. Kala itu, dirinya yang baru saja keluar dari pekerjaannya usai menikah ingin tetap produktif.
-
Kapan Pak Sarjidi mulai berjualan tahu? Awalnya, usaha ini dimulai dengan sangat sederhana. Pasalnya, Sarjidi hanya mampu menjual sekitar 100 potong tahu dengan pendapatan harian sebesar Rp17.500.
-
Kapan Rahmat memulai usahanya? Dari sana, Rahmat mulai membelanjakan peralatan hidroponik, mulai dari pipa, bor, meteran, terpal, kayu dan lain sebagainya.'Ternyata terbukti bisa dijalankan setelah saya memulai bertanam hidroponik dengan biaya Rp2 juta itu, dan Rp1 juta lainnya saya belikan media tanam, pupuk dan yang lainnya. Saya mulainya dari satu meja, motong pipa sendiri, grinda sendiri,' katanya di YouTube Capcapung, dikutip Sabtu (17/2).
-
Bagaimana cara dia memulai usaha roti? “Iseng-iseng cari resep roti di YouTube dan akhirnya setelah enam bulan uji coba barulah menemukan resep paten dan jualan roti,“ katanya lagi.
-
Kenapa Ratmi memulai usaha keripik bayam? Setelah gempa, kami benar-benar kehilangan segalanya. Suami saya diberhentikan dari pekerjaannya, dan saya bingung harus berbuat apa,' kenang Ratmi dalam tayangan YouTube Lempar Dadu, dikutip Selasa (19/11). Di tengah keterbatasan, Ratmi bangkit dan memulai usaha keripik bayam di Jetis, Bantul, Yogyakarta.
-
Bagaimana Slamet memulai usaha kopinya? Keterbatasan modal tak menjadi penghalang bagi Slamet untuk memulai usaha. Awalnya, dia memulai dengan modal Rp0 dan hanya memproduksi empat bungkus kopi tanpa merek. Kopi tersebut kemudian dipromosikan melalui WhatsApp, rupanya respons dari teman-teman dan orang-orang di sekitar sangat positif.
Temannya itu kemudian ingin kembali berjualan di Jakarta. Pada suatu hari, sebelum pergi ke Jakarta, temannya pamit pada Rifai. Dia memberi resep serabi dagangannya secara cuma-cuma.
Sepulangnya ke rumah, Rifai langsung mempraktikkan resep dari temannya. Berkali-kali mencoba, rasa srabi buatannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Mulai Berjualan
©Istimewa
Setelah satu bulan, akhirnya Rifai merasa rasa serabi buatannya cukup layak dan ia kemudian memulai berjualan. Saat itu, dagangannya laris manis.
Namun saat September 2008, tepatnya saat Bulan Ramadan, ia menghadapi kendala dalam menjajakan dagangannya. Tak banyak orang yang beli. Setiap pulang ke rumah, jualannya masih sisa banyak.
“Saat itu saya masih tinggal di rumah mertua. Mertua saya tanya terus, kok dagangan banyak yang nggak laku,” imbuhnya.
Karena banyak dagangan yang tersisa, akhirnya sisa serabi ia bagi-bagikan untuk takjil di masjid. Setelah seminggu Rifai rutin membagi-bagikan serabi gratis pada para jamaah masjid, seorang takmir masjid mengajaknya ngobrol. Ia memberi masukan agar serabi itu digulung agar secara tampilan lebih menarik.
“Mulai saat itu serabi saya gulung. Ternyata orang lebih suka sama yang digulung. Setelah puasa saya nitip jualan “serabi gulung” ke pasar-pasar. Ternyata banyak orang yang suka, bahkan sempat viral. Pesanan kemudian merambah ke hotel-hotel,” ungkap Rifai.
Melihat jualannya laku dan keuntungan yang besar berhasil diraup, Rifai kemudian mengontrak rumah. Ia memilih tak lagi tinggal bersama mertuanya karena tak ingin mengganggu karena kegiatan produksinya bertambah banyak.
