Mengulik Fakta Homo Soloensis, Manusia Purba dari Solo
Merdeka.com - Pada zaman dahulu kala, bumi ini diisi dengan kehidupan para manusia purba. Mereka hidup dengan cara dan tradisi mereka. Manusia purba ini memiliki beberapa jenis. Mereka punya cirinya masing-masing.
Dari jenis mereka ada nama Homo Soloensis atau bisa disebut juga manusia dari Solo. Diperkirakan dahulu mereka tinggal di daerah Sungai Bengawan Solo pada Zaman Batu Tua atau Paleolitikum.
Lalu apa yang membedakan mereka dengan jenis manusia purba lainnya? Lalu apakah ada perbedaan mendasar dengan ciri-ciri manusia masa kini? Berikut selengkapnya:
-
Kapan manusia purba tinggal di wilayah ini? Temuan di lereng timur gua memberikan informasi yang lebih tepat bagi para peneliti dalam hal ekskavasi, membawa mereka kembali ke 86.000 tahun yang lalu.
-
Kapan nenek moyang manusia purba hidup? Para ilmuwan merekonstruksi wajah nenek moyang manusia purba untuk pertama kalinya, memberikan gambaran sekilas tentang seseorang yang hidup 300.000 tahun yang lalu.
-
Di mana jejak kehidupan manusia purba ditemukan? Para arkeolog menemukan jejak kehidupan manusia berusia 86.000 tahun di Gua İnkaya Çanakkale, Turki.
-
Siapa yang menemukan spesies manusia purba ini? Penemuan ini diumumkan oleh ilmuwan dari Akademi Sains China dan beberapa universitas di China, serta ilmuwan dari Pusat Penelitian Nasional Evolusi Manusia di Spanyol.
-
Di mana Homo sapiens awal ditemukan? Salah satu fosil manusia modern tertua yang diketahui adalah kerangka Omo Kibish 1 dari Ethiopia, berusia sekitar 230.000 tahun.
-
Kapan Homo sapiens muncul? Sejak munculnya sekitar 300.000 tahun yang lalu, Homo sapiens telah mengalami evolusi yang luar biasa dan telah menjadi spesies yang mendominasi planet Bumi.
Penemuan Fosil Homo Soloensis
©Wikipedia.org
Dikutip dari Wikipedia, Homo Soloensis dianggap segolongan dengan Homo Neanderthal yang merupakan manusia purba dari Asia, Eropa, dan Afrika. Fosil-fosil Homo Soloensis ditemukan di Ngandong (Blora), Sangiran, dan Sambungmacan (Sragen). Fosil-fosil mereka ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald antara tahun 1931 sampai tahun 1933.
Selain fosil manusia, di daerah-daerah itu mereka juga menemukan fosil-fosil lain seperti hewan menyusui, aneka perkakas, dan fosil jenis manusia purba lainnya. Untuk fosil Homo Soloensis, von Koeningswald menemukan 11 fosil tengkorak. Sebagian fosilnya telah hancur tapi ada beberapa yang layak menjadi objek penelitian lebih lanjut meskipun tulang rahang dan gigi kesebelas tengkorak itu sudah tidak ada.
Punya Budaya Maju
©Wikipedia.org
Pada masanya, budaya Homo Soloensis sudah sangat maju. Kapasitas otaknya berkisar antara 1.013 sampai 1.251 cm kubik. Ukuran inilah yang membuat Homo Soloensis menjadi salah satu di antara anggota genus Homo berotak lebih besar.
Dengan volume otaknya yang sudah mendekati volume manusia masa kini, Homo Soloensis bersama dengan Homo Wajakensis diperkirakan mengawali sistem budaya yang kemudian dinamakan Kebudayaan Ngandong.
Kebudayaan ini dicirikan dengan penggunaan tulang binatang, duri ikan pari, dan batu-batuan serpih. Bahan-bahan tersebut sudah bisa mereka olah menjadi kapak, belati, tombak, dan sebagainya.
Gaya Hidup Homo Soloensis
Batu-batuan serpih yang digunakan Homo Soloensis terbuat dari batu-batuan yang indah. Hal ini menandakan bahwa Homo Soloensis telah mengenal cita rasa seni.
Alat-alat dari tulang binatang diduga digunakan untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Sementara alat-alat seperti tombak yang bergerigi diduga digunakan untuk menangkap ikan besar.
Dari berbagai peralatan tersebut, para ahli berkesimpulan bahwa cara hidup Homo Soloensis waktu itu adalah berburu binatang, menangkap ikan, memanen keladi, ubi, buah-buahan, dan mengumpulkan makanan lainnya.
Namun mereka menduga alat-alat itu tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam. Sehingga diperkirakan mereka masih menggunakan cara nomaden untuk bertahan hidup.
Kepunahan Homo Soloensis
©Wikipedia.org
Tidak ada yang tahu persis kenapa Homo Soloensis punah. Namun karena dianggap merupakan bagian dari Neanderthal, diperkirakan penyebab kepunahannya juga sama di antara lain kemampuan sosial yang rendah, penyebaran penyakit, dan juga badai meteor.
Selain itu ada dugaan penyebab lainnya yaitu dimangsa oleh predator, kalah bersaing dengan manusia modern saat ini (homo sapiens), faktor eksternal, ataupun penyebab-penyebab lainnya. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sekitar 300.000 tahun lalu, di awal kemunculan Homo sapiens, Bumi hanya dihuni antara 100 dan 10.000 manusia.
Baca SelengkapnyaAsal-usul spesies kita, Homo sapiens, telah menjadi teka-teki bagi para ahli paleoantropologi selama bertahun-tahun.
Baca SelengkapnyaProses evolusi Homo Sapiens dimulai sekitar lebih dari 200.000 tahun yang lalu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gua ini telah menjadi subjek penelitian sejak abad ke-18.
Baca SelengkapnyaSenjata kuno ini ditemukan di dalam gua batu, tempat tinggal manusia purba.
Baca SelengkapnyaTemuan ini mengungkap bagaimana permukiman manusia di zaman purba.
Baca SelengkapnyaPenelitian yang dilakukan pada 2008 lalu berhasil menemukan adanya aktivitas kehidupan manusia di tempat ini.
Baca SelengkapnyaKerangka manusia purba ini masih lengkap tapi belum bisa digali sampai saat ini sejak ditemukan pada 1993 silam.
Baca SelengkapnyaKemampuan berbicara manusia purba pertama kali tercatat di wilayah Afrika timur dan selatan.
Baca Selengkapnya