Sejarah Oplet di Salatiga, Sempat Jadi Kendaraan Orang Kepepet Tempo Dulu
Oplet menyimpan banyak romantika sebagai alat transportasi gaya lama di Kota Salatiga.
Oplet menyimpan banyak romantika sebagai alat transportasi gaya lama di Kota Salatiga.
Sejarah Oplet di Salatiga, Sempat Jadi Kendaraan Orang Kepepet Tempo Dulu
Oplet biasanya identik dengan transportasi massal di Jakarta masa silam. Namun siapa sangka jika mbah buyut angkot ini ternyata juga populer di Kota Salatiga, Jawa Tengah.
-
Apa yang pernah ada di Salatiga? Di Jawa Tengah kita mengenal adanya Bandara Adi Soemarmo Solo dan Jenderal Ahmad Yani di Semarang. Keduanya merupakan terminal penerbangan untuk skala lokal maupun internaisonal. Namun tak banyak yang tahu jika di Kota Salatiga dahulu pernah turut memiliki bandara bernama Ngebul.
-
Dimana oplet beroperasi di Jakarta? Perkembangan pembangunan membuat kondisi jalan di DKI Jakarta yang padat membuat transportasi beralih ke mobil yang disebut oplet. Angkutan umum beroperasi di Jakarta sejak 1930 dan hanya beroperasi di beberapa sudut ibu kota.
-
Kapan ojek pertama kali muncul? Ojek sendiri pada mulanya berkembang di pedesaan Jawa Tengah pada tahun 1969.
-
Apa yang membuat Terminal Salatiga terkenal? Menariknya terminal ini pernah dikagumi banyak orang karena keindahannya diklaim tak ada tandingannya se-Indonesia.
-
Bagaimana perbandingan jalanan di Salatiga dulu dan sekarang? Dalam sebuah video, tampak suasana jalan raya di depan kantor pos di Kota Salatiga. Lalu perekam video menunjukkan sebuah foto lama yang memperlihatkan suasana jalanan itu pada tahun 1928. Tampak belum banyak bangunan berdiri dalam foto tersebut. Selain itu jalanan belum penuh kendaraan dan kondisinya yang belum diaspal. Sementara pada background foto jalanan tersebut terlihat pemandangan Gunung Merbabu yang indah.
-
Siapa yang memiliki oplet tersebut? 'Nah, apakah ini merupakan aset dari perusahaannya yang bersangkutan?, Itu lain soal,' kata Tessa.'Jadi kan yang bersangkutan punya perusahaan PT. Karnos Film , kalau tidak salah itu. Mungkin itu menjadi aset perusahaan, ya. Kalau seperti itu tentunya tidak dicantumkan sebagai LHKPN yang bersangkutan pribadi,' sambung dia.
Di masa lalu, oplet memang membantu mobilitas warga di kota pinggiran Rawa Pening itu. Ibu-ibu, sampai anak-anak sekolah menaikkinya, dan dianggap sebagai kendaraannya orang kepepet. Sayangnya transportasi rakyat itu kini tinggal kenangan dan jadi bagian dari sejarah trasportasi massal di Kota Salatiga. Berikut kisahnya.
Mengaspal medio 1970-an
Mengutip buku “Salatiga Sketsa Kota Lama” karya Eddy Supangkat, Minggu (20/8), kendaraan Oplet jadi transportasi umum warga Kota Salatiga pada 1970-an. Saat itu, kendaraan ini jadi alternatif berbiaya murah, sebagai pengganti Bus Esto yang sudah mengaspal lebih awal. Saat jam operasionalnya, kendaraan oplet selalu dipenuhi oleh penumpang dengan rute jarak dekat.
Jalan Jenderal Soedirman jadi pusat pemberhentian oplet
Menurut Eddy Supangkat, oplet yang beroperasi di Kota Salatiga memiliki dua terminal khusus, yakni di sekitaran Jalan Jenderal Soedirman, dan di kawasan Pasar Baru.
Menurut ia, setiap harinya dijumpai puluhan oplet yang mengantre untuk menunggu penumpang. Para penggunanya, kebanyakan ialah para pedagang pasar. “Selain berderet di terminalnya, oplet biasa dijumpai di ruas Jalan Taman Pahlawan,” katanya
Rute oplet di Salatiga
Untuk rutenya, oplet di Kota Salatiga biasa melayani penumpang mulai dari Bringin, Suruh, Ampel, Karanggede, Banyubiru, Dadapayam serta kecamatan-kecamatan di sekitar pusat kota. Beberapa oplet nyatanya harus bersaing dengan dua bus besar lain di luar Esto, yakni Bus Rezeki dan Bus Subur. “Beberapa rute lainnya harus bersaing dengan rute bus, namun beberapa lainnya aman dari persaingan dengan bus,” katanya lagi.
Satu oplet bisa angkut puluhan penumpang
Vitalnya oplet sebagai transportasi dari kampung ke kota amat diminati masyarakat di sana.
Bahkan, sopir-sopir sampai harus nekat memaksa penumpangnya masuk ke dalam oplet agar warga bisa terangkut banyak. “Begitu banyaknya penumpang yang harus diangkut oplet jurusan Salatiga-Dadapayam, sampai-sampai-sampai penumpang ibu-ibu pedagang di pasar itu harus mengikat tubuhnya di body oplet,” kata salah satu pengemudi oplet zaman tersebut, Wiem.
Rute Salatiga-Dadapayam penuh kenangan
Eddy menyebutkan bahwa kendaraan oplet betul-betul penuh kenangan, terutama untuk jurusan Salatiga-Dadapayam. Untuk rute tersebut, kata dia, terbilang ekstrem dan menanjak, sehingga saat turun hujan oplet seringkali sulit menanjak. Dalam mensiasatinya, beberapa pengemudi memilih mengikatkan rantai di ban-ban oplet agar tidak selip di jalan licin.
Oplet jadi kendaraan orang kepepet.
Sejak tahun 1960-1970 an, oplet sudah menjadi kendaraan orang kepepet.
Ini karena satu unit bisa memuat hingga puluhan orang. Alhasil, para penumpangnya pun berdesak-desakan dan tidak nyaman. Kemudian, oplet juga jadi satu-satunya kendaraan umum untuk rute Salatiga-Dadapayam yang lumayan jauh.
Tak ada pilihan lain, apakah memilih jalan kaki berjam-jam atau menaikki oplet yang penuh sesak.
Menurut Eddy, oplet menyimpan banyak romantika sebagai alat transportasi kota gaya lama.