5 Fakta Menarik tentang Selokan Mataram di Jogja, Unik
Merdeka.com - Selain identik dengan tugu dan Gunung Merapi, Kota Yogyakarta memiliki tempat ikonik lain bernama Selokan Mataram. Selokan Mataram sendiri merupakan saluran irigasi buatan yang sudah ada sejak zaman penjajahan. Keberadaannya sangat mudah ditemui, karena membentang di tengah-tengah Kota Jogja.
Saat ini saluran air tersebut menjadi tanggungjawab dan dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Terdapat sejumlah fakta menarik dari Selokan Mataram. Salah satunya adalah alasan pembangunannya yang diketahui merupakan taktik Sultan Hamengkubuono IX untuk menyelamatkan rakyat dari kejamnya kerja paksa Romusha oleh Jepang saat berkuasa di Yogyakarta. Berikut 5 fakta menariknya
-
Apa yang dilakukan Hamengku Buwono I untuk menjaga keamanan Yogyakarta? Dalam menentukan posisi Keraton Yogyakarta, menurut catatan itu, beliau mempertimbangkan letak dan keadaan lahan agar berpotensi menyejahterakan dan memberi keamanan untuk penduduk Yogyakarta.
-
Kenapa Kerajaan Mataram Kuno menguasai wilayah Jawa Timur? Pada abad kesembilan, Kanjuruhan mulai mengalami kemunduran karena Mataram Kuno mulai mengembangkan pengaruhnya di Jawa Timur.
-
Kenapa Sultan Agung fokus bangun Segarayasa di Kerta? Saat memindahkan pusat kerajaan Mataram Islam dari Kotagede ke Kerta, Sultan Agung tidak terlalu fokus membangun istana. Ia memfokuskan pembangunan pada Segarayasa.
-
Siapa yang membangun Segarayasa di Keraton Yogyakarta? Saat Pangeran Mangkubumi membangun Keraton Yogyakarta, ia juga membangun dua buah danau buatan dengan sebuah pulau dan istana di tengahnya.
-
Apa yang dilakukan Soeharto di Yogyakarta? Soeharto kemudian mengumpulkan Kawan-Kawannya, Eks Perwira PETA di Yogyakarta Mereka membentuk Badan Keamanan Rakyat. Soeharto terpilih sebagai wakil ketua.
-
Apa tujuan dibangunnya Goa Jepang di Setu Patok? Dalam kanal Youtube Khaerul Sayuti diketui bahwa Jepang dahulu sempat membangun tiga gua untuk pertahanan mereka. Salah satu di antaranya sudah diperkuat menggunakan semen dan sisanya masih berupa galian tebing.
Membentang di Tengah-Tengah Kota Jogja
©2022 indonesia.go.id/Merdeka.com
Keberadaan Selokan Mataram sendiri mudah dikenali karena keberadaannya yang membelah Kota Jogja sejauh 30,8 kilometer.
Untuk hulunya berada di Sungai Progo - Bendungan Karang Talun, Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sedangkan hilirnya berlokasi di Tempuran, Sungai Opak, Randugunting, Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Di area bendungan didesain secara berundak mirip tangga, dan berfungsi sebagai jalur inspeksi petugas pemantau. Bendungan tersebut dibuat pada tahun 1909 dan menjadi pertemuan dari dua saluran irigasi.
Di Sungai Progo juga menjadi hulu dari Selokan Mataram II yang dulunya bernama Van Der Wijck, dan membentang sejauh 17 kilometer.
Ada Kincir Air untuk Tenaga Listrik Dusun Setempat
Di salah satu bantaran kawasan hulu sungai, terdapat unit kincir kecil sebagai sumber pembangkit listrik mikrohidro. Menariknya, pembangkit tersebut digunakan untuk kebutuhan listrik di dusun setempat.
Selain itu, menurut peneliti dari Universitas Gadjah Mada, Fajar Sulistyo dalam "Selokan Mataram, Dalam Cerita dan Fakta" terdapat sebuah terowongan panjang di sekitar hulu sungai dengan panjang 979 meter.
Selokan yang melintasi dari ujung barat Sleman hingga paling timurnya itu memiliki ukuran yang semakin melebar ke hulu. Untuk ukuran lebarnya sendiri antara 2 sampai 6 meter dan mampu mengairi 15.734 hektare persawahan di sepanjang alirannya.
Bagi yang penasaran, sungai kecil yang berada di kawasan Bulaksumur, Kampus UGM merupakan penampakan Selokan Mataram yang membentang di tengah kota.
Perubahan Sungai Semakin Tampak
Keberadaan Selokan Mataram terus berubah dari waktu ke waktu. Berdasarkan catatan dari Guru Besar Teknik Sipil UGM, Budi Santosa Wignyosukarto, perubahan tata ruang terjadi karena didirikannya sejumlah pemukiman hingga industri di sekitar sungai.
"Ada perubahan tata guna lahan pertanian menjadi permukiman maupun industri. Terjadinya kerusakan jaringan saluran tersier, serta air tanah yang semakin susut. Di samping itu terjadi lonjakan populasi dan pengaruh perubahan iklim," tuturnya.
