Suku Mentawai, Hidup dan Melekat di Hutan
Merdeka.com - Di tengah perkembangan teknologi di Indonesia, ada salah satu suku yang berpegang teguh pada paru-paru dunia yaitu hutan. Mereka Suku Mentawai, berada di Kepulauan Mentawai barat pulau Sumatera. Suku Kepulauan Mentawai ini sudah ada sejak tahun 500 SM. Salah satu suku tertua di dunia ini berpegang bahwa hutan adalah jantung kehidupan.
Sandang, pangan dan tempat tinggal mereka dapatkan dari hutan. Suku Mentawai menganut kepercayaan Arat Sabulungan. Mereka menganggap hutan, tumbuhan dan satwa memiliki roh dan jiwa. Semakin dekat dengan hutan, kekuatan spiritual mereka semakin kuat. Ketika roh tidak dirawat dengan baik, maka akan membuat kesialan bagi mereka.
-
Bagaimana Suku Mentawai memanfaatkan hutan? Mereka hanya memanfaatkan hutan seperlunya dan masih diolah dengan cara tradisional. Suku Mentawai juga kebanyakan mengikuti proses perkembangan hutan secara wajar lalu memanfaatkannya melalui tahap rumpang, perkembangan, dan dewasa.
-
Kenapa suku Mentawai percaya pada roh? Mereka mempercayai jika hutan, tumbuhan, dan binatang memiliki roh dan jiwa. Apabila roh dan jiwa itu tidak dirawat dengan baik, maka akan memicu kesialan dan wabah penyakit.
-
Kenapa Sikerei di Suku Mentawai punya peran penting? Mereka memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari orang Mentawai. Tidak adanya mereka, mungkin akan banyak anggota keluarga yang jatuh sakit tanpa ada penanganan.
-
Kenapa Toek penting bagi suku Mentawai? Bagi masyarakat Suku Mentawai, Toek sudah menjadi kudapan sehari-hari dan menjadi sebuah simbol dari kekompakan antar penduduk.
-
Siapa yang disebut Sikerei di Suku Mentawai? Masyarakat Suku Mentawai biasa menyebutnya dengan nama Sikerei. Mereka memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari orang Mentawai. Tidak adanya mereka, mungkin akan banyak anggota keluarga yang jatuh sakit tanpa ada penanganan.
-
Apa makanan nenek moyang makhluk hidup? Mikroba ini memiliki genom yang cukup besar yang mengkode sekitar 2.600 protein, makanannya berupa gas hidrogen dan karbon dioksida, dan memiliki sistem kekebalan yang belum sempurna untuk melawan penyerang virus.
©2021 Merdeka.com/Martison Siritoitet
Ada 3 pulau besar di kepulauan Mentawai. Pulau Siberut, Pulau Pagai Utara dan Selatan serta Pulau Sipora. Siberut menjadi Pulau terbesar dan banyak dihuni Suku Mentawai. Pulau dengan jarak 10 jam perjalanan kapal dari Padang, Sumatera Barat ini memang eksotis.
Suku Mentawai, memiliki keterikatan kuat dengan hutan. Mereka mempunyai makanan pokok sendiri. Sagu dan keladi menjadi makan mereka sehari-hari. Uniknya, padi bagi mereka hanyalah makanan sekunder. Pasalnya, hutan belantara menjadi habitat alami bagi sagu dan keladi.
Tak perlu khawatir, buah, sayur dan protein mereka tercukupi. Mereka dapat dengan mudah mencarinya di pedalaman hutan.
©2021 Merdeka.com/Martison Siritoitet
Keunikan Suku Mentawai juga terletak pada tatonya. Menariknya, mereka membuat tato dari bahan yang alami bersumber dari hutan. Bagi mereka, tato merupakan identitas dan gambaran keharmonisan alam dan penghuni hutan. Tato suku Mentawai dianggap sebagai tato tertua di dunia. Pakaian yang tidak terlalu tertutup membuat taot mereka terlihat jelas.
