Pelajar di Tasik Tewas Dianiaya Sekelompok Berandalan Bermotor
Korban diduga mengalami pengeroyokan sekelompok berandalan bermotor di jalan Wasita Kusuma.
Yoga, seorang pelajar SMK asal Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat meninggal dunia akibat aksi criminal berandalan bermotor di Indihiang, Kota Tasikmalaya. Korban diduga mengalami pengeroyokan sekelompok berandalan bermotor di jalan Wasita Kusuma.
Diketahui, korban menjadi korban pengeroyokan berandalan bermotor pada Minggu (12/1) bersama dua rekannya. Akibat aksi pengeroyokan itu, Yoga meninggal dunia di tempat dan dua rekannya mengalami luka-luka.
Terkait hal tersebut, Kapolsek Indihiang Kompol Haji Iwan membenarkan adanya pelajar yang meninggal diduga akibat mengalami pengeroyokan. Awalnya, sempat muncul dugaan bahwa pelajar tersebut meninggal akibat kecelakaan lalulintas.
"Awalnya kami menerima laporan kecelakaan lalu lintas sekitar pukul 04.15 WIB. Petugas langsung membawa korban ke rumah sakit. Namun, setelah olah TKP awal, kami menemukan indikasi lain yang mengarah pada tindak pidana pengeroyokan," kata Iwan.
Warga Resah
Sementara, Rizki (36), salah seorang warga Mangkubumi, Kota Tasikmalaya kepada wartawan mengatakan bahwa sebelum terjadi pengeroyokan ia sempat melihat puluhan geng motor melewati jalan Mangin menuju Terminal Indihiang.
“Pagi harinya saya menerima kabar ada yang meninggal akibat dikeroyok geng motor,” kata Rizki kepada wartawan, Selasa (14/1).
Sebelum kejadian, tepatnya pada Sabtu (11/1) malam, Rizki mengaku bersama warga setempat sempat berhasil mengusir kelompok berandalan bermotor di sekitar jalan Mangin. Namun rupanya mereka kembali dengan jumlah lebih banyak pada Minggu (12/1) dini hari sambil meraung-raungkan knalpot bisingnya.
Warga lainnya, Rinrin (39) menyebut bahwa Jalan Mangin arah Indihiang memang menjadi salah satu jalur yang kerap dilewati para berandalan bermotor. Biasanya, aksi itu berujung pengeroyokan kepada korban secara acak.
Seperti halnya Rizki, ia juga bersama warga di kampungnya bila menemukan kelompok berandalan bermotor selalu menghalau dan mengusirnya. Hal itu pun dilakukannya dua pekan ke belakang, namun ternyata Kembali datang dan membuat keributan.
“Ketuanya datang sambil menenteng pistol dan menantang kami, ga tau pistol beneran atau bukan. Kami akhirnya takut. Kami sebagai warga tentu geram dengan ulah geng motor yang meresahkan seperti itu,” ucapnya.