Kisah Sukses Linboy Sostel: Pedagang Kecil Modal Rp100.000 Kini Mampu Beli Dua Mobil Sekaligus
Tidak disangka-sangka, peluang datang ketika Bone dan sang istri melihat pedagang sostel (sosis telur) di Banjarnegara.
Bone, seorang pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Linboy Sostel, memulai perjalanan usahanya dengan menjual berbagai macam produk, mulai dari jam tangan, alat kesehatan, aksesoris HP, hingga mainan anak-anak.
Namun, usaha tersebut tidak mampu bertahan lama karena mengalami penurunan penjualan. Situasi tersebut hampir membuat Bone kehilangan semangat dalam berbisnis.
-
Siapa yang sukses jadi pengusaha di usia muda? Hal ini telah dibuktikan Via, yang dulunya hanya seorang pembantu dengan penghasilan Rp20.000 sehari. Namun, kini Via telah menjadi pengusaha muda yang sukses dan mandiri.
-
Bagaimana pria ini mencapai kesuksesannya? Hidup dalam keterbatasan sejak kecil Dikutip dari akun Instagram @kvrasetyoo, Kukuh membagikan kisah hidupnya yang berliku. Sejak kecil dia kurang mendapat kasih sayang orang tua karena ayahnya bekerja seharian sebagai sopir, dan ibunya juga bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Belum lagi kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sehingga menuntutnya agar hidup lebih mandiri. Sebagai anak sulung, Kukuh mulai menaruh perhatian dan bertekad ingin membantu keluarganya.
-
Siapa pengusaha sukses asal Sumut itu? Marihad Simon Simbolon adalah sosok penting di balik suksesnya sebuah perusahaan yang bergerak di bidang logistik, perminyakan, dan industri kelapa sawit.
-
Siapa yang bisa sukses dalam bisnis? 'Wirausahawan sejati menciptakan peluang bisnis, sementara wirausahawan biasa menunggu peluang bisnis.'
-
Bagaimana cara sukses dalam bisnis? Orang sukses adalah mereka yang melakukan hal-hal yang orang biasa tidak mau melakukannya untuk mendapatkan apa yang orang biasa tidak dapatkan.
-
Bagaimana Gilang Gombloh mendapatkan mobilnya? Di garasi, terparkir rapi mobil hasil jerih payahnya di Lapor Pak.
Tidak disangka-sangka, peluang datang ketika Bone dan sang istri melihat pedagang sostel (sosis telur) di Banjarnegara. Tertarik dengan potensi usaha itu, mereka memutuskan untuk mencobanya.
Perjalanan awal mereka tidak mudah. Pada hari-hari pertama, sostel yang mereka jual hanya laku 10 tusuk. Mereka hampir menyerah dan mempertimbangkan untuk mencari usaha lain.
Namun, tak langsung menyerah, mereka berani mengambil risiko dan mengikuti suatu acara pencak silat di Tegal. Bermodalkan uang Rp100.000, Bone dan istri membeli bahan-bahan seperti sosis, telur, dan mayonaise. Hingga akhirnya, sostel habis terjual dan mereka pulang dengan keuntungan yang berlipat.
"Modal pertama kita jualan ini Rp100.000, di luar mesin. Kita bawa uang Rp100.000 ke Tegal, yang penting bensin itu sudah penuh. Sampai di Tegal kita beli telur, sosis, mayonaise, dan macam-macam. Rp100.000 itu habis. Alhamdulillah hasilnya luar biasa," ujar Bone dalam tayangan YouTube Raja Rasa, dikutip pada Jumat (27/9).
Strategi Linboy Sostel
Setelah itu, Bone selalu memikirkan cara untuk meningkatkan penjualan dan menarik minat pelanggan. Salah satu strategi yang membuat mereka berbeda adalah inovasi dalam proses memasak dan penyajian sostel.
Ketika ramai, mereka menggunakan alat pemanggang ganda untuk mempercepat proses, sementara saat sepi, alat pemanggang tunggal tetap digunakan untuk menjaga kualitas.
Bone juga aktif mempromosikan produknya dengan pengeras suara dan selalu ramah kepada pelanggan. Hal ini membuat pelanggan merasa dihargai dan memberikan kesan yang menyenangkan.
"Kalau jualan itu memang harus ramah sama konsumen," tegas Bone.
Kemudian, hal yang menarik adalah ketika mereka menemukan pesaing yang menjual sostel dengan harga Rp10.000, Bone membuat clickbait "Orang-orang Jual Sostel 10.000. Di Linboy Sostel Hanya 5.000". Alih-alih menurunkan harga, Bone memilih untuk meningkatkan kualitas meski menjual sostel dengan harga Rp5.000.
Raih Penjualan Tinggi, Bone Berinovasi Dirikan Pasar Tiban
Kini, Linboy Sostel menjadi salah satu UMKM yang sukses di kota Semarang. Mereka bisa menjual 1.000 hingga 1.200 tusuk per hari, dengan rekor penjualan tertinggi mencapai 3.000 tusuk pada acara besar.
Keuntungan yang didapat mampu membuat mereka membeli dua mobil sekaligus, sebuah pencapaian yang luar biasa mengingat usaha ini dimulai dengan modal kecil.
"Alhamdulillah kemarin baru saja kita bisa beli mobil dua langsung. Walaupun itu awal mulanya ya kita diciibir orang (Jualan kaya gitu tuh emang ada untungnya?)," kata Bone.
Bone percaya bahwa kesuksesan bukan hanya milik pribadi, melainkan harus dibagi dengan orang lain. Itulah yang akhirnya mendorong Bone untuk mendirikan "Pasar Tiban".
Pasar Tiban merupakan sebuah pasar yang memberikan kesempatan kepada pedagang kecil atau pelaku UMKM untuk berjualan tanpa harus membayar biaya sewa yang mahal. Dengan cara ini, Bone membantu pedagang lain mendapatkan penghasilan dan merasakan manfaat dari berbisnis.
Selain itu, Bone juga aktif berbagi ilmu dan pengalaman melalui media sosial. Ia selalu membuka diri untuk siapa pun yang ingin belajar dan bertanya tentang usaha sostel, dengan harapan bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk memulai usaha sendiri.
Menurut Bone, bisnis bukanlah tentang hasil instan, tetapi tentang proses panjang yang memerlukan ketekunan dan keberanian untuk menghadapi tantangan. Ia berpesan agar pelaku UMKM lain jangan mudah menyerah dan selalu mencoba memahami produk maupun pasar sebelum terjun ke dalam dunia wirausaha.
Reporter Magang: Thalita Dewanty