Malangnya wisata sejarah makam Raden Saleh di Bogor
Merdeka.com - Cerita basi namun miris saat situs-situs sejarah menjadi minim perhatian dari pemerintah. Begitulah yang terjadi pada Makam Raden Saleh di Jalan Pahlawan, Gang Raden Saleh, Bogor, yang dikelola secara pribadi oleh Isun Sunarya, pemilik generasi kelima lahan makam pelukis dunia milik Indonesia itu.
Pria yang tampak segar diusianya yang ke-74, tersebut menuturkan kisah mengenai makam yang dulunya dirawat oleh pamannya, Adoeng. Kini makam itu kurang perhatian dari pemerintah. Hal itu membuat Makam ini jarang dikunjungi pelancong. Padahal, menurut Isun, potensi wisata untuk napak tilas sejarah makam Raden Saleh sangat menjanjikan.
Hal itu membuat Isun dan beberapa pegiat seni lukis lainnya mempromosikan Makam dengan memanfaatkan sosial media seperti Facebook.
-
Mengapa makam itu sulit ditemukan? Namun hingga saat ini, teori tersebut belum dapat diverifikasi.
-
Mengapa batu makam hilang? Hal ini mendorong anggota tim berspekulasi bahwa batu yang hilang tersebut digunakan untuk membangun Kuil Horyuji yang dibangun pada awal abad ketujuh.
-
Bagaimana kondisi makam tersebut? Walaupun makam ini berusia lebih dari 430 tahun, perabotan pemakaman dan peti jenazah yang terbuat dari kayu masih utuh dan dalam kondisi yang sangat baik.
-
Kenapa makam Nike Ardila terlihat kurang terawat? Meskipun telah 26 tahun berlalu, makam sang diva tetap menjadi tempat yang kerap dikunjungi oleh para penggemar setianya. Namun demikian, kondisinya kini terlihat sangat terabaikan dan kurang terjaga.
-
Dimana makam tersebut berada? Situs yang terletak di kota bersejarah Huainan tersebut adalah makam terbesar, tingkat tertinggi, dan paling kompleks secara struktural dari Negara Bagian Chu kuno, dan berusia lebih dari 2.200 tahun, kata National Cultural Heritag.
-
Mengapa Isya Adinda Kalia jarang mendapat perhatian publik? Isya Adinda Kalia adalah anak perempuan Elma Theana yang jarang diperhatikan oleh masyarakat.
"Saya senang yang datang berkunjung ke sini," ujarnya yang antusias menceritakan sosok Raden Saleh, pelukis yang menurutnya sangat pintar, Senin (19/5). "Bulan lalu ada yang datang dari Bali, dua bis pula," kata Isun menandaskan.
Dengan keramahannya, Isun menjelaskan bahwa di Facebooknya dia selalu giat mempromosikan makam tersebut. "Tulis nama saya di google, lihat di Facebook ada itu, cerita-cerita kecil mengenai Raden Saleh," ungkapnya.
Lebi jauh dia menjelaskan bahwa selama ini sumber dana untuk membayar listrik dan air berasal dari dana pribadi, namun dia ikhlas. "Sesekali yang datang suka memberi, donatur juga," ungkapnya yang juga mengaku mendapat upah bulanan dari BP3 Serang, meski sekadarnya.
"Setidaknya yang kita syukuri dulu mendapat perhatian dari Soekarno, dapat bintang mafuta juga dari SBY. Walau pemerintah tidak begitu peduli," ujarnya dengan senyum lebar.
Dia menyesali gubernur yang menjabat tidak pernah memperhatikan makam. Selama menjabat juga tidak pernah mengunjungi makam. Namun, lagi-lagi dia mensyukuri, sejak Walikota Bogor Bima Arya memimpin, perhatian pada makam mulai terlihat.
"Setidaknya kemarin ada dinas kebersihan yang datang ke sini untuk membersihkan makam. Ya, baru-baru inilah, sejak Pak Bima yang jadi wali kota. Itupun mengenang wafatnya Raden Saleh, 23 April kemarin. " lanjutnya.
Sebelumnya, biaya kebersihan berasal dari dana pribadi. Sekali sebulan, dia sering mengupahkan orang untuk membersihkan rerumputan dan area makam.
Setidaknya, melalui akun Facebooknya, Isun selalu giat melakukan aksi memperkenalkan Raden Saleh, yang menurut dia merupakan pahlawan karena jasa-jasanya tidak hanya menghasilkan banyak karya masterpiece, tapi juga turut andil dalam pembangunan kebun binatang Cikini yang kini dipindahkan ke Ragunan. Kini kebun binatang tersebut menjadi Taman Margasatwa Ragunan Jakarta.
"Saya berharap 23 April menjadi Hari Seni Rupa Nasional untuk mengenang Raden Saleh. Biasanya saya dan pengurus lainnya merayakan di sini bersama dengan pelukis-pelukis yang mengidolakan beliau juga."
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Potret makam para Pejuang Indonesia terbengkalai di pelosok desa Sumedang, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaSebenarnya ada wacana bahwa tempat wisata ini akan dihidupkan lagi. Namun hingga sekarang wacana itu belum terealisasi.
Baca SelengkapnyaMakam Pangeran Diponegoro terlihat sederhana karena letaknya yang berada di tengah kota.
Baca SelengkapnyaBanyak warga lokal yang baru tahu jika bangunan tersebut adalah makam.
Baca SelengkapnyaKondisi makan Nike Ardila usai 27 tahun sang penyanyo wafat
Baca SelengkapnyaTempat wisata itu menawarkan pesonanya sendiri, tapi entah kenapa kini sepi pengunjung.
Baca SelengkapnyaSayangnya pemandian air panas yang dikelilingi pohon rindang itu tinggal kenangan.
Baca SelengkapnyaMasih ingat dengan Kampung Gajah? Begini kondisinya yang sudah terbengkalai.
Baca SelengkapnyaRizky menduga wanita paruh baya itu memiliki penyakit bawaan atau komorbid.
Baca SelengkapnyaCandi ini dipelihara seorang diri oleh salah satu warga setempat
Baca SelengkapnyaLokasi ini menjadi alternatif bagi warga yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya.
Baca SelengkapnyaGua ini dibangun oleh warga biasa jauh sebelum masa Kerajaan Majapahit.
Baca Selengkapnya