Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Hidup Kiai Sadrach, Penginjil Tanah Jawa yang Disegani Belanda

Kisah Hidup Kiai Sadrach, Penginjil Tanah Jawa yang Disegani Belanda Kiai Sadrach. ©iainkediri.ac.id

Merdeka.com - Perkembangan agama Kristen di Indonesia tak bisa lepas dari datangnya para misionaris dari Eropa pada zaman Hindia Belanda. Perkembangan ajaran itu semakin masif terutama sepanjang abad ke-19.

Namun misi mereka di Hindia Belanda tidak membawa banyak keberhasilan. Jumlah penduduk yang berhasil mereka kristenkan masih sangat sedikit dan tidak sesuai ekspektasi. Hingga akhirnya muncul seorang pribumi bernama Kiai Sadrach.

Dengan membawa misi menyebarkan ajaran Kristen, Sadrach berkeliling wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya dan menyebarkan ajaran tersebut pada masyarakat di desa-desa. Metodenya berhasil. Bahkan pada tahun 1898, jumlah pengikutnya mencapai lebih dari 7.000 orang.

Namun cara dakwahnya itu banyak ditentang bahkan oleh misionaris Belanda sendiri karena apa yang ia ajarkan banyak yang tidak sesuai ajaran Kristen. Lantas siapa sebenarnya Kiai Sadrach dan bagaimana pula sepak terjang selama masa hidupnya? Berikut selengkapnya:

Masa Muda Kiai Sadrach

kiai sadrach

©Wikipedia.org

Tidak banyak yang tahu seperti apa masa kecil Kiai Sadrach. Namun dari sebuah manuskrip, diketahui bahwa dia meninggalkan kedua orang tuanya untuk berkelana ketika masih muda. Selama pengelanaan itu, Sadrach berguru pada para kiai di pondok pesantren di Jawa Timur.

Setelah itu, ia melanjutkan pengembaraannya ke Batavia. Di sana ia ikut tinggal pada keluarga Kajeng Gubernur Jenderal Rat van Anthing. Oleh sang gubernur, ia dititipkan pada seorang pendeta bernama Domini King.

Setelah beberapa tahun di Batavia, Sadrach meninggalkan kota itu tanpa pamit. Mengutip dari buku berjudul Kiai Sadrach: Riwayat Kristenisasi di Jawa, Ia berjalan kaki tanpa bekal hingga Semarang. Di sana ia berguru pada Kiai Tunggul Wulung yang juga tokoh pribumi penyebar agama Kristen.

Membabat Hutan

kiai sadrach

©sejarahkita.com

Setelah beberapa tahun di Semarang, Sadrach kemudian pergi dan membabat hutan di daerah Jepara. Cukup lama ia tinggal di daerah itu sambil mengelola pekarangan di lahan bekas hutan itu. Namun suatu hari ia mendengar wangsit untuk meninggalkan tempat itu.

Sadrach meninggalkan desa hasil karyanya itu dengan mata berlinang. Setelah itu, ia segera pergi ke Purworejo dan bertemu Pendeta Philips. Oleh Philips dan istrinya, Sadrach diangkat menjadi anak. Dengan senang hati, dia ikut Pendeta Philips menyebarkan ajaran Kristen di daerah Purworejo. Oleh Pendeta Philips, Sadrach mendapat julukan “sang gembala”.

Penginjil Tanah Jawa

kiai sadrach

©iainkediri.ac.id

Dari Pendeta Philips, Sadrach banyak belajar bagaimana menyebarkan ajaran Kristen. Hal itu ia praktikkan dan pada akhirnya membuahkan hasil. Pertama-tama dia mengkristenkan sahabatnya waktu tinggal di pesantren, Kiai Kasanmentaram, lalu saudaranya, pengikut-pengikutnya, serta pemuka-pemuka adat lain bersama pengikutnya.

Ada cara unik bagaimana Sadrach menyebarkan ajaran Kristen. Ia biasanya mengunjungi guru-guru terkemuka di daerah itu dan mengajak debat mengenai masing-masing keyakinannya. Dalam perang debat itu, ada semacam perjanjian di mana pihak yang kalah akan masuk dan meyakini ajaran sang pemenang.

Dengan cara ini, Sadrach berhasil mengkristenkan beberapa kiai dalam waktu beberapa tahun. Hal ini juga berlaku pada murid-murid kiai itu yang juga berbondong-bondong pindah agama.

Tidak Disukai Misonaris Belanda

Cara Kiai Sadrach menyebarkan ajaran Kristen rupanya tidak disukai para misionaris Belanda. Mereka menganggap apa yang disampaikan Sadrach dianggap sesat dan tidak sesuai ajaran Kristen.

Mereka melaporkan peristiwa-peristiwa yang mengungkap bahwa para pengikut Sadrach tidak betul-betul memahami ajaran Kristen, misal menganggap Sadrach adalah Ratu Adil dan disamakan pula dengan Yesus.

