Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ider Bumi Suku Osing, Berawal dari Wangsit Diyakini Hilangkan Berbagai Penyakit

Ider Bumi Suku Osing, Berawal dari Wangsit Diyakini Hilangkan Berbagai Penyakit Tradisi Barong Ider Bumi Banyuwangi. ©2022 Merdeka.com/Dok. Kemenko PMK

Merdeka.com - Desa Kemiren Kecamatan Glagah merupakan salah satu basis masyarakat Osing di Kabupaten Banyuwangi. Suku Osing sangat meyakini mitos-mitos yang berkaitan dengan keberadaan mereka. Keyakinan tersebut diwujudkan dengan berbagai ritual budaya, salah satunya ialah Tradisi Ider Bumi.

Tradisi yang juga dikenal dengan sebutan Barong Ider Bumi ini merupakan ungkapan rasa syukur sekaligus ritual pengusir bahaya (tolak bala). Tradisi ini rutin dilaksanakan setiap Bulan Syawal, tepatnya pada hari kedua Idul Fitri.

Istilah Ider Bumi berasal dari dua kata. Ider berarti berkeliling ke mana-mana dan bumi berarti jagat atau tempat berpijak. Dari kedua kata tersebut, Ider Bumi dimaksudkan sebagai kegiatan mengelilingi bumi.

Mitos Buyut Cili

Tradisi Ider Bumi memiliki kaitan erat dengan mitos yang berkembang di suku Osing mengenai Buyut Cili. Dikutip dari laman resmi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, keberadaan Buyut Cili disebut mitos karena tidak ada satu pun bukti otentik mengenai cerita tersebut. Satu-satunya bukti eksistensi Buyut Cili bersumber dari cerita lisan masyarakat setempat. 

Mitos mengenai Buyut Cili diceritakan turun-temurun dan telah diyakini benar. Mitos Buyut Cili menjadi pedoman hidup bagi suku Osing untuk selalu berbuat baik serta menjadi pengingat bahwa di luar kendali mereka ada kekuatan besar. 

Mitos yang diceritakan turun temurun tersebut telah diyakini adanya dan selalu hadir dalam kepercayaan masyarakat osing. Dijadikan pedoman hidup untuk selalu berbuat baik dan ingatan bahwa diluar mereka terdapat kekuatan lebih besar yang mampu mempengaruhi.

Sejarah Ider Bumi

tradisi barong ider bumi banyuwangi

©2022 Merdeka.com/Dok. Kemenko PMK

Tradisi adat Ider Bumi pertama kali digelar pada tahun 1800-an. Saat itu, Desa Kemiren terserang pagebluk, bencana yang datang tiba-tiba hingga menjadi momok bagi masyarakat. 

Pagebluk tahun 1800-an itu ditandai dengan banyaknya tanaman sawah warga yang diserang hama sekaligus banyak masyarakat yang meninggal dunia. Saat itu, Desa Kemiren memperlihatkan suasana mencekam hingga membuat warga tidak berani tidur di rumah mereka sendiri. Mereka pun tidur secara berkelompok.

Menyikapi pagebluk yang melanda, para sesepuh desa berinisiatif ziarah ke Makam Buyut Cili. Mereka berharap mendapat petunjuk menghilangkan pagebluk yang menyengsarakan masyarakat. Beberapa hari setelah ziarah, para sesepuh desa mendapat wangsit melalui mimpi. 

Wangsit tersebut mengisyaratkan bahwa masyarakat Desa Kemiren harus mengadakan upacara selametan dan arak-arakan melintasi jalan desa. Setelah masyarakat Desa Kemiren menggelar apa yang menjadi petunjuk dari Buyut Cili, pagebluk pun hilang.

Arak-arakan

Seperti kebanyakan ritual adat di Banyuwangi, tradisi Ider Bumi melibatkan sajian seni pertunjukan. Dalam tradisi Ider Bumi, sajian seni pertunjukan diwujudkan dalam bentuk arak-arakan atau karnaval dengan rute dari ujung timur hingga ujung barat Desa Kemiren. 

Dimulainya arak-arakan dari timur ke barat terkait dengan pemaknaan dalam keyakinan Islam, di mana menuju ke barat adalah menuju ke arah kiblat. 

Arak-arakan Barong Ider Bumi biasanya dilaksanakan setelah waktu dhuhur dengan pertimbangan cuaca tidak terlalu panas. Arak-arakan dimulai dari Rumah Barong hingga berakhir di tempat pelaksanaan selamatan. 

Adapun pada barisan arak-arakan Barong Ider Bumi ialah dua orang yang membawa umbul-umbul khas Desa Kemiren. Di belakangnya, menyusul sekelompok Kesenian Baring yang diawali dengan aksi sepasang penari macan-macanan, lalu disusul penarik pitik-pitikan (ayam-ayaman). Di belakangnya, ada penampilan barong menari yang diiringi musik. 

Pada urutan berikutnya, ada seorang modin yang menabur sesaji, diikuti ibu-ibu menggendong bokor kuningan sesaji. Kemudian Jebeng-Tulik (muda-mudi Osing yang mengenakan busana khas Banyuwangi), pembawa tumpeng, kelompok Jaran Kecak, Kelompok Musik Rebana, Kelompok Aparat Desa. 

Barisan akhir diisi oleh Kelompok Musik Kuntulan dan kelompok masyarakat yang tidak terlibat aktif dalam tradisi Barong Ider Bumi. Namun, urut-urutan tersebut tidak mengikat. Pasalnya, seiring perkembangannya pasti ada pergeseran, termasuk bisa terjadi pengurangan atau penambahan. 

