Diawali Modal Rp1 Juta, Sambal Lina Berhasil Tembus Pasar Internasional
Dia berharap produk-produk Sanrah Food dapat tersedia di berbagai tempat seperti stasiun, halte, dan apartemen.
Dia berharap produk-produk Sanrah Food dapat tersedia di berbagai tempat seperti stasiun, halte, dan apartemen.
-
Bagaimana Sambal Bu Rudy memulai bisnisnya? Lanny kemudian membuka rumah makan di lokasi yang sama.
-
Siapa yang punya ide jualan sambal? Beberapa teman yang mencicipi sambal bikinan Lanny ketagihan. Mereka menyarankan Lanny untuk menjual sambal.
-
Kapan sambal masuk ke Indonesia? Awal abad ke-15 ditengarai sebagai awal masuknya sambal ke Indonesia.
-
Apa saja resep sambal yang lagi hits? Di Indonesia, ada begitu banyak olahan sambal yang menjadi populer hingga ke seluruh penjuru negeri. Bahkan, di antaranya menjadi favorit banyak orang hingga mendatangkan keuntungan bagi mereka yang bergelut di sektor kuliner.
-
Bagaimana Inul Daratista memulai bisnis kuliner? Di balik Kelezatan Kuliner Inul Daratista tak hanya menggoyangkan panggung, tapi juga lidah penikmat kuliner. Dengan bisnis keripik Inul Food, kue kekinian Inul Cake n Pastry, hingga restoran BBQ berkonsep Kore, Inul menunjukkan keberagaman dalam bisnis kuliner. Bahkan, kisahnya dimulai dari menjadi model produk mi hingga memiliki pabrik mi sendiri.
-
Bagaimana sambal menjadi populer di kalangan Eropa? Pada awalnya, banyak orang Eropa yang tidak tahan ketika menyantap sambal Nusantara. Namun, seiring waktu mereka mulai terbiasa bahkan menyukai sambal.
Diawali Modal Rp1 Juta, Sambal Lina Berhasil Tembus Pasar Internasional
Bisnis tersebut niatnya hanya sekedar hobi dan cara untuk tetap aktif setelah pensiun.
Namun tak disangka, hobi tersebut membawa lina berhasil mengembangkan bisnis kuliner yang sukses dengan nama, Sanrah Food.
Melansir dari akun Youtube HaloBos, Lina memulai perjalanan bisnisnya pada tahun 2016. Ketika suaminya mulai memasuki masa pensiun.
Lina memutuskan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbisnis.
Awalnya, Lina membuat sambal dengan modal kurang dari Rp1 juta sampai menghasilkan beberapa bungkus produk, kemudian dijual ke teman-teman, tetangga saudara hingga komunitasnya.
Mendapat respon baik, Lina ingin lebih memanfaatkan keahlian memasaknya dan memulai dengan produk bebek beku.
Meski awalnya tidak memiliki latar belakang memasak, Lina belajar dari adiknya yang sudah lebih dulu berbisnis kuliner.
Lina menyadari dengan bisnis Sanrah Food ini menjadi lapangan pekerjaan untuk ibu-ibu yang tidak bekerja di sekitarnya.
"Karena saya biasa tinggal di rumah dinas kemudian pindah ke rumah sendiri yang kecil, lingkungan saya banyak ibu-ibu yang tidak bekerja, nah disitulah 'Oh saya tuh bisa mempekerjakan mereka dan Alhamdulillah sampai sekarang itu karyawan semua adalah lingkungan sekitar," ucap Lina.
Kendati demikian, bisnis kuliner tidak selalu mulus. Lina juga harus merasakan pahitnya perjalanan bisnis, Lina kerap mengalami naik turun dalam produksi dan penjualan.
Kemudian saat lina mencoba beternak bebek sendiri, dia mengalami kerugian besar. Namun, Lina tidak menyerah. Dia belajar dari kesalahan tersebut dan memilih untuk fokus pada produksi sambal dan bebek frozen tanpa harus memiliki peternakan sendiri.
"Saya rugi lumayan besar, tapi waktu itu ya sudahlah mau diapain gitu ya. Saya enggak mau 'Oh saya rugi harus terpuruk' enggak cukup itu," ucap Lina.
Lina memutuskan untuk menerapkan sistem kolaborasi dengan petani dan pemasok menjadi solusi efektif untuk usahanya.
Pemasarannya juga berkembang, lina juga memasarkan sambal dan bebek frozennya via online, melalui sosial media dan e-commerce.
Lina merasakan betapa besar dukungan dari pemerintah dan komunitas UKM.
Dengan bantuan dari Dinas Tangerang Selatan, Lina mendapatkan fasilitas legalitas gratis dan kesempatan promosi yang luas.
Hal ini membantunya untuk mengembangkan bisnisnya dengan lebih profesional dan legal.
Lina juga aktif mengikuti bazar dan pameran yang diadakan oleh berbagai instansi, memperluas jaringan dan mempromosikan produknya.
"Saya ini termasuk orang yang senang bazar. Saya senang banget ketemu orang kita langsung berinteraksi dengan konsumen kadang-kadang konsumen itu kalau kitanya langsung itu mereka puas. Nah itu saya manfaatkan semua semua channel jualan," ucap Lina.
Tidak puas dengan satu jenis produk, Lina terus berinovasi.
Dari sambal bawang, ia mengembangkan berbagai varian sambal seperti sambal ikan tuna, sambal daging bebek, dan sambal kecombrang. Ternyata produknya diterima oleh masyarakat.
Saat ini, Sanrah Food memiliki 12 macam sambal dan 14 macam produk frozen food, termasuk bebek, ayam, burung puyuh, dan berbagai olahan daging lainnya.
Meski penjualan juga naik turun, lina tetap konsisten memproduksi sambal dan bebek frozen setiap hari. Kini usaha Lina bisa memproduksi sambal, dan setiap bulannya, Lina berhasil menjual produk 1.500-4.000 pieces.
Dengan kerja keras dan dedikasi, Lina berhasil mengantarkan Sanrah Food tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi juga di mancanegara.
Produk Sanrah Food telah dipromosikan hingga ke 20 negara, termasuk melalui pameran di Moskow, Cina, Singapura, dan Hongkong. Lina juga diundang sebagai narasumber untuk pelatihan bagi karyawan yang akan memasuki masa pensiun, berbagi pengalaman dan ilmu bisnisnya.
Selain menjalankan bisnis, Lina juga aktif berbagi ilmu.
Dia membuka kelas pengolahan sambal untuk UKM, membantu mereka memahami pentingnya legalitas, kemasan yang baik, dan manajemen bisnis yang efektif.
Lebih dari 300 orang telah mengikuti kelas-kelas yang dibuka oleh Lina, mendapatkan pengetahuan berharga untuk memulai dan mengembangkan bisnis kuliner mereka sendiri.
Lina memiliki visi untuk menjadikan Sanrah Food sebagai penyedia makanan siap saji yang sehat dan mudah diakses.
Dia berharap produk-produk Sanrah Food dapat tersedia di berbagai tempat seperti stasiun, halte, dan apartemen, memudahkan konsumen untuk menikmati makanan lezat tanpa harus repot memasak.
"Karena saya ketemu dengan UKM, ketemu dengan orang-orang yang sudah pada sukses gitu ya orang banyak yang mulai usaha dari nol tapi sukses, itu terpacu buat saya. Saya harus bisa seperti mereka," ucapnya.
Reporter Magang : Tasya Ananda.