Viral Trotoar di Ponorogo Ini Ternyata Nisan Makam Tokoh Penting Belanda, Ini Sosoknya
Sekilas bak trotoar biasa, namun ternyata ada jirat makam tokoh penting Belanda di depan Pos Ronda di Ponorogo ini.
Kematiannya pun sempat jadi bahan pemberitaan di masanya. Namun sayang jirat makamnya justru jadi trotoar di Ponorogo
Viral Trotoar di Ponorogo Ini Ternyata Nisan Makam Tokoh Penting Belanda, Ini Sosoknya
Jalan Batoro Katong di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mendadak viral. Di sana ditemukan nisan makam kuno yang dijadikan trotoar dan dilintasi banyak orang. Padahal jirat makam itu milik tokoh penting Belanda yang bernilai sejarah.
-
Siapa pendiri Kabupaten Ponorogo? Bathara Katong, pendiri kabupaten Ponorogo menipu musuhnya dengan cara cerdik.
-
Mengapa Bathara Katong memberi nama Ponorogo? Bathara Katong memberikan nama daerah yang baru saja dibangun dengan sebutan Prana Raga yang berasal dari sebuah Babad legenda 'Pramana Raga'. Menurut cerita rakyat yang berkembang secara lisan, Pono berarti Wasis, Pinter, Mumpuni dan Raga artinya Jasmani. Sehingga daerah ini kemudian dikenal dengan nama Ponorogo.
-
Siapa yang melestarikan Reog Ponorogo? 'Kita yang melestarikan permainan ini rata-rata anak keturunan Jawa. Jadi mungkin anggapan orang-orang Indonesia, Malaysia ini semuanya orang Melayu. Tapi bukan, di sini juga ada orang Jawa. Dan yang memainkan permainan ini hanya orang keturunan Jawa,'
-
Apa yang terjadi di Purwokerto saat dikuasai Belanda? Mereka kemudian mengadakan pembersihan di desa-desa sekitar yang menjadi basis perjuangan tentara Indonesia di Banyumas.
-
Kapan Bathara Katong mendirikan Ponorogo? Pada tahun 1486, Bathara Katong memerintahkan rakyat membabat alas.
-
Mengapa Desa Bantarkuning viral? Pemandangan alam di sini sempat menjadi sorotan, karena memiliki keindahan pemandangan sawah dan deretan pegunungan yang menyejukkan mata.
Melansir unggahan di akun TikTok Ghani Yosep (@ghaniyos), terlihat jirat makam itu berada di area trotoar pinggir jalan. Di atasnya berdiri sebuah pos ronda yang digunakan untuk kegiatan warga.
“Kamu baru tau nggak nih? Trotoar ini ternyata benda yang seharusnya dilindungi,” tulis Ghani di unggahan TikToknya.
Kondisinya rusak dan aus
Dalam postingan tersebut Ghani memperlihatkan kondisi nisan atau jirat makam itu yang memprihatinkan.
Bagian ujungnya patah, dan disambung menggunakan semen. Lalu tulisannya sudah sulit dibaca karena diinjak-injak orang.
Menurut unggahan tersebut jirat makam itu bertuliskan R.W.H. Pitlo, atau Rutger William Herman Pitlo yang merupakan sosok penting di masa pendudukan Belanda di Ponorogo.
Harusnya dirawat
Seperti terlihat, di sekitar jirat makam tidak terdapat tulisan tentang benda bersejarah ini. Padahal jirat ini memiliki nilai masa lalu tentang pendudukan Belanda di Ponorogo.
Kondisi ini tentu sangat disayangkan karena warisan sejarah seharusnya dilindungi oleh pemerintah.
“Kok bisa lo benda bersejarah begini jadi trotoar jalan,” kata Ghani di video TikToknya dilansir Merdeka.com
Jirat milik Asisten Residen Belanda di Ponorogo pada 1881
Mengutip Instagram Jagongan Ponorogo, Rutger William Herman Pitlo atau R.W.H. Pitlo merupakan Asisten Residen Belanda di Ponorogo yang ditugaskan pada 1881.
Sayangnya ia hanya bertugas dengan waktu yang singkat, yakni selama 5 bulan sebelum akhirnya meninggal dunia. Tidak disebutkan secara pasti penyebab Pitlo meninggal dunia.
Menurut epitaf di jirat makam tersebut, termasuk sejumlah surat kabar yang terbit di zaman itu disebutkan bahwa ia pernah menjabat di posisi Asisten Residen Belanda di Ponorogo secara singkat.
Sempat tinggal di Cirebon
Sumber sejarah juga menyebutkan bahwa Pitlo sebelumnya lahir pada 6 Juni 1847.
Pada Januari 1870 ia tercatat sebagai penduduk Eropa yang tinggal di wilayah Cirebon, Jawa Barat, dan pindah ke wilayah Galuh (sekarang Ciamis) untuk bekerja sebagai staf pemerintahan di sana hingga menikah dengan Eugenia Henrietta Francisca Feist.
Setelahnya, Pitlo diangkat menjadi kontrolir kelas satu yang ditugaskan di Pekalongan pada Mei 1875 hingga di bulan April 1881, Pitlo diangkat menjadi asisten residen Ponorogo dan mendiami daerah tersebut.
Tidak diketahui penyebab meninggalnya
Hingga saat ini masih sedikit sumber sejarah yang menceritakan sosoknya.
Namun dimungkinkan Pitlo merupakan sosok yang cukup terkenal, ini berdasarkan pemberitaan beberapa surat kabar. Di sana juga dimuat ucapan belasungkawa dari sang istri serta ayah Pitlo.
Para warganet pun menyayangkan sisa sejarah di Ponorogo ini terbengkalai dan justru dijadikan alas lalu lintas pejalan kaki di trotoar.