Waspada! Kurang Tidur di Usia 40-an Bikin Penuaan Otak Lebih Cepat
Kurang tidur secara rutin dapat menyebabkan penurunan kognitif yang permanen dan berpotensi mengarah pada demensia.
Pada usia 40-an, kekurangan tidur bisa mempercepat proses penuaan otak. Berdasarkan penelitian, dampaknya mulai dirasakan saat memasuki usia 50-an.
"Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya menangani masalah tidur sedini mungkin untuk menjaga kesehatan otak, termasuk dengan menjaga rutinitas tidur yang teratur, berolahraga, serta menghindari kafein dan alkohol sebelum tidur, dan menerapkan teknik relaksasi," ujar Dr. Kristine Yaffe dari UC San Francisco.
-
Kenapa kurang tidur mempercepat penuaan? Ketika seseorang tidak mendapatkan cukup tidur, tubuhnya tidak memiliki waktu yang cukup untuk memperbaiki dan meregenerasi sel-sel kulitnya. Akibatnya, kulit bisa terlihat kusam dan timbul garis-garis halus lebih cepat.
-
Mengapa kurang tidur berisiko terkena Alzheimer? Ketidakcukupan tidur berkaitan dengan risiko demensia, termasuk Alzheimer. Penting untuk memiliki jadwal tidur yang teratur serta menghindari konsumsi alkohol, kafein, dan elektronik menjelang tidur. Memulai ritual tidur yang menenangkan juga dapat membantu memperbaiki pola tidur.
-
Bagaimana kurang tidur bisa bikin kulit lebih cepat tua? Kurang tidur dapat menjadi salah satu penyebab penuaan dini pada kulit. Selama tidur, tubuh memasuki fase pemulihan yang melibatkan produksi hormon pertumbuhan, yang merangsang regenerasi sel dan pembentukan kolagen. Kekurangan tidur dapat menghambat proses ini, menyebabkan penurunan produksi kolagen yang esensial untuk menjaga elastisitas dan kekenyalan kulit. Kolagen yang kurang dapat mengakibatkan kulit kehilangan kekencangan dan munculnya garis-garis halus serta kerutan lebih cepat.
-
Apa dampak buruk kurang tidur? Kurang tidur yang berkepanjangan memaksa tubuh untuk melepaskan lebih banyak kortisol, yaitu hormon stres yang biasanya meningkat dalam situasi penuh tekanan. Ketidakseimbangan hormon ini berdampak pada perubahan suasana hati dan peningkatan tingkat stres.
-
Kenapa kurang tidur berisiko meningkatkan demensia? Pola tidur yang tidak memadai, terutama pada tahap hidup sebelumnya, dapat meningkatkan risiko demensia di masa mendatang.
-
Bagaimana tidur terlalu lama berpengaruh ke kesehatan? Efeknya terlihat pada gangguan metabolisme dan hormon, seperti insulin, yang dapat mempengaruhi kontrol gula darah.
Dalam penelitian ini, hampir 600 orang dewasa berusia sekitar 40 tahun mengisi kuesioner tentang tidur di awal penelitian dan diulang lima tahun kemudian. Beberapa pertanyaan yang diajukan meliputi: "Apakah Anda sering mengalami kesulitan tidur?" "Apakah Anda sering terbangun beberapa kali di malam hari?" dan "Apakah Anda sering bangun terlalu pagi?"
Para peneliti juga mencatat apakah partisipan mengalami tidur yang terlalu singkat atau kurang tidur, kualitas tidur yang buruk, kesulitan untuk tidur, terbangun di pagi hari, atau mengantuk di siang hari.
Umumnya, para ahli merekomendasikan agar seseorang tidur antara tujuh hingga sembilan jam setiap malam. Peserta penelitian dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan karakteristik tidur mereka. Kelompok rendah (sekitar 70%) terdiri dari mereka yang tidak memiliki satu pun atau hanya satu dari enam karakteristik yang diteliti. Kelompok menengah (22%) memiliki dua atau tiga karakteristik, sementara kelompok tinggi (8%) memiliki empat hingga enam karakteristik tersebut.
