Soal vaksin palsu, dokter manfaatkan pasien karena tak paham obat
Merdeka.com - Ketua Komisi IX DPR, Dede Yusuf, mengungkap mengapa selama ini vaksin palsu atau obat-obatan palsu beredar dengan mudahnya di pasaran.
Dede berujar, selama ini ada industri obat, terutama obat-obatan impor yang tidak berikan secara massal. Iklan tersebut justru dipromosikan secara langsung melalui dokter, perawat atau bidan.
"Akhirnya baik dokter atau fasilitas kesehatan menawarkan obat itu kepada masyarakat, itu bentuk promo. Nah ini kan enggak ada yang mengontrol. Kita mana tahu sih saat berobat ke dokter, ada resep ini obat apa," kata Dede di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/7).
-
Kenapa pelaku jual obat di Tasikmalaya? 'Mereka memanfaatkan kondisi pelajar yang masih labil dengan iming-iming bisa tidur nyenyak setelah mengonsumsi obat ini,' jelasnya.
-
Siapa pelaku penipuan? Kelima tersangka tersebut telah dilakukan penahanan sejak tanggal 26 April 2024 dan terhadap satu WN Nigeria sudah diserahkan kepada pihak imigrasi untuk diproses lebih lanjut,' tuturnya.
-
Bagaimana pelaku jual obat di Tasikmalaya? 'Awalnya mereka menyebarkan informasi dari mulut ke mulut, menawarkan obat ini dengan janji tidur yang nyenyak,' tambahnya.
-
Mengapa orang menyalahgunakan obat? Hal ini menyebabkan obat digunakan bukan sebagai sarana kesehatan namun untuk pencarian sensasi, rekreasi, atau untuk menghindari masalah emosional.
-
Dimana penipuan itu terjadi? Aksi seorang Warga Negara Asing (WNA) melakukan pungutan liar (Pungli) berkedok sumbangan agama menyasar warga Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
-
Bagaimana cara pengedar Pil Koplo mendapatkan barang? 'Saya beli ini di Tangerang Selatan. Satu paket. Saya tahunya dari teman. Saya jualan ini baru dua bulan,' kata Gery, dikutip dari YouTube Liputan6 (22/2).
Politikus Partai Demokrat tersebut mengungkapkan bahwa, kebanyakan orang tak paham obat yang masuk ke resep atau yang ditawarkan. "Demikian vaksin (palsu) ini, seorang ibu ditawari pakai ini saja bu, bagus dan sebagainya. Dia tidak tahu obat itu apa, soalnya tidak beredar di pasaran," tuturnya.
Selama ini ikatan antara pasien dengan rumah sakit hanyalah saling percaya. Namun di sini justru celah bagi peredaran obat-obatan atau vaksin palsu.
"Nah karena rasa percaya inilah yang sebetulnya bisa menjadi permainan oknum-oknum atau industri-industri gelap tadi," ungkapnya.
Maka dari itu Komisi IX DPR mendukung agar Badan POM diberikan kewenangan lebih. Hal tersebut untuk memperkuat pengawasan obat-obatan yang beredar baik di dalam maupun luar rumah sakit atau fasilitas kesehatan.
"Oleh karena itu kita meminta agar Badan POM bisa masuk ke dalam karena sebagai telinga dan mata bagi publik," pungkasnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
KPK menduga oknum dokter atau mantan dokter di rumah sakit dan manajemen ikut bermain dalam praktik korupsi ini.
Baca SelengkapnyaMengimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih berhati-hati
Baca SelengkapnyaSetelahnya KPK baru bisa menyelidiki dugaan klaim fiktif di kasus tersebut.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus waspada dengan adanya praktik dokter gadungan.
Baca SelengkapnyaMengetahui masalah tersebut, Pahala Nainggolan tak segan-segan menempuh jalur hukum
Baca SelengkapnyaPernyataan itu didapat saat polisi melakukan olah TKP belum lama ini
Baca SelengkapnyaTersangka SM dijerat Pasal 378 KUHP tentang penipuan dengan ancaman dua tahun penjara
Baca SelengkapnyaBerbagai modus penipuan tidak membuat mereka kapok ataupun takut menjadi seorang Agen BRIlink
Baca SelengkapnyaPihak BPJS berupaya melakukan tuntutan perdata terhadap managemen rumah sakit untuk segera mengembalikan dana kerugian tersebut.
Baca SelengkapnyaKemenkes tidak pernah menerbitkan surat undangan Sosialisasi SE Rekrutmen Bantuan Biaya Fellowship Dokter Spesialis
Baca SelengkapnyaKPK menemukan setidaknya ada tiga RS swasta yang melakukan klaim fiktif kepada BPJS Kesehatan
Baca Selengkapnya