Maka tak pelak, hubungan Sadrach dengan para misionaris Eropa sepanjang perjalanannya hampir selalu diwarnai konflik. Namun pada akhirnya hubungan mereka mereda dan masing-masing bisa menyesuaikan diri dengan pemahaman yang mereka bawa. (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sosok Paulus Tosari Penginjil Besar Pribumi, Populerkan Agama Kristen melalui Tembang Jawa
Sosok Paulus Tosari Penginjil Besar Pribumi, Populerkan Agama Kristen melalui Tembang Jawa

Paulus Tosari adalah murid Coenraad Laurens Coolen. Sang guru dikenal dengan sebutan Rasul Suku Jawa.

Baca Selengkapnya
Gereja Ini Menjadi Titik Awal Penyebaran Kristen di Purbalingga, Begini Kisahnya
Gereja Ini Menjadi Titik Awal Penyebaran Kristen di Purbalingga, Begini Kisahnya

Saat ini GKI Purbalingga melayani 560 orang. Dalam setahun, ada 10-15 orang yang dibaptis di sana.

Baca Selengkapnya
Sejarah GKJ Baki Sukoharjo, Konsisten Pertahankan Nilai-nilai Budaya Jawa Sejak Zaman Kolonial Sampai Sekarang
Sejarah GKJ Baki Sukoharjo, Konsisten Pertahankan Nilai-nilai Budaya Jawa Sejak Zaman Kolonial Sampai Sekarang

Penyebaran ajaran Kristen di wilayah Baki, Sukoharjo sudah dimulai sejak zaman Kyai Sadrach Sura Pranata sekitar tahun 1860

Baca Selengkapnya
Mengenal Salib Putih, Misi Penyelamatan Pasangan Suami Istri Asal Eropa Terhadap Korban Wabah Kelaparan di Semarang pada Awal Abad ke-20
Mengenal Salib Putih, Misi Penyelamatan Pasangan Suami Istri Asal Eropa Terhadap Korban Wabah Kelaparan di Semarang pada Awal Abad ke-20

Saat wabah kelaparan itu, pasangan penginjil itu memberikan bantuan berupa barak penampungan, makanan, dan pengobatan secara sukarela.

Baca Selengkapnya
Mengenang Perang Batak, Perjuangan Mempertahankan Wilayah Leluhur dari Gempuran Kolonial Belanda
Mengenang Perang Batak, Perjuangan Mempertahankan Wilayah Leluhur dari Gempuran Kolonial Belanda

Perang Batak, perjuangan mempertahankan tanah leluhur dari pasukan Belanda.

Baca Selengkapnya
Mengulik Suasana Ibadah Gereja Zaman VOC yang Bersejarah
Mengulik Suasana Ibadah Gereja Zaman VOC yang Bersejarah

Abad ke-17, Gereja Salib Batavia mencerminkan kemewahan dan kontras dengan panggilan rohaniah.

Baca Selengkapnya
Kampung Ini Dulu Pusat Agama Kristen yang Penduduknya Fasih Bahasa Belanda, Kini Terabaikan Penuh Semak Belukar
Kampung Ini Dulu Pusat Agama Kristen yang Penduduknya Fasih Bahasa Belanda, Kini Terabaikan Penuh Semak Belukar

Kampung di Jombang ini dikenal sebagai pusat penyebaran agama kristen di Jawa. Miris, kompleks makamnya kini dipenuhi semak belukar.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok KH Sochari, Ulama Karismatik yang Namanya Diabadikan Jadi Nama Jalan di Serang
Mengenal Sosok KH Sochari, Ulama Karismatik yang Namanya Diabadikan Jadi Nama Jalan di Serang

Karena kiprahnya, sosok KH Sochari diabadikan menjadi sebuah jalan di Kota Serang, Banten.

Baca Selengkapnya
Sosok HOS Tjokroaminoto, Raja Jawa Tanpa Mahkota
Sosok HOS Tjokroaminoto, Raja Jawa Tanpa Mahkota

Tjokroaminoto dikenal sebagai Ksatria Piningit oleh para pribumi karena melakukan kebaikan bagi orang banyak

Baca Selengkapnya
Kisah Ludwig Ingwer Nommensen, Sang Misionaris di Tanah Batak
Kisah Ludwig Ingwer Nommensen, Sang Misionaris di Tanah Batak

Masuknya agama kristen di Tanah Batak ini tak lepas dari peran dan perjuangan seorang misionaris bernama Ludwig Ingwer Nommensen.

Baca Selengkapnya
Kisah Ki Bagus Rangin, Pejuang Rakyat dari Cirebon di Zaman Penjajah Belanda
Kisah Ki Bagus Rangin, Pejuang Rakyat dari Cirebon di Zaman Penjajah Belanda

Pemberontakan yang ia pimpin menjadi pemberontakan besar terhadap Belanda yang pertama di Pulau Jawa.

Baca Selengkapnya
Kisah Syekh Ibrahim Asmoroqondi, Nyaris Dibunuh Raja Champa tapi Akhirnya Dipilih jadi Menantu
Kisah Syekh Ibrahim Asmoroqondi, Nyaris Dibunuh Raja Champa tapi Akhirnya Dipilih jadi Menantu

Raja Champa meminta prajuritnya membunuh Syekh Ibrahim Asmoroqondi karena tak suka dengan dakwah Islam yang dilakukannya.

Baca Selengkapnya