Cerita Konservasi Owa Jawa di Hutan Petungkriyono Pekalongan, Ubah Mindset Warga dari Pemburu Jadi Pelindung
Pada tahun 2012, terdapat kurang lebih 1.000-an populasi Owa Jawa di Jawa Tengah. Namun keberadaan mereka terancam.
Owa Jawa merupakan keluarga kera yang termasuk dalam satwa yang dilindungi karena keberadaannya hampir punah. Hewan ini dapat dijumpai di Hutan Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah. Di sana Lembaga Swara Owa, sebuah lembaga nirlaba yang berfokus pada konservasi Owa, menjalani aktivitas menjadi pengamat Owa dan mencoba menyadarkan warga di sekitar hutan alam itu untuk menjaga habitat Owa.
Berkat kegigihan mereka, warga sekitar yang sebelumnya berprofesi sebagai pemburu Owa berubah mindset sebagai pelindung Owa. Selain itu, mereka juga berhasil mengubah wajah Petungkriyono menjadi hutan wisata dengan berbagai kekayaan alamnya.
-
Bagaimana warga Kuta menjaga Hutan Leuweung Gede? Penjagaan ini berlaku sampai pohon yang sudah tumbang agar membusuk dengan sendirinya dan tidak boleh dipindahkan.
-
Bagaimana cara orang utan dilindungi di Kawasan Hutan Labanan? Konservasi ini dikelola langsung oleh Centre for Orangutan Protection (COP).
-
Kenapa masyarakat Wehea menjaga hutan dengan pendekatan adat? Melalui pendekatan adat, masyarakat setempat punya tanggung jawab bersama menjaga hutan sebagai sumber kehidupan.
-
Bagaimana masyarakat Wehea menjaga hutannya? Masyarakat Adat Wehea lalu membentuk Petkuq Mehuey atau penjaga hutan. Lembaga ini beranggotakan pemuda-pemuda Suku Dayak Wehea yang bertugas melakukan penjagaan hutan secara bergantian.
-
Bagaimana cara menjaga hutan Kutai Timur? Lebih hebat lagi, hutan dan alam juga dijaga melalui pendekatan adat. Di Hutan Lindung Wehea bahkan ada lembaga adat khusus yang menjaga hutan. Ada patrol rutin yang dilakukan agar hutan tetap Lestari.
-
Bagaimana cara Banyuwangi menjaga kelestarian budaya dan alamnya? 'Anugerah Tuhan yang dilimpahkan ke Banyuwangi dengan bentang alamnya yang indah dan unik serta keragaman budayanya ini, akan terus kami lestarikan. Sembari terus kami kelola dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat,' ungkap Ipuk.
Berikut selengkapnya:
Berawal dari Penelitian
Arif Setiawan, salah satu anggota Lembaga Swara Owa, mengatakan bahwa konservasi Owa Jawa khususnya di Provinsi Jawa Tengah sudah dimulai tahun 2006. Pada awalnya, kegiatan yang dijalani hanya penelitian.
Namun kemudian ia sadar, bahwa, kalau hanya untuk penelitian, maka masalah terkait konservasi Owa tidak akan terselesaikan. Karena itulah ia kemudian membentuk lembaga bernama Swara Owa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tahun 2012, mereka mengidentifikasi populasi Owa di Jawa Tengah mencapai 1.000 individu. Populasinya tersebar di Dataran Tinggi Dieng dengan populasi 800-an individu dan di Gunung Slamet dengan populasi 100-an individu.
Terancam Punah
Keberadaan ribuan populasi Owa itu terancam berbagai hal, mulai dari perambahan hutan, perburuan satwa liar, dan penebangan hutan. Saat datang ke perkampungan warga di dekat Hutan Petungkriyono, Arif menemui ada warga yang memelihara bayi Owa. Menurutnya, memperoleh satu bayi Owa berarti harus membunuh induk Owa, karena biasanya bayi itu selalu berada dalam gendongan induknya.
“Itu belum termasuk ancaman dari predator Owa seperti macan tutul dan ular sanca. Dua hewan itu bisa manjat. Bahkan kami pernah menemukan seekor ular yang makan lutung di sini,” kata Arif dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.
Nilai Tambah Bagi Masyarakat
Dalam melakukan konservasi, lembaga Swara Owa melibatkan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Terkait hal ini, Arif mengembangkan kegiatan ekonomi kepada warga untuk melengkapi kegiatan konservasi. Menurutnya, keberadaan Owa di desa mereka harus bisa memberikan nilai tambah yang bisa dimanfaatkan untuk perekonomian. Apalagi adanya habitat Owa ini merupakan keistimewaan yang tidak banyak dijumpai di daerah lain.
“Jadi kita mengenalkan Owa ke masyarakat luas secara umum melalui produk kopi. Jadi semua orang tahu, oh di sini ada Owa, ada binatang yang dilindungi, sehingga orang dari luar daerah datang untuk berkunjung,” kata Arif.