Apa itu Brain Fog? Erat Kaitannya dengan 'Jam Koma' di kalangan Gen Z
Brain fog merupakan kondisi di mana individu mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian dan konsentrasi pada suatu hal.
Belakangan ini, istilah 'jam koma' menjadi viral di media sosial, terutama di kalangan generasi Z. Istilah ini merujuk pada kondisi di mana tubuh merasa sangat lelah akibat penurunan energi yang signifikan, biasanya terjadi pada pagi atau malam hari.
Akibat kelelahan tersebut, generasi Z sering kali mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan fokus pada tugas-tugas yang harus diselesaikan. Hal ini sering kali dihubungkan dengan brain fog, di mana otak merasa kabur dan sulit untuk memproses informasi dengan jelas.
-
Kenapa Gen Z mengalami jam koma? Jam koma merupakan tren istirahat yang singkat namun memberikan dampak mendalam, sangat diminati oleh kalangan Gen Z. Dalam praktiknya, mereka mematikan semua gangguan untuk mencapai tingkat relaksasi yang maksimal. Tren ini muncul sebagai jawaban atas kelelahan mental dan fisik yang sering dialami di tengah kehidupan yang serba cepat, sehingga Gen Z dapat meremajakan diri tanpa perlu menghabiskan waktu yang lama.
-
Apa yang di maksud dengan brain fog? Brain fog adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, berpikir jernih, atau mengingat informasi dengan baik.
-
Apa itu jam koma? Istilah 'jam koma' menjadi populer di kalangan generasi Z, merujuk pada situasi di mana seseorang merasa sangat lelah atau tidak produktif pada waktu tertentu, biasanya antara pukul 14.00 hingga 16.00 WIB. Pada rentang waktu ini, banyak orang mengalami penurunan energi dan kesulitan dalam berkonsentrasi, yang sering kali disebabkan oleh kurang tidur atau pola makan yang tidak teratur.
-
Apa saja masalah kesehatan mental Gen Z? Salah satu masalah utama yang dihadapi Gen Z adalah kecemasan yang intens. Mereka tumbuh di dunia yang terhubung secara digital, yang meskipun membawa manfaat, juga membawa tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka merasa terisolasi dan kesepian, terutama karena tekanan media sosial dan perasaan takut ketinggalan.
-
Bagaimana otak Generasi Z berkembang? Meskipun Generasi Z dan Alpha mungkin memiliki otak yang lebih besar daripada orang yang lahir 100 tahun lalu, penelitian menunjukkan mereka juga memiliki IQ yang lebih rendah dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
-
Bagaimana mengatasi jam koma? Walaupun banyak individu sering mengalami fenomena yang dikenal sebagai jam koma, terdapat beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasinya. Salah satu cara yang efektif adalah dengan menjaga pola tidur yang lebih teratur dan cukup. Tidur selama 7-8 jam setiap malam sangat penting untuk membantu tubuh tetap berenergi sepanjang hari, sehingga dapat mencegah rasa lelah yang sering muncul di siang hari.
Kondisi ini banyak dialami oleh kaum muda, khususnya generasi Z, yang sering mengeluhkan rasa lelah yang berdampak pada produktivitas mereka. Istilah jam koma menjadi sangat populer di antara generasi Z karena dapat menggambarkan secara akurat kondisi kelelahan yang mereka alami.
Istilah ini seolah menjadi bahasa universal yang mencerminkan pengalaman pribadi mereka dalam menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari yang padat. Lantas, apa sebenarnya brain fog? Berikut ini adalah ulasan mengenai brain fog yang dilansir Liputan6 pada Senin (28/10/2024).
Apa itu Brain Fog?
Menurut Cleveland Clinic, fenomena yang dikenal sebagai brain fog dapat menyebabkan seseorang kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan kehilangan alur pemikiran saat berbicara. Dengan kata lain, brain fog merupakan sindrom yang mengakibatkan kesulitan dalam memusatkan perhatian dan konsentrasi pada satu hal.
Ketika mengalami brain fog, seseorang mungkin merasakan beberapa gejala seperti kesulitan berkonsentrasi, kebingungan, kelelahan, sering lupa, hingga proses berpikir yang melambat. Meskipun kondisi ini tidak termasuk dalam kategori masalah medis, brain fog dapat timbul akibat berbagai masalah tertentu. Setiap individu mungkin mengalami dampak yang berbeda akibat brain fog, tetapi secara umum, kondisi ini memengaruhi kemampuan kognitif otak.
Selain kurang tidur, brain fog sering kali dihubungkan dengan kondisi medis tertentu seperti diabetes, hipoglikemia, kecemasan, serta perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan dan menopause, dan juga stres. Berbagai kondisi tersebut dapat mengganggu kemampuan konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan untuk berpikir dengan jelas.
Walaupun brain fog tidak dianggap sebagai masalah medis yang serius, penting untuk menangani kondisi ini dengan baik. Mengatur pola tidur yang baik, mengelola stres secara efektif, serta menjaga kesehatan mental dan fisik dapat membantu mengatasi gejala brain fog.
Apabila gejala ini berlangsung lama atau mengganggu aktivitas sehari-hari, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Gejala Serangan Brain Fog
Dikutip dari laman Medical News Today, brain fog bukanlah sebuah diagnosis medis, melainkan merupakan gejala yang dapat bervariasi antar individu. Setiap orang mungkin merasakan gejala ini dengan cara yang berbeda dan tidak selalu menggunakan istilah yang sama untuk menggambarkan perasaan mereka. Beberapa gejala yang sering dihubungkan dengan sindrom brain fog antara lain:
- Mudah lupa saat membicarakan suatu hal.