Setelah 15 tahun sejak penelitian dimulai, peserta menjalani pemindaian otak yang membantu peneliti menentukan usia otak mereka. Setelah mempertimbangkan berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, tekanan darah tinggi, diabetes, dan faktor lainnya, para peneliti menemukan bahwa rata-rata otak kelompok menengah berusia 1,6 tahun lebih tua dibandingkan dengan kelompok rendah. Sementara itu, peserta dari kelompok tinggi memiliki rata-rata usia otak yang 2,6 tahun lebih tua.
Kualitas tidur yang buruk serta kesulitan untuk tertidur dan bangun di pagi hari memiliki keterkaitan dengan penuaan otak. Hal ini terutama berlaku bagi orang yang mengalami masalah tidur tersebut selama minimal lima tahun. Temuan ini dipublikasikan dalam edisi online Neurology, sebuah jurnal medis yang diterbitkan oleh American Academy of Neurology. Para peneliti menyebut penelitian yang didanai oleh National Institute on Aging ini tidak membuktikan bahwa kurang tidur dapat mempercepat proses penuaan otak. Namun, penelitian ini hanya menunjukkan adanya hubungan antara kualitas tidur yang buruk dan penuaan otak.
Salah satu batasan dari penelitian ini adalah bahwa peserta diminta untuk melaporkan masalah tidur yang mereka alami. Ada kemungkinan mereka tidak mendeskripsikan masalah tersebut dengan tepat.
"Penelitian di masa depan harus fokus pada menemukan cara baru untuk meningkatkan kualitas tidur dan menyelidiki dampak jangka panjang tidur terhadap kesehatan otak pada orang muda," ungkap Yaffe.
Selain itu, pada hari Rabu yang lalu, jurnal Neurology memuat laporan dari peneliti Yale yang menyatakan orang paruh baya dengan tekanan darah, kadar gula darah, atau kolesterol yang tidak terkontrol, serta yang tidak menjalani gaya hidup sehat seperti berolahraga, makan dengan baik, atau tidur cukup, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami stroke, demensia, atau depresi di masa mendatang.
"Studi kami menemukan bahwa membuat pilihan gaya hidup sehat di usia paruh baya dapat berdampak berarti pada kesehatan otak di kemudian hari," kata Dr. Santiago Clocchiatti-Tuozzo, penulis studi tersebut.
Kualitas Tidur yang Baik dan Cukup Sangat Penting
Direktur Institute of Sleep Medicine di Northwell Health Staten Island University Hospital, Dr. Thomas Kilkenny, mengatakan pentingnya menjaga jumlah tidur yang memadai serta kualitas tidur baik untuk mendukung kinerja kognitif yang optimal. Ia menyatakan,
"Bukti baru menunjukkan bahwa beberapa kapasitas kognitif tetap terdegradasi akibat kurang tidur meskipun sudah mendapatkan tidur yang cukup, menunjukkan bahwa kurang tidur secara permanen dapat mempengaruhi sistem kognitif tertentu," katanya.
Kilkenny, yang tidak terlibat dalam penelitian terbaru tersebut, menambahkan kurang tidur dalam jangka waktu yang sering dapat memicu penurunan kognitif permanen yang menyebabkan demensia.
Pentingnya tidur yang cukup tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab kualitas tidur yang buruk dapat berdampak negatif pada fungsi kognitif seseorang. Penelitian yang ada menunjukkan meskipun seseorang mendapatkan tidur cukup, dampak dari kurang tidur sebelumnya bisa tetap ada. Hal ini mengindikasikan tidur yang tidak memadai dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah serius, termasuk potensi risiko demensia. Dengan demikian, menjaga pola tidur yang baik adalah langkah krusial untuk melindungi kesehatan otak dan fungsi kognitif di masa depan.