Jadi Titik Nol Selatan Sumatra, Ini Fakta Menarik Menara Siger Kebanggaan Warga Lampung
Bangunan yang terlihat jelas dari Pelabuhan Bakauheni ini menjadi ikon kota Lampung.
Bangunan yang terlihat jelas dari Pelabuhan Bakauheni ini menjadi ikon kota Lampung.
Jadi Titik Nol Selatan Sumatra, Ini Fakta Menarik Menara Siger Kebanggaan Warga Lampung
Menara Siger merupakan bangunan yang sudah menjadi simbol kebanggan Provinsi Lampung yang berada di Bukit Gamping, Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan.
Letaknya yang berada di puncak bukit ini tampak terlihat gagah dengan balutan emas di bagian atapnya apabila dilihat langsung dari Pelabuhan Bakauheni. Bangunan ini telah diresmikan pada tahun 2008 oleh Gubernur Lampung saat itu, Sjachroedin Z.P.
-
Dimana Menara Syahbandar dibangun? Mengutip Kemdikbud.go.id, menara yang dibangun pada pertengahan abad ke-18 itu dibangun di tepi Kali Semarang.
-
Bagaimana Menara Syahbandar ditetapkan sebagai titik nol? Dari sinilah ditetapkan titik nol kilometer Kota Semarang hingga saat ini.
-
Apa yang menjadi ikon utama Kota Lampung? Ikan Tuhuk atau Ikan Marlin cukup populer di kalangan masyarakat Lampung. Bahkan, sosok Ikan Tuhuk menjadi ikon utama kota tersebut.
-
Di mana Sembung Tower berada? Sebuah balai desa memiliki peran vital sebagai pusat kegiatan masyarakat pada suatu desa. Di balai desa berbagai kegiatan bisa digelar seperti penyuluhan, posyandu, senam massal, pelatihan, dan lain sebagainya. Maka dari itu, sudah seyogyanya setiap balai desa punya berbagai fasilitas penunjang yang bisa dirasakan warganya.
-
Mengapa Sungai Lobang di Siantar terkenal? Warna airnya yang biru bak air laut, tak heran jika Sungai Lobang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang datang ke tempat ini.
-
Kenapa Menara Loji dibangun? Dibangun pada tahun 1800-an oleh Baron Braud, menara ini awalnya berfungsi sebagai pos pantau untuk mengawasi para pekerja perkebunan karet dan sebagai penanda waktu bagi mereka.
Berdirinya Menara Siger juga mendongkrak potensi pariwisata Provinsi Lampung yang otomatis meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Arsitektur Menara Siger ini juga mengandung makna filosofis yang menarik untuk diulas lebih mendalam.
Simak fakta-fakta menarik Menara Siger yang dirangkum merdeka.com dari beberapa sumber berikut ini.
Arti Siger
Menurut situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Siger adalah sebuah mahkota pengantin wanita Lampung yang berbentuk segitiga dengan warna yang dilapis emas. Biasanya di bagian atasnya memiliki cabang atau lekuk berjumlah tujuh atau sembilan.
Siger sudah umum diketahui oleh orang-orang Lampung dan sudah menjadi ciri khas tersendiri. Benda ini terbuat dari lempengan tembaga, kuningan atau logam lainnya yang kemudian di cat menyerupai warna emas.
Siger lazim digunakan oleh pengantin perempuan Suku Lampung pada acara pernikahan atau ketika ada acara-acara adat lainnya. Dulunya, Siger terbuat dari emas murni, dan bahkan digunakan untuk perhiasan yang bisa dipakai sehari-hari.
(Foto: Instagram/menara_siger)
Arsitektur Penuh Makna
Menara Siger yang menjadi landmark Provinsi Lampung ini dibangun dengan arsitektur yang penuh makna. Secara umum, menara ini diadaptasi dari mahkota yang biasa digunakan oleh wanita-wanita Lampung saat acara adat istiadat.
Mengutip beberapa sumber, bentuk bangunan dari Menara Siger ini memiliki sembilan kerucut di bagian atapnya kemudian dilapis dengan warna kuning keemasan yang begitu mencolok. Tak hanya itu, bangunan ini juga dihias dengan ukiran corak kain tapis khas Lampung.
Payung berwarna putih, kuning, dan merah merupakan tanda dari puncak menara. Sedangkan payungnya sebagai simbol dari tatanan sosial. Sedangkan, pucuknya yang berjumlah sembilan adalah simbolisasi sembilan bahasa yang ada dalam masyarakat Lampung.
Gunakan Teknik Ferrocement
Bukan hanya penuh filosofi dan makan di setiap unsur arsitekturnya, Menara Siger juga didesain dengan teknik Ferrocement yang artinya mirip seperti jaring laba-laba.
Uniknya, pada proses pembangunannya terutama bagian lambang Siger dan beberapa ornamen tidak menggunakan cor-coran, namun disusun bagian per bagian dengan tangan. Sehingga bangunan ini memiliki struktur yang kokoh dan tahan terpaan angin laut.
Bangunan ini berada di ketinggian 110 meter di atas permukaan laut. Biaya pembangunan yang mencapai Rp15 miliar ini ternyata juga dirancang oleh arsitektur asli Lampung bernama Ir. Hi. Anshori Djausal M.T.
Titik Nol Selatan Sumatra
Menara Siger yang menjadi titik nol sisi selatan Pulau Sumatra ini tak hanya menjadi gapura atau penanda suatu wilayah saja. Akan tetapi, bangunan tersebut juga dijadikan destinasi dan ikon dari sebuah kota.
Berdirinya Menara Siger tak lepas dari representasi budaya, adat istiadat, bahkan pariwisata. Melalui menara ini, diharapkan kelestarian budaya selalu terjaga dan orang lain juga tertarik melihatnya.