Merasakan Layanan KUR BRI
©Istimewa
Pada tahun 2010, ada seorang pembeli dari Kalimantan. Ia meminta agar usaha serupa dibuka di Kalimantan Tengah. Akhirnya Rifai membuka usaha franchise pertamanya di sana.
Singkat cerita, usahanya terus berkembang pesat. Karyawannya telah mencapai 50 orang. Omzet kotornya mencapai Rp200 juta sebulan. Ia bisa membuka 19 franchise di seluruh Indonesia. Di sisi lain, ia melakukan perluasan pabrik agar produksi makanan bisa makin meningkat.
Untuk itu pada tahun 2015, ia menggunakan layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan jumlah Rp250 juta. Bagi Rifai, layanan KUR BRI lebih cepat dan tawaran bunganya lebih murah. Dengan adanya pinjaman ini, ia melakukan perluasan pabrik dari 200 meter persegi menjadi 400 meter persegi. Ia pun berhasil melunasi pinjaman itu pada tahun 2020.
Terdampak Pandemi
©Istimewa
Namun pada tahun itu pula ia dihadapi kesulitan. Pandemi COVID-19 menyerang. Banyak warung tutup. Karyawannya tinggal menyisakan 3 orang. Bahkan selama sembilan hari pabriknya tidak beroperasi sama sekali.
“Saat itu banyak karyawan nangis. Saya jadi merasa bersalah. Tapi tetap terpaksa saya liburkan sampai kondisi normal kembali. Nanti kalau sudah normal mereka bisa balik ke sini lagi. Tapi saya tidak memaksa. Mereka saya beri kebebasan untuk mencari kerja di tempat lain,” kata Rifai.
Setelah kondisi berangsur normal, bisnis serabinya membaik. Kini ada 14 karyawan yang mulai dipekerjakan kembali. Rifai semakin mengembangkan produk. Tak hanya serabi, ia mencoba bereksplorasi dengan membuat produk kue kering, kue pisang, dan produk-produk lainnya yang tahan lebih lama.
Kini, produknya kembali diminati berbagai hotel. Perlahan tapi pasti perkembangan usahanya bergerak menuju ke titik semula. Rifai berharap bisa kembali memperluas jangkauan produknya hingga ke seluruh Indonesia.
“Harapannya, usaha saya bisa go Nasional lagi. Bisa buka “franchise” lagi terutama di Indonesia Timur,” pungkasnya. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Manisnya kesuksesan Rizal tidak didapat secara instan.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang pengusaha muda, Wiguna Igi yang berhasil berjualan siomay hingga beromzet ratusan juta.
Baca SelengkapnyaBerbekal keyakinan kuat meski dengan modal yang minim, Midah kemudian membaca peluang untuk memulai usaha kuliner ini.
Baca SelengkapnyaUsahanya dimulai saat Faisal resign dari tempat kerjanya, lalu memutuskan mulai belajar usaha untuk mendapat pemasukan.
Baca SelengkapnyaPria asal Sragen yang membagikan cerita inspiratifnya meraih kesukesan berjualan di pinggir jalan dengan penghasilan jutaan rupiah per hari.
Baca SelengkapnyaIbu-ibu ingin terus bergerak melalui usaha katering agar tetap berdaya
Baca Selengkapnya“Untuk yang ingin memiliki usaha, intinya mulai saja. Karena usaha itu tidak perlu banyak teori"
Baca SelengkapnyaPerjalanan hidup Slamet yang penuh rintangan menjadikannya sebagai salah satu sosok inspiratif, terutama bagi masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi.
Baca SelengkapnyaDengan modal terbatas, Dicky merintis usaha martabak di pelataran rumahnya. Dia sempat ragu dan takut memulai usaha.
Baca SelengkapnyaOmzet penjualan siomaynya kini tembus Rp100 juta per bulan. Begini kisah inspiratifnya.
Baca SelengkapnyaPada tahun 2012, Amin memulai usaha berjualan bubur di Blitar. Awalnya Amin hanya menjual bubur bayi.
Baca SelengkapnyaIa pun masih terus melakukan riset untuk mengembangkan bisnisnya
Baca Selengkapnya