Serunya 'Pecah Piring', Permainan Tradisional Masa Kecil dari Medan
Merdeka.com - Masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam permainan tradisional yang tersebar di berbagai daerah di Tanah Air. Seperti yang ada di Medan, masyarakat di sana dulunya mengenal permainan tradisional bernama "Pecah Piring".
Permainan "Pecah Piring" kini memang tidak lagi banyak dimainkan seperti dulu. Meski begitu, di sudut Kota Medan masih saja ada anak-anak yang menghabiskan waktunya dengan bersenang-senang bermain permainan tradisional yang mengasyikkan ini.
Menyusun Kepingan "Piring"
-
Kenapa permainan tradisional dilupakan? Sayangnya, eksistensi berbagai permainan tradisional ini semakin lama semakin dilupakan dan tak lagi dimainkan. Ini semua terjadi sebagai akibat dari berkembangnya teknologi dan penggunaan smartphone yang masif.
-
Apa yang dimainkan anak-anak di Bandung Timur? Seorang warganet belum lama ini membagikan momen anak-anak tengah asyik bermain kesenian Reak Dogdog. Terlihat beberapa anak memakai kostum boneka menyerupai naga, dan berlari mengejar anak lainnya di sebuah lahan kosong.
-
Kenapa anak Minang main Mancik-Mancik? Untuk memperingatinya, seusai musim panen para orang tua mengarahkan anak-anak untuk melakukan permainan yang disebut dengan Mancik-Mancik ini.
-
Dimana permainan itu ditemukan? Penemuan ini terjadi di Taman Nasional Maresha-Bet Guvrin, yang terletak di Bukit Yudea, juga dikenal sebagai Shephelah, Israel.
-
Dimana anak-anak di Jakarta bermain layang-layang? Seperti yang terlihat di Jalan Inspeksi, Jakarta Barat, beberapa anak tampak asyik bermain layang-layang di pinggiran kali.
-
Kenapa permainan tradisional di Banyuwangi dilestarikan? Seperti halnya enggrang bambu, enggrang batok, balap karung, congklak, gobak sodor yang dimainkan dalam festival ini. Ipuk juga mengatakan, selain sebagai khazanah kebudayaan, juga menjadi medium edukasi yang efektif untuk melatih kebersamaan dan kebahagiaan.
Sesuai dengan namanya, permainan pecah "piring" ini dimainkan dengan memecahkan tumpukan "piring" yang disusun tinggi. Benda yang disusun biasanya benda yang mudah untuk dipecahkan, seperti pecahan tempurung kelapa, keramik lantai, asbes, tutup botol, atau yang lainnya. Susuan benda itulah yang kemudian biasa disebut sebagai "piring".
Jumlah kepingan "piring" yang digunakan dalam permainan ini tergantung kesepakatan dari para pemainnya. Namun, semakin banyak "piring" yang disusun tinggi, semakin seru permainan ini dimainkan.
Menghancurkan Susunan "Piring"
Selain harus menyiapkan benda-benda yang akan disusun sebagai "piring", para pemain permainan ini harus menyiapkan satu benda lagi yang digunakan untuk melempar dan menghancurkan susunan "piring" tersebut.
Biasanya, benda yang sering digunakan adalah bola. Bisa menggunakan bola kasti atau bola tenis. Namun jika tidak ada, boleh juga memakai bahan atau benda yang lebih mudah didapat, seperti kantong plastik yang digumpalkan dan diikat karet gelang hingga membentuk bola.
Cara Bermain
Cara bermain permainan ini sebenarnya sederhana. Peserta permainan ini dibagi dalam dua bagian dengan cara diundi. Ada kelompok yang menjadi pemecah susunan "piring", dan lainnya akan menjadi kelompok yang berjaga.
Anggota kelompok pemecah bergantian melemparkan bola ke arah susunan "piring" dari garis batas yang ditentukan. Bila tak ada yang berhasil memecahnya, giliran kelompok lain yang menjadi pemecah.
Namun jika susunan berhasil dipecahkan, kelompok pemecah akan berusaha menyusunnya kembali untuk memenangkan permainan. Tapi itu bukan hal yang mudah, karena setelah "piring" berantakan, bola menjadi hak kelompok bertahan yang akan berusaha melempar anggota kelompok lawan yang tengah berusaha menyusun kembali "piring".
Jika anggota kelompok pemecah terkena bola, posisi berganti. Tim bertahan menjadi kelompok yang berhak menyusun "piring". Tim yang berhasil menyusun kembali semua pecahan itu kembali seperti semula akan memenangkan permainan.
Diperlukan Kecepatan dan Kejujuran
Dalam bermain permainan ini diperlukan kecepatan dan kegesitan dalam menghindari bola, kerja sama tim, juga kejujuran.
Tidak jarang, ada juga pemain yang curang dengan menyembunyikan kepingan supaya tidak lengkap saat disusun kembali.
Mulai Ditinggalkan
einfogames.com
Permainan pecah piring ini hanyalah satu dari sekian banyak permainan tradisional yang semakin ditinggalkan. Seiring perkembangan teknologi, banyak anak zaman sekarang tidak lagi bermain permainan tradisional dan lebih memilih bermain gadget dengan segala kemudahannya. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa permainan tradisional Indonesia ini mulai terlupakan karena tergerus zaman.
Baca SelengkapnyaAnak-anak di Minangkabau punya mainan buat ngabuburit bernama badia batuang.
Baca SelengkapnyaSalah satu permainan anak dari Sumatra Barat ini dibuat menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar kita. Dulunya permainan ini sempat populer dan diminati masy
Baca SelengkapnyaEmpet-empetan biasa dimainkan anak-anak para petani di tatar Sunda.
Baca SelengkapnyaSeakan kembali ke masa kecil, permainan tradisional dari Sumatera Barat ini selalu hadir ketika Bulan Ramadan tiba.
Baca SelengkapnyaKetapel Betawi kini kembali dikenalkan agar tidak punah.
Baca SelengkapnyaSalah satu permainan tradisional dari Minangkabau ini masih berkaitan dengan kegiatan masyarakat saat bertani di sawah dan juga di ladang.
Baca SelengkapnyaPermainan tradisional ini dulu sangat populer, sampai dijadikan perlombaan antar kerajaan
Baca SelengkapnyaPermainan ini sudah jarang dimainkan, padahal seru.
Baca SelengkapnyaCara anak-anak di Kampung Citorek makan buah ini unik. Gunakan batang bambu.
Baca SelengkapnyaTak pakai sepatu, anak-anak di Kampung Cengkuk bermain bola dengan egrang bambu.
Baca SelengkapnyaRibuan anak bermain bersama di Taman Blambangan dalam tajuk Festival Permainan Tradisional
Baca Selengkapnya