- Tidak dapat berpikir jernih.
- Konsentrasi buruk.
- Sulit untuk memusatkan fokus pada suatu hal.
- Merasa bingung.
- Lelah.
- Mudah teralihkan perhatiannya.
- Mengalami kesulitan mengatur pikiran atau aktivitas.
- Kesulitan menemukan kata yang tepat.
- Timbul rasa lesu.
- Sulit untuk mempertahankan rutinitas yang terstruktur.
- Mengalami kondisi kebingungan mental.
- Melupakan tugas dan tanggal penting.
Brain fog dapat memicu siklus yang memperburuk gejala depresi. Ketika mengalami brain fog, Anda mungkin merasa kesulitan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari, memenuhi ekspektasi di tempat kerja, atau bahkan berpartisipasi dalam percakapan santai.
Semua pengalaman ini dapat menimbulkan rasa frustrasi, ketidakberdayaan, dan penurunan harga diri, yang pada gilirannya dapat memperburuk gejala depresi yang sudah ada.
Faktor Pemicu Brian Fog
Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya brain fog, sebuah kondisi yang sering diasosiasikan dengan 'jam koma' yang populer di kalangan Gen Z. Salah satu faktor tersebut adalah efek samping dari penggunaan obat-obatan tertentu.
1. Efek Samping Penggunaan Obat-Obatan
Berbagai jenis obat, seperti antidepresan, obat antikolinergik, dan obat penenang, diketahui dapat memengaruhi kinerja saraf serta zat kimia di otak. Gejala yang muncul akibat efek ini meliputi rasa kantuk yang berlebihan, perubahan suasana hati, hingga kondisi yang dikenal sebagai brain fog.
Selain itu, perawatan kemoterapi yang dijalani oleh pasien kanker juga dapat menimbulkan efek samping berupa brain fog, yang sering disebut sebagai "chemo brain". Umumnya, kondisi ini akan membaik dalam waktu 9-12 bulan setelah pasien menyelesaikan rangkaian perawatan kemoterapi.
2. Kekurangan Asupan Nutrisi
Individu yang tidak mendapatkan cukup nutrisi penting seperti protein, zat besi, vitamin B kompleks, vitamin E, dan asam lemak omega-3 berisiko mengalami brain fog serta gangguan fungsi kognitif. Selain itu, mereka yang memiliki alergi terhadap makanan tertentu juga dapat mengalami brain fog setelah mengonsumsi makanan yang memicu alergi, seperti kacang-kacangan dan produk olahan susu.
3. Stres
Stres yang berkepanjangan dapat memicu kelelahan mental dan mengganggu fungsi kognitif seseorang. Akibatnya, individu yang mengalami stres kronis sering kesulitan dalam memusatkan perhatian dan berkonsentrasi, yang merupakan gejala khas dari brain fog.
4. Kurang Tidur
Tidur yang tidak cukup dapat mengganggu fungsi sel-sel otak dalam mengoptimalkan ingatan jangka pendek. Selain itu, kurang tidur juga dapat memicu stres, yang akhirnya membuat tubuh merasa lelah dan sulit untuk berkonsentrasi.
5. Perubahan Hormon
Fluktuasi kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh sering kali menjadi penyebab brain fog yang umum terjadi pada wanita, terutama selama masa kehamilan atau menopause. Ketidakstabilan hormonal ini dapat memengaruhi fungsi kognitif dan memicu gejala-gejala brain fog.
Langkah Agar Terhindar dari Brain Fog
1. Berjalan Kaki Secara Teratur
Melakukan aktivitas berjalan kaki secara rutin memiliki banyak keuntungan bagi kesehatan tubuh. Selain itu, aktivitas ini juga terbukti memberikan berbagai manfaat positif bagi kesehatan mental, seperti mengurangi stres, meningkatkan kejernihan pikiran, dan mempercepat kemampuan dalam memecahkan masalah. Dengan berjalan kaki, aliran darah ke otak meningkat, yang berhubungan erat dengan peningkatan daya ingat, pengurangan risiko gangguan kognitif, serta peningkatan kemampuan otak secara keseluruhan.
2. Ubah Pola Makan
Kesehatan usus yang buruk menjadi salah satu faktor utama penyebab kabut otak atau brain fog. Pola makan yang diterapkan sangat berpengaruh terhadap kinerja otak dan dapat meningkatkan kemampuan mental seperti daya ingat dan konsentrasi. Beberapa jenis makanan seperti ikan berlemak, blueberry, kopi, dan kunyit dikenal dapat meningkatkan daya ingat serta mendukung fungsi otak yang optimal.
3. Berlatih Mindfulness
Melakukan praktik manajemen stres seperti mindfulness dapat membantu meningkatkan konsentrasi, mengurangi stres yang dapat memicu depresi, dan mengatasi kelelahan mental. Anda bisa memulainya dengan menyisihkan waktu untuk melakukan latihan relaksasi dan meditasi secara berkala.
4. Tidur yang Cukup
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kurang tidur menjadi salah satu penyebab munculnya brain fog. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap orang untuk memastikan waktu tidur yang cukup, yaitu sekitar 7 hingga 9 jam setiap malam, agar terhindar dari sindrom ini. Jika diperlukan, Anda juga bisa meningkatkan daya ingat dengan tidur siang selama 30 menit.
5. Konsultasi ke Psikolog
Apabila gejala brain fog yang berkaitan dengan depresi memengaruhi aktivitas sehari-hari Anda, sangat disarankan untuk mencari bantuan dari seorang profesional, seperti psikolog. Seorang terapis yang berpengalaman dapat membantu Anda mengidentifikasi faktor penyebab brain fog dan memberikan solusi untuk mengatasi gejalanya.