Pernyataan ini turut didukung oleh penelitian dari akademisi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro tahun 2015, di mana pada tahun 1980 kawasan di pinggir sungai adalah persawahan, kebun, dan ladang.
Namun sepuluh tahun berselang, kondisinya kian berubah dengan adanya kampus, permukiman warga, pertokoan, hingga usaha dan jasa. Sampai tahun 2005 mencapai 175 unit bangunan yang berdiri di sana.
Usaha perbaikan dan perawatan sepanjang aliran akhirnya terus dijalankan oleh BBWS-SO dengan secara berkala melakukan pengurasan semak belukar hingga rumput di sekitar aliran sungai agar tidak terjadi kondisi tanggap darurat yang pernah berlangsung di tanggal 9 Desember 2021 lalu.
Saat itu, tanggul Selokan Mataram di Cabeyan, Desa Bligo, jebol akibat tak kuat menahan besarnya debit air di musim hujan yang turun secara terus-menerus.
Selokan Mataram Jadi Siasat Sultan Selamatkan Warga dari Romusha
Fakta menarik lain dari Selokan Mataram adalah ketika Sultan Hamengkubuono ke IX beserta warga Jogja lainnya merasa resah akan kedatangan tentara Jepang. Keresahan sendiri dipicu oleh diberlakukannya sistem kerja paksa Romusha di daerah-daerah yang lebih dahulu didatangi Jepang.
Untuk melindungi rakyatnya dari pekerjaan kejam itu, sultan kemudian bersiasat agar warganya tidak terdampak kerja paksa. Sultan mengusulkan kepada Jepang agar dirinya bisa memakmurkan masyarakatnya terlebih dahulu sehingga bisa membantu melawan sekutu.
Ia sempat mengungkapkan kondisi rakyatnya yang sangat miskin dengan tanah yang gersang dan tak bisa ditanami. Sehingga dibutuhkan pembuatan saluran air agar kebutuhan sumber daya keperluan Jepang bisa dipenuhi
Usulan itu dipenuhi Jepang, hingga akhirnya masyarakat Yogyakarta terbebas jerat Romusha karena teralihkan oleh siasat sultan untuk melindungi rakyat.
Selokan Mataram Pernah Diramalkan oleh Raja Kediri Ratusan Tahun Sebelumnya
Penyatuan dua sungai di tanah Mataram ini konon terinspirasi dari Sunan Kalijaga yang pernah menyebut jika masyarakat Mataram akan Makmur jika Sungai Progo dan Opak disatukan melalui sambungan aliran.
Bahkan ratusan tahun sebelum keberadaannya di tahun 1588, Raja Joyoboyo dari Kerajaan pernah meramalkan, penyatuan dua sungai di tanah Mataram akan memberikan kemakmuran pada rakyatnya.
Melansir dari laman Indonesia, dalam buku yang ditulis oleh Suherman ‘Selokan Mataram dalam Perspektif Sejarah Loka’l yang terbit pada 2018 kondisi ini nyata terjadi di mana setelah pemimpin Kerajaan Kediri yang berkuasa pada 1135-1159 itu meramalkan demikian. Bahwa tanah di Mataram seketika subur setelah dibangun sebuah saluran.
Sebelumnya masyarakat hanya bisa makan gaplek dan bertani singkong. Padahal rencana pembangunan Selokan Mataram hanya untuk mengalihkan perhatian Jepang agar tidak sembarangan memperlakukan rakyatnya. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Potret bagian hilir dari Selokan Mataram di Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaBendungan Ancol merupakan hulu dari dua selokan yang ada di Yogyakarta, yaitu Selokan Mataram dan Selokan Van Der Wijk.
Baca SelengkapnyaSelain Pendiri dan Raja Pertama Kesultanan Yogyakarta, Hamengku Buwono I juga sosok arsitek kerajaan.
Baca SelengkapnyaMitos Taman Sari Jogja semakin menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Baca SelengkapnyaDesa Segoroyoso telah ada sejak era Kerajaan Mataram Islam
Baca SelengkapnyaPabrik gula Madukismo adalah pabrik yang sudah berdiri puluhan tahun, sempat mengalami kerugian besar dan dibangkitkan kembali oleh Soeharto.
Baca SelengkapnyaLukisan itu menggambarkan tradisi masyarakat di Ibu Kota Mataram pada masa itu
Baca SelengkapnyaDi dalam petilasan ini terdapat sebuah batu besar yang digunakan sebagai tempat bertapa Panembahan Senopati
Baca SelengkapnyaTaman Hutan Raya yang identik dengan nama Presiden kedua RI ini memiliki sejarah panjang mulai dari digunakan oleh penjajah hingga perjalanan darat.
Baca SelengkapnyaLubang Jepang, tempat saksi bisu praktik Romusha terhadap warga pribumi yang berada di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaDanau buatan itu dibangun untuk berbagai macam keperluan, mulai dari tempat rekreasi hingga latihan perang.
Baca SelengkapnyaDiketahui bahwa terdapat tiga gua yang ditemukan dengan kondisi yang sempat terbengkalai.
Baca Selengkapnya