Meski begitu, Suku Mentawai 3 jenis pakaian yaitu Pakaian adat Sikerei, pakaian adat Pangureijat, dan pakaian aktitas sehari-hari. Bahan pembuat pakaian mereka berasal dari hutan. Tak hanya tato dan pakaian saja, rumah adat mereka juga bersumber dari hutan.
Kayu, bambu dan dedaunan alami menjadi bahan baku rumah mereka. Paru-paru dunia ini memang membuat para Suku Mentawai menjadi manusia yang berkecukupan.
©2021 Merdeka.com/Martison Siritoitet
Saat sakit mereka tak perlu ke dokter. Suku bangsa Proto Melayu ini turun termurun menggunakan bantuan Sikerei, seorang dukun yang dinobatkan melalui upacara Taddek. Berbagai macam penyakit dapat mereka sembuhkan. Mulai dari flu, sakit kepala, sakit perut, hingga pengobatan patah tulang.
Bahan obat dari alam mereka ramu di dalam hutan.Tanaman obat akan diparut dan diambil sarinya. Dedaunan, batang, akar hingga umbi-umbian mereka gunakan.Sebagai contoh pengobatan masuk angin. Sikerei biasa menggunakan daun gandarusa atau Justicia gandrus sebagai penyembuhnya.
Mulanya, tanaman obat ini dicuci di sungai terdekat. Kelestarian yang terjaga membuat sungai kepulauan Mentawai ini jernih. Mereka meramu obat dengan peralatan tradisional. Parut obat mereka terbuat dari dahan pohon paku yang berduri.
©2021 Merdeka.com/Martison Siritoitet
Suku bertato unik ini sangat dekat dengan hutan. Keceriaan mereka tergambar ketika dekat dengan hutan. Meskipun berada di tengah modernisasi, mereka tetap teguh menjaganya. Prinsip keharmonisan dengan alam akan mereka pertahankan. Merawat dan melestarikan hutan adalah faktor utama Suku Mentawai tetap ada hingga saat ini. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebuah kepercayaan asli yang dianut masyarakat Suku Mentawai ini tak jauh-jauh dari soal alam dan manusia untuk saling bersinergi dalam kehidupan.
Baca SelengkapnyaHampir 60% dari Taman Nasional Siberut berupa hutan yang dihuni oleh ratusan spesies tumbuhan berkayu, puluhan spesies mamalia, hingga ratusan jenis burung.
Baca SelengkapnyaSemakin ke sini kehidupan mereka semakin terancam. Diduga ada kaitannya dengan usaha ekspansi sumber daya alam.
Baca SelengkapnyaSalah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang sejarah Alas Purwo, sekaligus membahas tentang keadaan biologis di dalamnya, dan fakta menariknya.
Baca SelengkapnyaSebuah masyarakat yang hidup cukup terisolir di pedalaman Provinsi Riau ini sangat dekat dengan alam (hutan) dan menerapkan sistem peladangan.
Baca SelengkapnyaBelum lama ini telah viral di media sosial vokalis band Red Hot Chilli Peppers (RHCP), Anthony Kiedis terpantau sedang liburan di Kepulauan Mentawai
Baca SelengkapnyaSelain memiliki fungsi spiritual, hutan ini juga memiliki fungsi ekologis bagi perkampungan di sekitarnya.
Baca SelengkapnyaSalah satu penduduk asli yang mendiami Provinsi Riau yang memiliki bahasa melayu Riau yang unik, namun bahasa tersebut terancam hilang.
Baca SelengkapnyaSalah satu suku di Indonesia yang mendiami hutan pedalaman Riau ini hidup bergantung pada alam dan pola kehidupannya yang masih bepindah-pindah.
Baca SelengkapnyaJenis flora yang satu ini sudah dilindungi oleh KLHK maupun Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau karena menjadi rumah permanen bagi lebah untuk produksi madu.
Baca SelengkapnyaTak hanya melindungi hutan dari perambahan, aktivitas di hutan lindung bahkan sangat dibatasi.
Baca Selengkapnya