Kisah Raja Majapahit Larang 2 Adik Wanitanya Menikah, Takut Tahtanya Direbut Ipar
Merdeka.com - Raja Jayanegara sempat memimpin Majapahit sepeninggal ayahnya, Raden Wijaya. Jayanegara menjadi putra satu-satunya dari Raden Wijaya meski memiliki banyak istri.
Dalam sejarahnya, Raden Wijaya hanya memiliki keturunan dari dua istri. Istri pertama yaitu Dara Petak yang melahirkan Jayanegara. Kedua adalah Gayatri Rajapatni yang memberikan dua putri yaitu Tribhuwana Tunggadewi dan Dyah Wiyat.
Jayanegara sempat melarang kedua adiknya yaitu Tribhuwana dan Dyah Wiyat untuk menikah. Apa alasan Jayanegara?
-
Siapa istri pertama dari Raja pertama Kerajaan Majapahit? Gayatri adalah salah satu istri dari Raja pertama kerajaan Majapahit, Raden Wijaya.
-
Siapa yang memimpin kerajaan Majapahit? “Dewi Suhita is the 6th King of the Majapahit Kingdom, who has the title Ratu Ayu Kencono Wungu, He led the Majapahit kingdom from 1429 AD - 1447 AD, The beauty and beauty of DEWI SUHITA made everyone admire and fall in love with him“ - Millen
-
Siapa yang punya darah keturunan Majapahit? Pria tua ini bukanlah orang sembarangan. Dia masih memiliki darah keturunan Kerajaan Majapahit. Pesan leluhurnya juga masih dipegang teguh. Bahkan kakek ini juga masih menjunjung tradisi ageman Jawa Kuno.
-
Siapa Sri Aji Jayabaya? Prabu Jayabaya adalah tokoh yang identik dengan ramalan masa depan Nusantara.
-
Siapa Ratu terakhir Majapahit? Dewi Suhita adalah ratu terakhir Majapahit yang naik takhta saat kondisi kerajaan itu tidak baik-baik saja.
-
Siapa raja Majapahit saat Banger berkembang? Seiring berjalannya waktu, daerah yang merupakan kawasan perbatasan dua kerajaan besar ini berkembang pesat. Sejarah Pada zaman Pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk), raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama Banger.
Mengutip buku 'Kumpulan Cerita Majapahit' karya penulis Ayuhanafiq, RB.Abd. Gani, Evi Sudyar, terbitan Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto 2020, berikut kisah selengkapnya.
Jayanegara Larang Adiknya Menikah
Raja Jayanegara memiliki alasan untuk melarang adiknya menikah semasa dirinya masih hidup.
Dirinya khawatir jika Tribhuwana Tunggadewi dan Dyah Wiyat menikah maka takhtanya terancam oleh suami kedua adik tirinya itu. Terlebih, akan sangat mungkin terjadi pemberontakan di dalam kerajaan.
Namun setelah Jayanegara meninggal, banyak pangeran dari berbagai negeri datang untuk melamar Tribhuwana Tunggadewi dan Dyah Wiyat. Namun tidak semuanya berhasil sampai akhirnya diadakan sayembara.
Pada akhirnya, Tribhuwana Tunggadewi menikah dengan Pangeran Cakradhara atau Kertawardhana, bangsawan muda keturunan raja raja Singhasari. Adiknya, Dyah Wiyat menikah dengan pangeran lainnya bernama Kudamerta.
Pernikahan Tribhuwana Tunggadewi dengan Pangeran Cakradhara melahirkan seorang putra yang kelak menjadi raja di Majapahit bernama Hayam Wuruk.
Kepemimpinan Raja Jayanegara
Kerajaan Majapahit di bawah kekuasaan Jayanegara terbilang buruk. Jayanegara disebut belum sempat merasakan masa-masa indah.
Putra dari Raden Wijaya dan Dara Petak tersebut berkuasa sejak tahun 1309-1328. Jayanegara dianggap lemah, jahat, dan tidak bermoral. Banyak intrik yang muncul karena kepemimpinannya yang kurang baik.
Pada pemerintahan Jayanegara, Majapahit mengalami 8 kali peristiwa pemberontakan. Sampai pada puncaknya adalah saat Jayanegara tewas ditikam oleh tabibnya sendiri.
Banyak pemberontakan dilakukan oleh para pengikut ayahnya. Hal tersebut terjadi karena Jayanegara bukan raja berdarah Kertanegara murni melainkan campuran Jawa-Melayu.
Tribhuwana Gerbang Pembuka Era Keemasan Majapahit
Kematian Jayanegara membuat polemik di kerajaan terkait siapa penerusnya sebagai raja. Ibu tiri Jayanegara, Gayatri mendapat hak tersebut untuk menggantikannya. Namun Gayatri menolak karena sudah tak mau terlibat di urusan duniawi dan memilih menjadi Bhiksuni.
Unsur patriarki yang kuat di Majapahit sempat memancing keraguan terlebih belum ada sejarahnya Majapahit dipimpin seorang wanita.
Pada akhirnya, adik dari Jayanegara yaitu Tribhuwana Tunggadewi naik takhta sebagai pengganti kakak tirinya. Tribhuwana dipanggil "rajaputri" sebagai bentuk lain dari "ratu".
Sang rajaputri berhasil menepis keraguan tersebut dan malah menjadi gerbang pembuka era keemasan Majapahit. Tribhuwana memegang peran penting dalam meletakkan dasar-dasar politik kenegaraan Majapahit.
Pada masa kepemimpinannya banyak peristiwa penting terjadi, salah satunya adalah lahirnya Sumpah Palapa dari Gajah Mada. Gajah Mada dilantik oleh Tribhuwana pada 1334 sebagai Mahapatih.
Pada kepemimpinan Tribhuwana dan tekad dari Mahapatih Gajah Mada, Majapahit berhasil melakukan ekspansi besar-besaran ke seluruh Nusantara. Pada 1334 dimulai dengan menaklukan Bali, kemudian tiga tahun berselang menyasar ke kerajaan di Sumatera. (mdk/thw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Raja Majapahit ini dikenal sakti kebal senjata. Namun, dia tewas dibunuh di atas tempat tidurnya.
Baca SelengkapnyaIa selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sayang padanya
Baca Selengkapnyaia adalah wanita terhormat, bijak, cerdas, dan berpendirian teguh
Baca SelengkapnyaSri Isyana Tunggawijaya merupakan sosok berkepribadian kuat yang menjadi raja perempuan pertama di Jawa Timur. Ia hidup sebelum era Kerajaan Majapahit.
Baca SelengkapnyaSosok Tribhuwana Tunggadewi dikenal sebagai saah satu pemimpin perempuan era kerajaan yang disegani.
Baca SelengkapnyaPada masanya, Kerajaan Mataram Islam berhasil menumpas berbagai pemberontakan dan melakukan berbagai usaha penaklukkan
Baca SelengkapnyaDewi Suhita memimpin Majapahit saat kondisi kerajaan itu tidak baik-baik saja. Ia dihadapkan pada perang Paregreg. Pembawaannya yang tenang jadi sorotan.
Baca SelengkapnyaRaja Airlangga membagi kerajaan untuk kedua putranya. Upaya itu disebut sia-sia karena kedua putranya melakukan perang saudara.
Baca SelengkapnyaAkibat tindakannya ini, kerajaan Pajajaran saat itu mulai mengalami kemunduran hingga memasuki zaman pralaya atau jahiliyah.
Baca SelengkapnyaSunan Prapen merupakan keturunan Sunan Giri yang diyakini merupakan waliyullah yang memiliki karomah
Baca Selengkapnya