Cerita Mak Cao 32 tahun produksi cincau di Malang
Merdeka.com - Nama 'Mak Cao' jauh lebih dikenal masyarakat sekitar Pasar Kebalen, Kota Malang, dibandingkan Haryati (30) atau Sunardi (62), ayahnya. 'Mak Cao' adalah sebutan untuk industri cincau yang dikelola oleh keluarga Haryati yang sudah tiga keturunan.
"Tanya Mak Cao Kebalen, gitu sudah kenal dari depan sana. Tidak ada lainnya ya cuma di sini saja," kata Haryati saat ditemui di rumahnya yang menyatu dengan pabriknya, Jalan Zaenal Zakse Gang 1 Kota Malang, Sabtu (26/5).
Lokasi Mak Cao berada di selatan Pasar Kebalen dengan lingkungan tempat tinggal yang cukup padat. Namun rumah besar dengan ornamen kuno masih bisa ditemukan di kawasan tersebut. Kawasan Kebalen sendiri tidak jauh dari Klenteng En Ang Kiong, yang sekitarnya dikenal sebagai Pecinan di Kota Malang.
-
Apa nama pabrik kerupuk Pak Haji? Pabrik kerupuk tersebut sudah berdiri bertahun-tahun dan bisa menghidupi dirinya dan keluarganya.Nama pabrik kerupuk tersebut adalah Pabrik Kerupuk Doa Ibu. terletak di Kampung Cikereti, Desa Sukamaju, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
-
Siapa yang menyebarkan cincau di Indonesia? Para pedagang Tiongkok menyebarkan minuman ini ke berbagai pelosok Indonesia.
-
Siapa penjual cilok di Majalengka? Dengan ramah, pemilik lapak menyambut Irfan dan langsung melakukan transaksi.
-
Dimana pabrik kerupuk Pak Haji berada? Pabrik kerupuk tersebut sudah berdiri bertahun-tahun dan bisa menghidupi dirinya dan keluarganya.Nama pabrik kerupuk tersebut adalah Pabrik Kerupuk Doa Ibu. terletak di Kampung Cikereti, Desa Sukamaju, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
-
Apa yang terjadi pada keluarga di Malang? Polisi menduga tiga orang dalam satu keluarga yang meninggal dunia di Kabupaten Malang bunuh diri bersama-sama.
-
Siapa yang dijuluki 'Hayam Karawang'? Suhanda adalah salah seorang prajurit Yon Garuda II. Suatu hari dia diledek oleh orang Kongo di pasar. Suhanda pun langsung mengeluarkan jurus-jurus silat sambil berteriak.'Ayo belum tahu kamu, ini ayam jago dari Karawang,' teriaknya dalam Bahasa Sunda. Orang Kongo itu lari terbirit-birit. Sejak itu Suhanda digelari 'Hayam Karawang' atau Ayam Jago dari Karawang.
Pabrik cincau di Malang ©2018 Merdeka.com/Darmadi Sasongko
Industri cincau rumahan Mak Cao merupakan warisan dari kakek dan nenek Hariati yang asli keturunan China. Kakeknya, Lie Chen Shui menikahi neneknya yang asli orang Jawa dan kemudian berganti-ganti mendirikan usaha, di antaranya memproduksi tahu, sabun, mie dan cincau. Tetapi yang tersisa tinggal pabrik cincau.
Pabrik Mak Cao sudah beroperasi sejak 1986 dan keluarga Haryati merupakan generasi ketiga. Hingga saat ini, keluarganya terus setia melanjutkan usaha yang mulai langka tersebut.
"Tinggal saya saja, kakak saya jadi nyopir tronton," kata anak bontot dari tiga bersaudara tersebut.
Cara dan resep leluhur masih terus dijaga oleh Hariati, karena memang sudah turun temurun. Hariati masih menggunakan blek (biasa untuk kerupuk atau minyak) sebagai cetakan cincaunya, sebagai salah satu ciri khas. Blek tersebut akan dikembalikan oleh para pembeli dan dapat digunakan lagi setelah dibersihkan.
Pabrik cincau di Malang ©2018 Merdeka.com/Darmadi Sasongko
Dia juga masih menggunakan kayu bakar dengan alasan bara apinya lebih kuat dan bertahan lama. Selain itu, jika menggunakan gas LPG harus mengeluarkan biaya lebih besar.
Dia memastikan, tidak ada bahan pengawet yang digunakan, sehingga rasa dan kualitas pun tetap seperti semula. Hariati mengaku tidak tertarik untuk menerapkan inovasi baru, sekalipun sekadar memberi warna lain agar lebih menarik. Katanya, warna hitam cincau yang legam justru sebagai ciri khasnya.
"Memang cincau ya gitu, rasanya juga gitu," tegasnya.
Sementara Sunardi menambahkan, kualitas produksi cincau juga ditentukan oleh bahannya atau daun cao yang diolah. Karena itu, keluarganya sengaja membeli daun cao dari Ponorogo, yang setiap 6 bulan diambil dalam jumlah besar.
Pabrik cincau di Malang ©2018 Merdeka.com/Darmadi Sasongko
"Kualitasnya bagus, di sana ditanam oleh petani jadi tidak takut kehabisan kalau bahan," katanya.
Daun tersebut sudah dalam kondisi kering seperti daun teh yang dapat disimpan dalam waktu yang panjang. Tinggal dimasak di air yang mendidih sekitar tujuh jam.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tauco ini tercatat sudah ada sejak 1880. Pada awalnya tauco ini dijual dengan cara berkeliling
Baca SelengkapnyaKue ini banyak diburu untuk oleh-oleh dan sering jadi incaran wisatawan..
Baca SelengkapnyaPada 2022, nama Martua Sitorus berada di peringkat ke-17 orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan mencapai 3,3 miliar dollar AS.
Baca SelengkapnyaIa berhasil membeli tanah, membangun rumah, hingga membeli mobil
Baca SelengkapnyaSetelah menyelesaikan kuliahnya, Martua mulai mencoba merintis usaha kecil-kecilan di Medan.
Baca SelengkapnyaWalaupun sudah berusia 85 tahun, Mbah Kromo tetap sehat dan semangat menjual sate kelinci
Baca SelengkapnyaIa pernah menjalani berbagai pekerjaan dan membuka sejumlah bisnis
Baca SelengkapnyaPotret pabrik kopi yang pernah jadi eksportir terbesar di dunia ternyata ada di Semarang.
Baca SelengkapnyaDari pengakuannya, pria ini berhasil membangun bisnis makanan ringan dengan modal Rp50 ribu saja.
Baca SelengkapnyaMirota menjadi salah satu toko retail terbesar dan terlaris di Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaRoti sisir legendaris Pasuruan ini banyak diburu wisatawan untuk oleh-oleh.
Baca SelengkapnyaBang Madun merasa tak terima dengan hasil review jujur food vlogger Aa Juju hingga sosoknya viral bikin penasaran.
Baca Selengkapnya