Keakraban Masyarakat

tradisi barong ider bumi banyuwangi

©2022 Merdeka.com/Dok. Kemenko PMK

Arak-arakan Barong Ider Bumi diakhiri dengan selamatan di atas gelaran tikar. Selamatan itu dibuka dengan pembacaan doa dalam dua bahasa, yakni doa dalam Bahasa Osing dan Bahasa Arab. 

Setelah doa dipanjatkan, masyarakat bersama-sama menikmati sajian kuliner khas Osing yakni Pecel Pitik. 

Saat itulah tampak keakraban seluruh warga tanpa memandang status sosial. Suasana kebersamaan ini selaras dengan tujuan pelaksanaan Ider Bumi, yakni untuk kebutuhan bersama. (mdk/rka)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Melihat Keseruan Tradisi Sedekah Bumi di Demak, Kaya Hasil Tangkapan Laut
Melihat Keseruan Tradisi Sedekah Bumi di Demak, Kaya Hasil Tangkapan Laut

Sebelum arak-arakan gunungan, warga terlebih dahulu menggelar pengajian, pentas wayang kulit, hingga ziarah ke makam leluhur.

Baca Selengkapnya
Berbagai Atraksi Seni Budaya Siap Ramaikan Libur Lebaran di Banyuwangi
Berbagai Atraksi Seni Budaya Siap Ramaikan Libur Lebaran di Banyuwangi

Ada beragam atraksi seni dan budaya yang dihelat dalam sepekan Lebaran di Banyuwangi.

Baca Selengkapnya
Uniknya Tradisi Dudus di Serang, Warga dan Pengguna Jalan Disiram Air Kembang untuk Tolak Bala
Uniknya Tradisi Dudus di Serang, Warga dan Pengguna Jalan Disiram Air Kembang untuk Tolak Bala

Tradisi warga Karundang Tengah, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten ini terbilang unik.

Baca Selengkapnya
Meriahnya Ritual Kebo-keboan Alas Malang, Wujud Kekuatan Budaya Banyuwangi
Meriahnya Ritual Kebo-keboan Alas Malang, Wujud Kekuatan Budaya Banyuwangi

Ritual adat Kebo-keboan Alas Malang yang digelar masyarakat Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Minggu (30/7), berlangsung meriah.

Baca Selengkapnya
Sejarah Upacara Memayu, Tradisi Sedekah Bumi Asal Cirebon sebagai Bentuk Penghormatan
Sejarah Upacara Memayu, Tradisi Sedekah Bumi Asal Cirebon sebagai Bentuk Penghormatan

Pelaksanaan Upacara Memayu dan ider-ideran bertujuan sebagai bentuk penghormatan masyarakat Trusmi terhadap leluhur yang telah banyak berjasa.

Baca Selengkapnya
Peringati Malam Satu Suro, Begini Keseruan Warga Boyolali Adakan Tradisi Sedekah Merapi
Peringati Malam Satu Suro, Begini Keseruan Warga Boyolali Adakan Tradisi Sedekah Merapi

Tradisi ini digelar sebagai bentuk doa agar terhindar dari bencana dan selalu diberi hasil alam melimpah.

Baca Selengkapnya
Mengintip Tradisi Bada Riaya, Lebaran-nya Masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas
Mengintip Tradisi Bada Riaya, Lebaran-nya Masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas

Pada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.

Baca Selengkapnya
Mengenal Desa Wisata Osing Banyuwangi, Ini Info Lengkapnya
Mengenal Desa Wisata Osing Banyuwangi, Ini Info Lengkapnya

Desa Wisata Osing menawarkan pengalaman budaya yang unik dan menarik di ujung timur Pulau Jawa.

Baca Selengkapnya
Uniknya Tradisi Sambut Lebaran di Bengkulu, Bakar Batok Kelapa dengan Penuh Sukacita
Uniknya Tradisi Sambut Lebaran di Bengkulu, Bakar Batok Kelapa dengan Penuh Sukacita

Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.

Baca Selengkapnya
Mengenal Ngalokat Sirah Cai, Tradisi Menghormati Air Ala Orang Sunda
Mengenal Ngalokat Sirah Cai, Tradisi Menghormati Air Ala Orang Sunda

Tak sekedar nguri-uri kebudayaan, tradisi ini juga jadi salah satu cara orang Sunda dalam menjaga mata air sebagai sumber kehidupan warga.

Baca Selengkapnya
Upaya Menghidupkan Kembali Ritual Irung-Irung, Tradisi Warga Adat di Bandung Barat untuk Rawat Sumber Air
Upaya Menghidupkan Kembali Ritual Irung-Irung, Tradisi Warga Adat di Bandung Barat untuk Rawat Sumber Air

Warga Desa Cihideung, Kabupaten Bandung Barat, ingin kembali menghidupkan ritual Irung-Irung dengan segala tantangan yang harus mereka hadapi

Baca Selengkapnya
Mengulik Tari Iyo-Iyo, Tarian Sakral Ungkapan Rasa Syukur Kepada Nenek Moyang Setelah Panen
Mengulik Tari Iyo-Iyo, Tarian Sakral Ungkapan Rasa Syukur Kepada Nenek Moyang Setelah Panen

Di Provinsi Jambi terdapat sebuah kesenian tradisional sebagai ungkapan rasa syukur kepada nenek moyang yang telah dilakukan turun-temurun.

Baca Selengkapnya