Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Melihat Desa Pegayaman, Kampung Islam Tertua di Bali, Berawal dari Kisah Raja Sakti

Melihat Desa Pegayaman, Kampung Islam Tertua di Bali, Berawal dari Kisah Raja Sakti Melihat Desa Pegayaman. YouTube The Hot Rooms ©2021 Merdeka.com

Merdeka.com - Bali selalu identik dengan pemandangan alam eksotis serta mayoritas penduduknya yang memeluk agama Hindu. Daerah yang dikenal dengan julukan 'Pulau Seribu Pura' ini ternyata menyimpan cerita lain.

Pulau Bali memiliki sebuah daerah yang menjadi tempat tinggal warga mayoritas muslim. Bahkan, daerah itu disebut merupakan kampung Islam tertua.

Sejarahnya tak lain berawal dari seorang raja setempat yang begitu sakti dan tak tertandingi, membawa Islam ke peradaban Pulau Bali. Berikut ulasan selengkapnya, dilansir dari kanal YouTube The Hot Rooms, Kamis (23/12).

Diawali Kisah Raja Buleleng I

Desa Pegayaman terletak di kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali. Melansir dari laman disbud.bulelengkab.go.id, Desa Pegayaman ini berdiri di lereng Bukit Gitgit.

Sebuah desa dengan 90 persen penduduknya beragama Islam ini tak lepas dari sejarahnya yang kental dengan Kerajaan Buleleng. Tokoh adat Desa Pegayaman Ketut Muhammad Suharto menerangkan, agama Islam di kawasan yang satu ini berhubungan langsung dengan jejak politik Raja Buleleng I, I Gusti Anglurah Panji Sakti.

melihat desa pegayaman

YouTube The Hot Rooms ©2021 Merdeka.com

Semasa tahun 1648, Raja Panji Sakti yang tak lain merupakan nenek moyang warga Desa Pegayaman berhasil menguasai kawasan Blambangan, Jawa Timur. Saat kembali dari tugasnya di Pulau Jawa, Panji Sakti lantas membawa 100 pasukan muslim.

"Dari cerita yang saya baca dan dengar dari para orangtua dulu bahwa Panji Sakti dulu itu diberikan isyarat untuk mencari orang Islam yang dijadikan tentara di Kerajaan Buleleng ini untuk mengimbangi politik pada zaman itu," terang Suharto.

Diberi Hadiah Wilayah

Panji Sakti bukan sembarang raja. Nenek moyang dari warga Buleleng itu merupakan sosok pemimpin luar biasa yang berhasil menundukkan lawan di medan perang.

Berkat kemenangannya dalam berbagai pertempuran, wilayah yang kini disebut Desa Pegayaman ini lah yang menjadi hadiah bagi sang raja. Untuk nama desa sendiri, terdapat beberapa sejarah yang mengungkap hal ini.

Salah satunya yakni berasal dari kata dalam bahasa Jawa yang berupa 'Gayam'.

melihat desa pegayaman

YouTube The Hot Rooms ©2021 Merdeka.com

"Keberhasilannya dalam memimpin perang-perang pada peristiwa Batukaru, Badung, Gelgel itu menemani Panji Sakti dalam dinamika politik saat itu (maka) diberikanlah hadiah tempat di wilayah Gatep. Apa itu Gatep? Kalau bahasa Jawanya itu Gayam, jadi awalan Pe dan jadilah Pegayaman," ungkap Suharto.

Terjadi Akulturasi

Kini, desa yang disebut berusia 400 tahun lebih tersebut telah mengalami adaptasi. Begitu pula dengan budaya yang dimiliki para warga setempat.

Termasuk dengan bahasa yang kini digunakan warganya. Meski sehari-hari menggunakan bahasa Bali, namun jejak jiwa kesatria para prajurit Kerajaan Buleleng yang berasal dari Pulau Jawa itu masih ada.

melihat desa pegayaman

YouTube The Hot Rooms ©2021 Merdeka.com

Hal ini terbukti dari adanya aksen atau intonasi yang sedikit berbeda dari warga Bali pada umumnya. Suharto menjelaskan, terdapat penekanan tertentu yang mencerminkan keunikan tersendiri dari warga Desa Pegayaman.

"Dari sisi bahasa, setiap saat (kita) berbahasa Bali[...] Bahasa (di) Pegayaman adalah bahasa Bali asli. Cuma dalam penempatan intonasinya yang berbeda, jadi ada juga kata-kata penambahan menunjukkan ketegasan karena di sini orang-orang kesatria kan dari Jawa," sambungnya.

Tuai Kekaguman Publik

Sejarah hingga kondisi Desa Pegayaman saat ini pun mendapatkan apresiasi serta kekaguman publik. Tak sedikit yang lantas memberikan penghargaan atas toleransi beragama di Desa Pegayaman antara muslim dan kepercayaan lainnya di Pulau Dewata itu.

melihat desa pegayaman

YouTube The Hot Rooms ©2021 Merdeka.com

"Indahnya kebersamaan," tulis iwan setiawan.

