Ider Bumi Suku Osing, Berawal dari Wangsit Diyakini Hilangkan Berbagai Penyakit
Merdeka.com - Desa Kemiren Kecamatan Glagah merupakan salah satu basis masyarakat Osing di Kabupaten Banyuwangi. Suku Osing sangat meyakini mitos-mitos yang berkaitan dengan keberadaan mereka. Keyakinan tersebut diwujudkan dengan berbagai ritual budaya, salah satunya ialah Tradisi Ider Bumi.
Tradisi yang juga dikenal dengan sebutan Barong Ider Bumi ini merupakan ungkapan rasa syukur sekaligus ritual pengusir bahaya (tolak bala). Tradisi ini rutin dilaksanakan setiap Bulan Syawal, tepatnya pada hari kedua Idul Fitri.
Istilah Ider Bumi berasal dari dua kata. Ider berarti berkeliling ke mana-mana dan bumi berarti jagat atau tempat berpijak. Dari kedua kata tersebut, Ider Bumi dimaksudkan sebagai kegiatan mengelilingi bumi.
-
Bagaimana tradisi angpao lebaran di Indonesia? Tradisi Lebaran ini terpengaruh dari budaya Arab dan Tionghoa.
-
Apa yang menjadi ciri khas ritual Idulfitri di komunitas Islam Aboge? Sama seperti komunitas Islam Aboge di Cikakak, komunitas Adat Banokeling di Desa Pakuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas juga melaksanakan Lebaran lebih lambat dari ketetapan pemerintah.
-
Apa tradisi unik jelang Iduladha di Banyuwangi? Tradisi masyarakat Suku Osing yang unik di Desa Kemiran, Glagah, Banyuwangi Tradisi ini dilaksanakan dengan menjemur kasur bersamaan di depan rumah.
-
Bagaimana cara merayakan Hari Raya Waisak? Guna meramaikan hari besar umat Buddha itu, beberapa ucapan Hari Raya Waisak dalam Bahasa Indonesia dan Inggris berikut bisa jadi pilihan.
-
Gimana caranya merayakan Hari Internasional Masyarakat Adat? Setiap tahunnya, UNESCO menandai perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia dengan berbagi informasi tentang proyek dan kegiatan yang relevan dengan tema tahunan.
-
Bagaimana tradisi Bekarang Iwak dilakukan? Pelaksanaan upacara Bekarang Iwak ini dilakukan oleh warga secara bersama-sama. Dengan menggunakan alat tradisional dan Lubuk Larangan, tentu ekosistem sungai akan terjaga dengan baik sekaligus menjaga populasi jumlah ikan.
Mitos Buyut Cili
Tradisi Ider Bumi memiliki kaitan erat dengan mitos yang berkembang di suku Osing mengenai Buyut Cili. Dikutip dari laman resmi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, keberadaan Buyut Cili disebut mitos karena tidak ada satu pun bukti otentik mengenai cerita tersebut. Satu-satunya bukti eksistensi Buyut Cili bersumber dari cerita lisan masyarakat setempat.
Mitos mengenai Buyut Cili diceritakan turun-temurun dan telah diyakini benar. Mitos Buyut Cili menjadi pedoman hidup bagi suku Osing untuk selalu berbuat baik serta menjadi pengingat bahwa di luar kendali mereka ada kekuatan besar.
Mitos yang diceritakan turun temurun tersebut telah diyakini adanya dan selalu hadir dalam kepercayaan masyarakat osing. Dijadikan pedoman hidup untuk selalu berbuat baik dan ingatan bahwa diluar mereka terdapat kekuatan lebih besar yang mampu mempengaruhi.
Sejarah Ider Bumi
©2022 Merdeka.com/Dok. Kemenko PMK
Tradisi adat Ider Bumi pertama kali digelar pada tahun 1800-an. Saat itu, Desa Kemiren terserang pagebluk, bencana yang datang tiba-tiba hingga menjadi momok bagi masyarakat.
Pagebluk tahun 1800-an itu ditandai dengan banyaknya tanaman sawah warga yang diserang hama sekaligus banyak masyarakat yang meninggal dunia. Saat itu, Desa Kemiren memperlihatkan suasana mencekam hingga membuat warga tidak berani tidur di rumah mereka sendiri. Mereka pun tidur secara berkelompok.
Menyikapi pagebluk yang melanda, para sesepuh desa berinisiatif ziarah ke Makam Buyut Cili. Mereka berharap mendapat petunjuk menghilangkan pagebluk yang menyengsarakan masyarakat. Beberapa hari setelah ziarah, para sesepuh desa mendapat wangsit melalui mimpi.
