Kronologi Santri di Mojokerto Diduga Dikeroyok hingga Pendarahan di Perut
Dokter mengindikasikan korban mengalami pendarahan di perut akibat benturan dan trauma.
Kronologi Santri di Mojokerto Diduga Dikeroyok hingga Pendarahan di Perut
Seorang santri di sebuah Pondok Pesantren di Kecamatan Pacet, Mojokerto diduga dikeroyok sesama santri hingga mengalami luka dalam. Korban berinisial MAS (15) itu disebut mengalami pendarahan perut akibat pengeroyokan tersebut.
-
Dimana kejadian penganiayaan terjadi? Nasib sial dialami Damari (59) pengemudi ojek online warga Jurumudi, Kota Tangerang, yang dikeroyok tiga orang pria tidak dikenal saat akan menjemput pelanggan di depan pasar Tanah Tinggi, Kota Tangerang.
-
Siapa pelaku penganiayaan? Viral Remaja Pukuli Bocah Lalu Mengaku sebagai Keponakan Mayor Jendera Sekelompok remaja tmenganiaya dan mencaci bocah di Bandung, Jawa Barat.
-
Dimana penganiayaan anak SD di Jombang terjadi? Penganiayaan yang melibatkan dua anak di bawah umur itu terjadi di belakang salah satu SD di Desa Japanan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, pada Sabtu (24/6).
-
Siapa yang menjadi korban pengeroyokan? 'Sampai saat ini kami masih belum menerima informasi mediasi antara pihak ya,' kata Kasat Reskrim Polresta Barelang Kompol R Moch Dwi Ramadhanto saat dikonfirmasi, Sabtu (6/1). Oleh sebab itu, Ramadhanto menyampaikan pihaknya sampai saat ini masih melakukan proses penyidikan terhadap Satria dan ketiga tersangka AD, RSP, dan DJ akibat memukul RA secara bersama-sama.
-
Siapa yang menjadi korban santet? 'Semua permukaan eksterior dari guci awalnya tertutup teks yang mengandung lebih dari 55 nama yang diukir, puluhan di antaranya sekarang hanya bertahan sebagai huruf-huruf terpisah yang mengambang atau coretan pensil yang samar,' jelas Lamont.
-
Siapa yang terlibat dalam penganiayaan anak SD di Jombang? “Katanya orangtuanya (korban) diajak main layangan, kok tiba-tiba dihajar. Tidak dikeroyok, tapi satu lawan satu,“ ungkap Kepala Desa Japanan Junaidi Catur Wicaksono.
Informasi yang dihimpun, korban MAS dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumberglagah, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Kasi Yanmed RSUD Sumberglagah dr Praviko Rahmadho membenarkan hal tersebut.
"Laporan teman-teman menerima pasien (korban MAS). Pasien itu datang mengaku dipukul temannya di pondok," kata dr Praviko Rahmadho, Kamis (26/9).
Saat tiba di rumah sakit, kata dokter Praviko, MAS mengeluh sakit dibagian perut. Tenaga medis kemudian melakukan pemeriksaan awal di ruang UGD hingga USG. Hasilnya, ditemukan pendarahan di dalam rongga perut santri kelas X itu.
“Hasil USG dikonsultasikan ke dokter bedah. Disimpulkan dokter bedah, diagnosisnya itu ada pendarahan di dalam rongga perut," terangnya.
Masih kata dr Viko, memastikan tidak ads luka terbuka disekujur tubuh korban. Meski demikian, hemoglobin (HB) korban sempat menurun hingga angka 8,5.
Dokter mengindikasikan korban mengalami pendarahan di perut akibat benturan dan trauma. Karena itu, korban harus diambil tindakan operasi.
"Ada pendarahan di dalam (perut). Akhirnya dilakukan operasi, karena kalau dibiarkan bisa menyebabkan inpeksi di dalam rongga perut. Kalau ada benturan dan trauma itukan terjadi pendarahan,” tegasnya.
Tindakan operasi dilaksanakan setelah 4 jam korban masuk dari RS tersebut. Kini, kondisi santri asal Medan itu berangsur membaik. Ia dipindahkan ke ruang rawat inap VIP dengan didampingi keluarganya.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Mojokerto AKP Nova Indra Pratama membenarkan telah menerima informasi kasus dugaan penganiayaan santri di Ponpes Mojokerto itu. Namun, sejauh ini pihaknya belum bisa memberikan keterangan secara detail.
Sebab, orang tua korban belum membuat laporan secara resmi. Ditambah, kondisi korban juga masih dalam perawatan sehingga belum bisa dimintai keterangan
"Masih dalam perawatan anaknya, cuman dari keluarganya masih kita tanya mau seperti apa arahnya. (Kronologi) Masih kita cek dulu karena anaknya kan belum sadar," ungkapnya.
Penjelasan Pengurus Ponpes
Ketua Yayasan Amanatul Ummah, Muhammad Al Barra membenarkan, korban MAS yang kini dirawat di RSUD Sumberglagah merupakan santrinya.
Namun, ia mengaku tidak mengetahui persis kronologi dugaan penganiayaan yang menimpa MAS. Sebab setiap lembaga mempunyai penanggungjawab. Sebagai ketua yayasan ia tak mungkin mengetahui semua kejadian di pondok.
"Katanya anak ini (MAS) tidak apa-apa, tidak ada bonyok, lalu merasa sakit, minta tolong ke dokter. Di dokter, kalau ingin tahu harus operasi, ya sudah dioperasi. Kami tahunya dari situ, ditanyai, baru dia ngomong," katanya, Kamis (25/9).
Ia memastikan kondisi santri yang kini duduk di bangku kelas X SMA itu sudah membaik. Ia menerima informasi kalau hari ini orang tua korban dengan orang tua sejumlah pelaku sedang dimediasi. Namun, ia belum mengetahui lokasi mediasi.
"Informasinya hari ini sedang mediasi antara orang tua korban dengan orang tua masing-masing pelaku. Saya kurang tahu di mana, tadi belum tanya. (Pelaku lebih dari satu?) Saya kurang tahu jelasnya berapa orang," terangnya.
Terkait kebijakan dari pesantren, tambah Gus Barra, menunggu hasil mediasi.
“Kalau peraturan kami, seperti itu (kasus penganiayaan) biasanya dikeluarkan dari pesantren. Tapi tergantung kesepakatan keluarga, kalau saling memaafkan, tidak ada masalah, bisa belajar lagi di pondok," tandasnya.
MAS, santri asal Medan di Ponpes Amanatul Ummah harus medapatkan perawatan di IGD RS Sumberglagah. Ia harus dioperasi lantaran mengalami pendarahan dibagian rongga perut. Cedera yang dialami MAS diduga karena akibat dikeroyok oleh sejumlah santri.