"Semoga tetap terjalin toleransi beragama," tulis Nur Mai.

"Keberagaman dalam damai," tulis Naya Apunk.

"Kebahagiaan dengan kebersamaan," tulis Agus Yulianto. (mdk/mta)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Desa di Bojonegoro Ini Jadi Daerah Istimewa sejak Kerajaan Majapahit, Syekh Jumadil Kubro Sesepuh Wali Songo Pernah Tinggal di Sini
Desa di Bojonegoro Ini Jadi Daerah Istimewa sejak Kerajaan Majapahit, Syekh Jumadil Kubro Sesepuh Wali Songo Pernah Tinggal di Sini

Desa ini dikenal sebagai pusat peradaban sejak zaman Hindu Buddha di Indonesia

Baca Selengkapnya
Potret Desa Bedulu Pusat Peradaban Bali Masa Silam, Tempat Tinggal Raja yang Pernah Berkuasa Lebih dari 400 Tahun
Potret Desa Bedulu Pusat Peradaban Bali Masa Silam, Tempat Tinggal Raja yang Pernah Berkuasa Lebih dari 400 Tahun

Desa Bedulu di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar diduga kuat merupakan salah satu desa yang menjadi pusat peradaban Bali pada masa silam.

Baca Selengkapnya
Sejarah Kabupaten Purwakarta, Dulu Tempat Perjuangan Kini Jadi Kota Pensiunan
Sejarah Kabupaten Purwakarta, Dulu Tempat Perjuangan Kini Jadi Kota Pensiunan

Purwakarta telah berevolusi cukup lama hingga dikenal sebagai kota pensiunan. Kisahnya penuh perjuangan sejak masa pra sejarah.

Baca Selengkapnya
Jadi yang Tertua di Kalimantan Barat, Ini Sejarah Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman
Jadi yang Tertua di Kalimantan Barat, Ini Sejarah Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman

Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya Kota Pontianak pada tahun 1771.

Baca Selengkapnya
Menguak Jejak Peradaban Hindu di Wilayah Demak, Lebih Tua dari Majapahit
Menguak Jejak Peradaban Hindu di Wilayah Demak, Lebih Tua dari Majapahit

Pada masa Hindu, wilayah Demak sudah berkembang menjadi permukiman Hindu.

Baca Selengkapnya
Cerita Unik Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta, Dulu Ditakuti Belanda
Cerita Unik Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta, Dulu Ditakuti Belanda

Masjid tersebut kabarnya tak pernah menjadi sasaran penghancuran, atau penyerangan dari pasukan militer Belanda maupun pendudukan Jepang.

Baca Selengkapnya
Napak Tilas Kejayaan Islam Cirebon di Desa Astana, Ada Makam Sunan Gunung Jati dan Keraton Pertama
Napak Tilas Kejayaan Islam Cirebon di Desa Astana, Ada Makam Sunan Gunung Jati dan Keraton Pertama

Di Desa Astana, peninggalan kejayaan Islam era lampau masih bisa dilihat seperti makam Sunan Gunung Jati, Petilasan Syekh Datul Kahfi, sampai Keraton Pakungwati

Baca Selengkapnya
Ziarah ke Makam Agung Arosbaya, Jejak Pemeluk Islam Pertama di Madura Barat
Ziarah ke Makam Agung Arosbaya, Jejak Pemeluk Islam Pertama di Madura Barat

penanda awal perkembangan kebudayaan islam di Madura.

Baca Selengkapnya
Menguak Fakta Makam Kuno Misterius di Sukoharjo, Diduga Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Demak
Menguak Fakta Makam Kuno Misterius di Sukoharjo, Diduga Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Demak

banyak dari makam di kompleks makam kuno itu yang berasal dari tahun 1400-an akhir hingga 1500-an awal.

Baca Selengkapnya
Melihat Banten Masa Lampau di Situs Banten Girang, Bekas Kota Kuno yang Eksis di Abad ke-10
Melihat Banten Masa Lampau di Situs Banten Girang, Bekas Kota Kuno yang Eksis di Abad ke-10

Sisi modern Banten terbentuk dari kota kuno Banten Girang

Baca Selengkapnya
Dulu Hutan Belantara yang Tak Dilirik Orang, Ini Kisah di Balik Berdirinya Kabupaten Pacitan
Dulu Hutan Belantara yang Tak Dilirik Orang, Ini Kisah di Balik Berdirinya Kabupaten Pacitan

Orang-orang pertama yang berjasa mengubah hutan jadi permukiman penduduk merupakan para pendakwah Islam

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Petilasan Gilanglipuro Bantul, Dulu Dipercaya Jadi Cikal Bakal Berdirinya Kerajaan Mataram Islam
Mengunjungi Petilasan Gilanglipuro Bantul, Dulu Dipercaya Jadi Cikal Bakal Berdirinya Kerajaan Mataram Islam

Di dalam petilasan ini terdapat sebuah batu besar yang digunakan sebagai tempat bertapa Panembahan Senopati

Baca Selengkapnya