Wangsit tersebut mengisyaratkan bahwa masyarakat Desa Kemiren harus mengadakan upacara selametan dan arak-arakan melintasi jalan desa. Setelah masyarakat Desa Kemiren menggelar apa yang menjadi petunjuk dari Buyut Cili, pagebluk pun hilang.
Arak-arakan
Seperti kebanyakan ritual adat di Banyuwangi, tradisi Ider Bumi melibatkan sajian seni pertunjukan. Dalam tradisi Ider Bumi, sajian seni pertunjukan diwujudkan dalam bentuk arak-arakan atau karnaval dengan rute dari ujung timur hingga ujung barat Desa Kemiren.
Dimulainya arak-arakan dari timur ke barat terkait dengan pemaknaan dalam keyakinan Islam, di mana menuju ke barat adalah menuju ke arah kiblat.
Arak-arakan Barong Ider Bumi biasanya dilaksanakan setelah waktu dhuhur dengan pertimbangan cuaca tidak terlalu panas. Arak-arakan dimulai dari Rumah Barong hingga berakhir di tempat pelaksanaan selamatan.
Adapun pada barisan arak-arakan Barong Ider Bumi ialah dua orang yang membawa umbul-umbul khas Desa Kemiren. Di belakangnya, menyusul sekelompok Kesenian Baring yang diawali dengan aksi sepasang penari macan-macanan, lalu disusul penarik pitik-pitikan (ayam-ayaman). Di belakangnya, ada penampilan barong menari yang diiringi musik.
Pada urutan berikutnya, ada seorang modin yang menabur sesaji, diikuti ibu-ibu menggendong bokor kuningan sesaji. Kemudian Jebeng-Tulik (muda-mudi Osing yang mengenakan busana khas Banyuwangi), pembawa tumpeng, kelompok Jaran Kecak, Kelompok Musik Rebana, Kelompok Aparat Desa.
Barisan akhir diisi oleh Kelompok Musik Kuntulan dan kelompok masyarakat yang tidak terlibat aktif dalam tradisi Barong Ider Bumi. Namun, urut-urutan tersebut tidak mengikat. Pasalnya, seiring perkembangannya pasti ada pergeseran, termasuk bisa terjadi pengurangan atau penambahan.
Keakraban Masyarakat
©2022 Merdeka.com/Dok. Kemenko PMK
Arak-arakan Barong Ider Bumi diakhiri dengan selamatan di atas gelaran tikar. Selamatan itu dibuka dengan pembacaan doa dalam dua bahasa, yakni doa dalam Bahasa Osing dan Bahasa Arab.
Setelah doa dipanjatkan, masyarakat bersama-sama menikmati sajian kuliner khas Osing yakni Pecel Pitik.
Saat itulah tampak keakraban seluruh warga tanpa memandang status sosial. Suasana kebersamaan ini selaras dengan tujuan pelaksanaan Ider Bumi, yakni untuk kebutuhan bersama. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebelum arak-arakan gunungan, warga terlebih dahulu menggelar pengajian, pentas wayang kulit, hingga ziarah ke makam leluhur.
Baca SelengkapnyaAda beragam atraksi seni dan budaya yang dihelat dalam sepekan Lebaran di Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaTradisi warga Karundang Tengah, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten ini terbilang unik.
Baca SelengkapnyaRitual adat Kebo-keboan Alas Malang yang digelar masyarakat Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Minggu (30/7), berlangsung meriah.
Baca SelengkapnyaPelaksanaan Upacara Memayu dan ider-ideran bertujuan sebagai bentuk penghormatan masyarakat Trusmi terhadap leluhur yang telah banyak berjasa.
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar sebagai bentuk doa agar terhindar dari bencana dan selalu diberi hasil alam melimpah.
Baca SelengkapnyaPada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca SelengkapnyaDesa Wisata Osing menawarkan pengalaman budaya yang unik dan menarik di ujung timur Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaTradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca SelengkapnyaTak sekedar nguri-uri kebudayaan, tradisi ini juga jadi salah satu cara orang Sunda dalam menjaga mata air sebagai sumber kehidupan warga.
Baca SelengkapnyaWarga Desa Cihideung, Kabupaten Bandung Barat, ingin kembali menghidupkan ritual Irung-Irung dengan segala tantangan yang harus mereka hadapi
Baca SelengkapnyaDi Provinsi Jambi terdapat sebuah kesenian tradisional sebagai ungkapan rasa syukur kepada nenek moyang yang telah dilakukan turun-temurun.
Baca Selengkapnya